Baginya, event ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa karena mengingatkan orang-orang kepada leluhur yang telah berjuang sepenuh hati agar anak cucunya bisa hidup dengan sejahtera, di mana pun berada.
Ketua panitia Javanese Diaspora Event III, Indrata Kusuma Prijadi, mengatakan dibandingkan dengan penyelenggaran dua event sebelumnya, Javanese Diaspora Event III diikuti oleh lebih banyak peserta.
“Diaspora Jawa itu merujuk ke para keturunan orang Jawa yang tidak lagi tinggal di Jawa. Dalam hal ini adalah wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jogja. Mereka hadir, saling bersilaturahmi di Jogja,” jelasnya.
Menurut Indrata, JDE III dihadiri beberapa tokoh diaspora Jawa yang cukup dikenal di negaranya masing-masing. Di antaranya adalah Paul Salam Somohardjo yang merupakan mantan Ketua Parlemen Suriname tahun 2005 silam, Titi Amina Pardi yang adalah dubes Suriname untuk Indonesia, Hariette Mingoen, antropolog serta Ketua Stichting Comite Herdenking Javanese Immigratie Nederland dan Thiery Timan yang merupakan Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di New Caledonia.
Sementara itu, Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro mengaku sangat senang bisa menjadi tuan rumah bagi orang Jawa dari seluruh dunia untuk bisa berkumpul dan berbagi bersama.
Ia mengaku akan berkerja keras untuk memastikan setiap diaspora Jawa yang hadir agar senang dan bahagia selama berjalannya Javanese Diaspora Event III.
Kendati taglinenya “reuni” Diaspora Jawa, event ini juga dihadiri keturunan Batak dan Manado di luar negeri. Ada Norman Pasaribu dan Djintar Tambunan dari Kaledonia Baru.
Aktivitas reuni dengan mengundang orang ke tanah air itu termasuk MICE. Meeting Incentives Conference Exhibition itu masuk dalam portofolio bisnis pariwisata, yang hitungannya sekitar 5%. “Makin banyak aktivitas MICE, makin bagus bagi industri pariwisata,” kata Arief Yahya. (rel)