26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jelang Konferensi Manila, Kemenpar FGD-kan Sustainable Tourism Statistics

Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, I Gede Ardika, saat Sustainable Tourism Statistics di Hotel Grand Serela Setiabudhi, Bandung, Rabu (10/5).

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kementrian Pariwisata sukses menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai Sustainable Tourism Statistics di Hotel Grand Serela Setiabudhi, Bandung, Rabu (10/5). FGD ini untuk persiapan The International Year of Sustainable Tourism for Development 2017 pada tanggal 21-24 Juni 2017 di Manila.

“FGD ini sebagai upaya mempersiapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, fasilitator dan lokal partner pariwisata berkelanjutan, serta untuk mempersiapkan pada tanggal 21-24 Juni 2017 pemerintah Filipina akan mengadakan the World Tourism Organization (UNWTO) 6th International Conference on Tourism Statistics di Manila dengan fokus utama pada the measurement of sustainable tourism,” ujar Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, I Gede Ardika, Jumat (12/5).

I Gede Ardika mejelaskan, jika sustainable tourism sudah menjadi agenda nasional di berbagai negara di dunia dan juga di level internasional yaitu UN General Assembly. Untuk itu, seperti diketahui bagaimana peran pariwisata dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), termasuk juga dalam the 2030 Agenda dan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Untuk itulah FGD di Bandung ini diadakan, dengan tujuan untuk mempersiapkan materi dan rekomendasi dari Indonesia yang akan dibawa ke Konferensi Manila yang akan datang tersebut,” ujar Ardika.

Lebih lanjut Ardika mejelaskan, Konferensi Manila ini akan menghasilkan deklarasi pengakuan pentingnya pengembangan framework statistik untuk mengukur pariwisata berkelanjutan. Ia juga berharap FGD kali ini bisa menghasilkan metodologi pengukuran sustainable tourism, serta bisa menguasai isu-isu statistic untuk pengukuran sustainable tourism, juga mendapatkan satu contoh-contoh pengukuran sustainable tourism di tingkat lokal dan nasional untuk menjadi acuan di tingkat global.

“Serta komitmen untuk pengukuran statistik sustainable tourism. Hal ini dalam rangka memelihara pengertian bersama (common understanding) untuk mengikuti perkembangan (tracking progress) dan membuat kebijakan-kebijakan,” kata Ardika.

Berbagai bahasan menarik menjadi perbincangan seru di forum kali ini. Samsriyono Nugroho, Ataf Khusus Kementerian Pariwisata (Menpar) bidang Teknologi Informasi dalam paparannya menjelaskan, lima konferensi internasional mengenai Tourism Statistics sebelumnya telah dilakukan antara lain di Ottawa (1991), Nice (1999), Vancouver (2001), Iguazu (2005) and Bali (2009).

“Akan tetapi, belum pernah dibahas atau dibuat standardized basis untuk pengumpulan (collection) relevant information, pada nasional atau subnasional level. Signifikan gap ini membatasi potensi pengembangan kebijakan peningkatan sustainable tourism,” kata Samsriyono.

Untuk mengatasi gap tersebut, lanjut Samsriyono, UNWTO dengan dukungan dari the UN Statistics Division (UNSD), telah menginisiasi Towards a Statistical Framework for Measuring Sustainable Tourism (MST). Proyek ini merupakan kelanjutan dari strategic projects UNWTO sebelumnya yaitu United Nations approval of the Tourism Satellite Account (TSA) dan the International Recommendations for Tourism Statistics (IRTS).

“Dimana di dalam IRTS tahun 2008 telah direkomendasikan mengenai “linking tourism and sustainability be considered a priority”,” ujar Samsriyono.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan, Indonesia memiliki penilaian yang bagus terkait sustainable tourism. Bahkan, kata dia, Indonesia menempati peringkat kedua setelah China dalam hal dimaksud, seperti diungkapkan pada pembukaan PATA Travel Mart 2016. Prestasi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi daerah untuk terus menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.

“Bicara pariwisata, tidak hanya tentang destinasi melainkan juga pengembangan infrastruktur secara keseluruhan dan berkelanjutan. UNWTO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara sederhana sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat,” ujarnya. (rel)

Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, I Gede Ardika, saat Sustainable Tourism Statistics di Hotel Grand Serela Setiabudhi, Bandung, Rabu (10/5).

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kementrian Pariwisata sukses menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai Sustainable Tourism Statistics di Hotel Grand Serela Setiabudhi, Bandung, Rabu (10/5). FGD ini untuk persiapan The International Year of Sustainable Tourism for Development 2017 pada tanggal 21-24 Juni 2017 di Manila.

“FGD ini sebagai upaya mempersiapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, fasilitator dan lokal partner pariwisata berkelanjutan, serta untuk mempersiapkan pada tanggal 21-24 Juni 2017 pemerintah Filipina akan mengadakan the World Tourism Organization (UNWTO) 6th International Conference on Tourism Statistics di Manila dengan fokus utama pada the measurement of sustainable tourism,” ujar Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, I Gede Ardika, Jumat (12/5).

I Gede Ardika mejelaskan, jika sustainable tourism sudah menjadi agenda nasional di berbagai negara di dunia dan juga di level internasional yaitu UN General Assembly. Untuk itu, seperti diketahui bagaimana peran pariwisata dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), termasuk juga dalam the 2030 Agenda dan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Untuk itulah FGD di Bandung ini diadakan, dengan tujuan untuk mempersiapkan materi dan rekomendasi dari Indonesia yang akan dibawa ke Konferensi Manila yang akan datang tersebut,” ujar Ardika.

Lebih lanjut Ardika mejelaskan, Konferensi Manila ini akan menghasilkan deklarasi pengakuan pentingnya pengembangan framework statistik untuk mengukur pariwisata berkelanjutan. Ia juga berharap FGD kali ini bisa menghasilkan metodologi pengukuran sustainable tourism, serta bisa menguasai isu-isu statistic untuk pengukuran sustainable tourism, juga mendapatkan satu contoh-contoh pengukuran sustainable tourism di tingkat lokal dan nasional untuk menjadi acuan di tingkat global.

“Serta komitmen untuk pengukuran statistik sustainable tourism. Hal ini dalam rangka memelihara pengertian bersama (common understanding) untuk mengikuti perkembangan (tracking progress) dan membuat kebijakan-kebijakan,” kata Ardika.

Berbagai bahasan menarik menjadi perbincangan seru di forum kali ini. Samsriyono Nugroho, Ataf Khusus Kementerian Pariwisata (Menpar) bidang Teknologi Informasi dalam paparannya menjelaskan, lima konferensi internasional mengenai Tourism Statistics sebelumnya telah dilakukan antara lain di Ottawa (1991), Nice (1999), Vancouver (2001), Iguazu (2005) and Bali (2009).

“Akan tetapi, belum pernah dibahas atau dibuat standardized basis untuk pengumpulan (collection) relevant information, pada nasional atau subnasional level. Signifikan gap ini membatasi potensi pengembangan kebijakan peningkatan sustainable tourism,” kata Samsriyono.

Untuk mengatasi gap tersebut, lanjut Samsriyono, UNWTO dengan dukungan dari the UN Statistics Division (UNSD), telah menginisiasi Towards a Statistical Framework for Measuring Sustainable Tourism (MST). Proyek ini merupakan kelanjutan dari strategic projects UNWTO sebelumnya yaitu United Nations approval of the Tourism Satellite Account (TSA) dan the International Recommendations for Tourism Statistics (IRTS).

“Dimana di dalam IRTS tahun 2008 telah direkomendasikan mengenai “linking tourism and sustainability be considered a priority”,” ujar Samsriyono.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan, Indonesia memiliki penilaian yang bagus terkait sustainable tourism. Bahkan, kata dia, Indonesia menempati peringkat kedua setelah China dalam hal dimaksud, seperti diungkapkan pada pembukaan PATA Travel Mart 2016. Prestasi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi daerah untuk terus menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.

“Bicara pariwisata, tidak hanya tentang destinasi melainkan juga pengembangan infrastruktur secara keseluruhan dan berkelanjutan. UNWTO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara sederhana sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat,” ujarnya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/