30 C
Medan
Saturday, December 7, 2024
spot_img

Makin Seru, Pasar Karetan Hadirkan Atraksi Panahan

GenPI Jateng berinovasi mengemas Pasar Karetan di Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec Boja, Kab Kendal, Semarang, dengan menghadirkan atraksi baru, yakni panahan atau archery dari Semarang Archery School.

KENDAL, SUMUTPOS.CO – Kreativitas itu berbatas langit! Nyaris tidak ada tepinya. Itulah yang menjadi sumber energi GenPI Jateng dalam berinovasi mengemas Pasar Karetan. Sebuah tempat untuk kopi darat alias kopdar di Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec Boja, Kab Kendal itu.

Minggu ke-2 Pasar Karetan di RadjaPendapa Camp itu bakal menghadirkan atraksi baru. Yakni panahan atau archery dari Semarang Archery School, yang selama ini berlatih di GOR Manunggal Jati, Jalan Taman Majapahit 1 Semarang. Sebuah cabang olahraga klasik, yang sudah berumur lebih dari 5000 tahun. Panahan melalui evolusi sejarah yang amat panjang.

Dulu panah digunakan untuk berburu dan kemudian berkembang sebagai senjata dalam pertempuran. Kisah Arjuna, Abimanyu dan Adipati Karna dalam pewayangan juga menjadikan panah sebagai senjata andalannya. Panah Pasopati misalnya, sangat tersohor sampai-sampai kini menjadi julukan suporter Persis Solo.

Lalu panahan berkembang lagi menjadi olahraga ketepatan melepas busur ke sasaran. Selama tujuh Olimpiade tanpa medali, akhirnya, untuk pertama kalinya, Indonesia meraih medali di Olimpiade Seoul, Korea Selatan, 1988. Cabang olahraga yang membuat bendera Merah Putih berkibar di pentas dunia adalah panahan!

Medali perak tersebut diraih oleh 3 atlet putri dari cabang olahraga panahan nomor beregu, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani. Sayang, olahraga ini kurang popular, kurang banyak diminati, kalah ngehits dari sepak bola, basket, tenis, bulutangkis, tinju, dan lainnya.

Panjang mengupas sejarah panahan. “Kami ingin memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat akan panahan ini melalui Pasar Karetan. Kami bekerjasama dengan Sekolah Panahan, mereka akan membawa perlengkapan panahnya ke Pasar Karetan, dan masyarakat bisa ikut mencoba melepas busur,” kata Mei Kristianti.

Itulah sensasi baru, di Pasar Karetan Radja Pendapa, Minggu 12 November 2017. Tema Panahan menjadi menarik perhatian, karena setiap Minggu, Pasar Karetan ingin selalu ada edukasi baru. “Cerita soal panahan, akan mewarnai pekan ini di Pasar Karetan Radja Pendapa. Nah, yang ingin tahu soal panahan, silakan hadir kembali di Dusun Segrumung, Meteseh, Boja, Kendal,” ungkap Mei.

Selain kuliner serba tradisional, baik kemasan, suasana, penampilan, cara memasak, penyajian dan makannya. “Termasuk aneka  permainan tradisional yang sudah langka bagi anak-anak kecil,” kata Mei lagi.

Sekolah Panahan, akan membawa perlengkapan panahnya ke Pasar Karetan, dan masyarakat bisa ikut mencoba melepas busur.

Dengan pengalaman bekerja di mall yang terpercaya di Kota Semarang, Mei pun mengajarkan ke masyarakat tentang pentingnya performance. Sopan santun, hospitality, menjaga kualitas, biarpun di tepi hutan, penampilan tetap memikat, makanan tetap enak, tidak ada duanya.

“Kami ajari mereka berbisnis dengan manajemen modern agar bisa maju dan berkelanjutan,” sebut Mei Kristianti, Ketua Pasar Karetan.

Modern yang dimaksud adalah menerapkan standar mal atau pujasera yang memperhatikan kenyamanan pengunjung. Sistem pembayarannya tertib, ditata rapi, performancenya keren, bersih, bebas plastik, dan punya nilai estetika. “Meskipun di kebun, tetapi suasananya dijaga agar tetap nyaman dan hommy,” kata Mei.

Filosofi pasar, adalah pertemuan antara buyers dan sellers, untuk berinteraksi. Ujungnya adalah transaksi. Kalau di digital online, sering disebut sebagai marketplace. Pasar juga bisa dimaknai sebagai sumber gosip, dan tukar menukar informasi.

“GenPI Jateng ingin menjadikan Pasar Karetan sebagai tempat edukasi. Kisah apa saja, cerita apa saja, yang sudah langka dan terancam hilang, bisa dipamerkan di Pasar Karetan, biar bisa menjadi objek foto, video dan vlog netizen. Kami bisa dapat content menarik, mereka bisa mempublikasikan, dan pasar ini akan selalu ditunggu-tunggu publik, ada apa lagi?” lanjut Shafigh Pahlevi Lontoh.

Nah, bagi masyarakat yang ingin mengedukasi sesuatu silakan ke Pasar Karetan. Bagi netizen yang belum gabung GenPI, silakan bergabung. “Kami bersifat terbuka. Aktivitas kami banyak di online. Pasar ini sebagai salah satu cara berkopi darat!” ujar Shafigh.

Aktivis GenPI Jateng Wahyudi menambahkan, bagi netizen seperti yang tergabung GenPi ini, content itu penting. Mereka paling suka memposting sesuatu yang khas, inik, belum banyak yang upload. Edukasi ini akan membuat materi medsosnya lebih variatif, lebih asyik, lebih kekinian. “Ya begitulah kids zaman now!” sebutnya.

Menpar Arief Yahya berharap kreativitas anak-anak muda yang tergabung dalam GenPI ini terus bergerak. Meng-create sesuatu untuk menciptakan destinasi baru. Bisa Atraksi, bisa Akses, bisa Amenitas. “Buat anak-anak muda milenial, menciptakan peluang melalui digital itu sudah dunianya,” kata Menteri Arief Yahya melalui Stafsus Bidang Komunikasi dan Media, Don Kardono.

Komunitas GenPI ini sangat positif. Yang dibahas betul-betul kreativitas, tidak memposting Hoax, SARA dan politik. Mereka menjaga keutuhan dan komitmennya dengan tiga ethic itu. “Agar sustainable, berkelanjutan, mereka harus punya 2C, creative value dan commercial value,” kata Arief Yahya.

“Pasar-pasar ini hanyalah sebagian kecil dari banyak rencana besar lain, GenPI. Dalam waktu dekat, beberapa pasar Mingguan juga akan dibuat di banyak daerah di Indonesia, sebagai kegiatan offline. Online-nya, juga akan membangun OTA, online travel agent,” kata Don. (rel)

GenPI Jateng berinovasi mengemas Pasar Karetan di Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec Boja, Kab Kendal, Semarang, dengan menghadirkan atraksi baru, yakni panahan atau archery dari Semarang Archery School.

KENDAL, SUMUTPOS.CO – Kreativitas itu berbatas langit! Nyaris tidak ada tepinya. Itulah yang menjadi sumber energi GenPI Jateng dalam berinovasi mengemas Pasar Karetan. Sebuah tempat untuk kopi darat alias kopdar di Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec Boja, Kab Kendal itu.

Minggu ke-2 Pasar Karetan di RadjaPendapa Camp itu bakal menghadirkan atraksi baru. Yakni panahan atau archery dari Semarang Archery School, yang selama ini berlatih di GOR Manunggal Jati, Jalan Taman Majapahit 1 Semarang. Sebuah cabang olahraga klasik, yang sudah berumur lebih dari 5000 tahun. Panahan melalui evolusi sejarah yang amat panjang.

Dulu panah digunakan untuk berburu dan kemudian berkembang sebagai senjata dalam pertempuran. Kisah Arjuna, Abimanyu dan Adipati Karna dalam pewayangan juga menjadikan panah sebagai senjata andalannya. Panah Pasopati misalnya, sangat tersohor sampai-sampai kini menjadi julukan suporter Persis Solo.

Lalu panahan berkembang lagi menjadi olahraga ketepatan melepas busur ke sasaran. Selama tujuh Olimpiade tanpa medali, akhirnya, untuk pertama kalinya, Indonesia meraih medali di Olimpiade Seoul, Korea Selatan, 1988. Cabang olahraga yang membuat bendera Merah Putih berkibar di pentas dunia adalah panahan!

Medali perak tersebut diraih oleh 3 atlet putri dari cabang olahraga panahan nomor beregu, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani. Sayang, olahraga ini kurang popular, kurang banyak diminati, kalah ngehits dari sepak bola, basket, tenis, bulutangkis, tinju, dan lainnya.

Panjang mengupas sejarah panahan. “Kami ingin memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat akan panahan ini melalui Pasar Karetan. Kami bekerjasama dengan Sekolah Panahan, mereka akan membawa perlengkapan panahnya ke Pasar Karetan, dan masyarakat bisa ikut mencoba melepas busur,” kata Mei Kristianti.

Itulah sensasi baru, di Pasar Karetan Radja Pendapa, Minggu 12 November 2017. Tema Panahan menjadi menarik perhatian, karena setiap Minggu, Pasar Karetan ingin selalu ada edukasi baru. “Cerita soal panahan, akan mewarnai pekan ini di Pasar Karetan Radja Pendapa. Nah, yang ingin tahu soal panahan, silakan hadir kembali di Dusun Segrumung, Meteseh, Boja, Kendal,” ungkap Mei.

Selain kuliner serba tradisional, baik kemasan, suasana, penampilan, cara memasak, penyajian dan makannya. “Termasuk aneka  permainan tradisional yang sudah langka bagi anak-anak kecil,” kata Mei lagi.

Sekolah Panahan, akan membawa perlengkapan panahnya ke Pasar Karetan, dan masyarakat bisa ikut mencoba melepas busur.

Dengan pengalaman bekerja di mall yang terpercaya di Kota Semarang, Mei pun mengajarkan ke masyarakat tentang pentingnya performance. Sopan santun, hospitality, menjaga kualitas, biarpun di tepi hutan, penampilan tetap memikat, makanan tetap enak, tidak ada duanya.

“Kami ajari mereka berbisnis dengan manajemen modern agar bisa maju dan berkelanjutan,” sebut Mei Kristianti, Ketua Pasar Karetan.

Modern yang dimaksud adalah menerapkan standar mal atau pujasera yang memperhatikan kenyamanan pengunjung. Sistem pembayarannya tertib, ditata rapi, performancenya keren, bersih, bebas plastik, dan punya nilai estetika. “Meskipun di kebun, tetapi suasananya dijaga agar tetap nyaman dan hommy,” kata Mei.

Filosofi pasar, adalah pertemuan antara buyers dan sellers, untuk berinteraksi. Ujungnya adalah transaksi. Kalau di digital online, sering disebut sebagai marketplace. Pasar juga bisa dimaknai sebagai sumber gosip, dan tukar menukar informasi.

“GenPI Jateng ingin menjadikan Pasar Karetan sebagai tempat edukasi. Kisah apa saja, cerita apa saja, yang sudah langka dan terancam hilang, bisa dipamerkan di Pasar Karetan, biar bisa menjadi objek foto, video dan vlog netizen. Kami bisa dapat content menarik, mereka bisa mempublikasikan, dan pasar ini akan selalu ditunggu-tunggu publik, ada apa lagi?” lanjut Shafigh Pahlevi Lontoh.

Nah, bagi masyarakat yang ingin mengedukasi sesuatu silakan ke Pasar Karetan. Bagi netizen yang belum gabung GenPI, silakan bergabung. “Kami bersifat terbuka. Aktivitas kami banyak di online. Pasar ini sebagai salah satu cara berkopi darat!” ujar Shafigh.

Aktivis GenPI Jateng Wahyudi menambahkan, bagi netizen seperti yang tergabung GenPi ini, content itu penting. Mereka paling suka memposting sesuatu yang khas, inik, belum banyak yang upload. Edukasi ini akan membuat materi medsosnya lebih variatif, lebih asyik, lebih kekinian. “Ya begitulah kids zaman now!” sebutnya.

Menpar Arief Yahya berharap kreativitas anak-anak muda yang tergabung dalam GenPI ini terus bergerak. Meng-create sesuatu untuk menciptakan destinasi baru. Bisa Atraksi, bisa Akses, bisa Amenitas. “Buat anak-anak muda milenial, menciptakan peluang melalui digital itu sudah dunianya,” kata Menteri Arief Yahya melalui Stafsus Bidang Komunikasi dan Media, Don Kardono.

Komunitas GenPI ini sangat positif. Yang dibahas betul-betul kreativitas, tidak memposting Hoax, SARA dan politik. Mereka menjaga keutuhan dan komitmennya dengan tiga ethic itu. “Agar sustainable, berkelanjutan, mereka harus punya 2C, creative value dan commercial value,” kata Arief Yahya.

“Pasar-pasar ini hanyalah sebagian kecil dari banyak rencana besar lain, GenPI. Dalam waktu dekat, beberapa pasar Mingguan juga akan dibuat di banyak daerah di Indonesia, sebagai kegiatan offline. Online-nya, juga akan membangun OTA, online travel agent,” kata Don. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/