29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ayo, Perbanyak Desa Wisata di Sekitar Destinasi Unggulan

MAGELANG, SUMUTPOS.CO – Menjelang Rapat Koordinasi Nasional Rakornas Pariwisata II/2017 di Biidakara, Jakarta, 18-19 Mei 2017, isu homestay desa wisata terus menggelinding kuat. Menpar Arief Yahya memang menetapkan itu sebagai unggulan ketiga dalam peta top three prioritas kerja Kementerian Pariwisata, setelah Go Digital dan Air Connectivity.

Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pun mendorong daerah-daerah yang punya potensi turisme untuk giat mengembangkan desa wisata. Sebab, keberadaan desa wisata diyakini akan mampu menyedot lebih banyak wisatawan.

Hal itu disampaikan Ketua Wantimpres Sri Adiningsih saat mengunjungi kawasan Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, belum lama ini. Saat ini, Borobudur menjadi satu dari 10 destinasi wisata prioritas atau yang dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru.

Adiningsih mengatakan, desa wisata bisa menjadi atraksi tersendiri bagi wisatawan. Dia menyebut kawasan sekitar Borobudur adalah contoh yang baik dalam pengembangan desa wisata. Sebab, wisatawan yang mengunjungi candi Buddha terbesar di dunia itu juga bisa mengunjungi kawasan sekitarnya.

“Selama ini, biasanya hanya ke Candi Borobudur, setelah itu selesai. Sekarang bisa dilihat, atas bantuan BUMN, BUMDes dan masyarakat sedang dikembangkan kawasan wisata Borobudur yang besar, yang bukan hanya datang untuk melihat candi. Tapi juga aktivitas wisata lain di sekitarnya. Menikmati candi tanpa menyentuh,” katanya.

Lebih lanjut guru besar ilmu ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengharapkan konsep yang diterapkan di sekitar Borobudur tersebut bisa diadopsi daerah lain. Apalagi Indonesia memang kaya akan alam, budaya, kuliner, dan kerajinan.

“Menarik kalau dicermati masyarakat sekarang, terutama anak-anak, menyukai pengalaman wisata yang baru. Misalnya memandikan kerbau, menangkap belut, ikan, itu saja sekarang bisa dijual. Beda dengan dulu,” tuturnya.

Selain itu Adiningsih juga mejelaskan komitmen pemerintah dalam  menyediakan segala kebutuhan guna mendukung pengembangan pariwisata. Misalnya, infrastruktur, air, dan pengelolaan sampah.

Adiningsih juga menyinggung soal kiprah BUMN yang kini aktif terlibat dalam pengembangan pariwisata. Lagi-lagi, perempuan asal Surakarta itu mencontohkan sinergi BUMN di Borobudur dan sekitarnya.

“Saat ini sedang digerakkan program 20 Balai Ekonomi Desa di 20 desa sekitar Candi Borobudur yang melibatkan BUMN,” sebutnya. (rel)

 

 

MAGELANG, SUMUTPOS.CO – Menjelang Rapat Koordinasi Nasional Rakornas Pariwisata II/2017 di Biidakara, Jakarta, 18-19 Mei 2017, isu homestay desa wisata terus menggelinding kuat. Menpar Arief Yahya memang menetapkan itu sebagai unggulan ketiga dalam peta top three prioritas kerja Kementerian Pariwisata, setelah Go Digital dan Air Connectivity.

Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pun mendorong daerah-daerah yang punya potensi turisme untuk giat mengembangkan desa wisata. Sebab, keberadaan desa wisata diyakini akan mampu menyedot lebih banyak wisatawan.

Hal itu disampaikan Ketua Wantimpres Sri Adiningsih saat mengunjungi kawasan Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, belum lama ini. Saat ini, Borobudur menjadi satu dari 10 destinasi wisata prioritas atau yang dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru.

Adiningsih mengatakan, desa wisata bisa menjadi atraksi tersendiri bagi wisatawan. Dia menyebut kawasan sekitar Borobudur adalah contoh yang baik dalam pengembangan desa wisata. Sebab, wisatawan yang mengunjungi candi Buddha terbesar di dunia itu juga bisa mengunjungi kawasan sekitarnya.

“Selama ini, biasanya hanya ke Candi Borobudur, setelah itu selesai. Sekarang bisa dilihat, atas bantuan BUMN, BUMDes dan masyarakat sedang dikembangkan kawasan wisata Borobudur yang besar, yang bukan hanya datang untuk melihat candi. Tapi juga aktivitas wisata lain di sekitarnya. Menikmati candi tanpa menyentuh,” katanya.

Lebih lanjut guru besar ilmu ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengharapkan konsep yang diterapkan di sekitar Borobudur tersebut bisa diadopsi daerah lain. Apalagi Indonesia memang kaya akan alam, budaya, kuliner, dan kerajinan.

“Menarik kalau dicermati masyarakat sekarang, terutama anak-anak, menyukai pengalaman wisata yang baru. Misalnya memandikan kerbau, menangkap belut, ikan, itu saja sekarang bisa dijual. Beda dengan dulu,” tuturnya.

Selain itu Adiningsih juga mejelaskan komitmen pemerintah dalam  menyediakan segala kebutuhan guna mendukung pengembangan pariwisata. Misalnya, infrastruktur, air, dan pengelolaan sampah.

Adiningsih juga menyinggung soal kiprah BUMN yang kini aktif terlibat dalam pengembangan pariwisata. Lagi-lagi, perempuan asal Surakarta itu mencontohkan sinergi BUMN di Borobudur dan sekitarnya.

“Saat ini sedang digerakkan program 20 Balai Ekonomi Desa di 20 desa sekitar Candi Borobudur yang melibatkan BUMN,” sebutnya. (rel)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/