JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kampung warna-warni, penuh Pelangi di Kelurahan Randusari, Semarang Selatan, Jawa Tengah itu rupanya sudah menggemparkan dunia. Media-media luar negeri beramai-ramai membahas Merah, Kuning, Hijau, Biru, Kuning itu dalam beberapa hari terakhir.
Di antaranya, Daily Mail, Mirror, India Times, Telegraph, Vogue, Independent, Coconut, dan Seasia. Media-media kenamaan itu membuat judul yang wow banget.
Misalnya, Independent yang memasang judul Rainbow Village: Indonesian Hamlet Is Instagram Hit With Colourful Makeover.
Sedangkan Telegraph memasang judul Rainbow Village Brightens Locals Lives And Social Media Feeds.
Sementara itu, India Times mengambil judul Indonesia’s ‘Rainbow Village’ May Cost Its Govt $150,000 But It Looks Worth Every Penny Spent.
Sedangkan Vogue memasang judul The Tiny Rainbow Village That¡¯s Sparking an Instagram Craze.
Di sisi lain, Mirror memilih judul ‘Ramshackle Slum To ‘Rainbow Village’: Shanty Town Is Transformed Into Top Tourist Spot Thanks To Lick Of Paint’.
Media-media itu memasang foto terkini Kampung Pelangi yang sangat Instagramable banget. Independent dan Daily Mail juga memajang perbedaan Kampung Pelangi sebelum dan sesudah di-makeover.
Dalam foto sebelum Kampung Pelangi dirombak total, terlihat kampung itu layaknya desa lain di Indonesia.
Bangunan-bangunannya mayoritas disusun dari batu bata. Tembok bagian luar ada yang diplester semen, ada pula yang tidak. Namun, setelah direnovasi total, kampung itu bak putri jelita. Cantik, anggun, dan menjadi pusat perhatian.
Sosok di balik perubahan total itu adalah Slamet Widodo (54). “Ide membuat Kampung Pelangi datang setelah kami melihat kecantikan Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi di Malang serta Kampung Kali Code di Jogjakarta,” kata pria yang berprofesi sebagai guru itu sebagaimana dilansir laman Independent.
Sama seperti Kampung Warna-warni, Tridi, dan Kali Code, Kampung Pelangi juga dihias dengan teknik permainan cat. Genteng rumah warga dicat warna-warni. Tembok rumah pun ditutup dengan cat beraneka warna.
Jembatan juga ditimpa dengan cat sehingga menjadi sangat pas dijadikan lokasi selfie atau foto bareng keluarga maupun teman.
Tak mengherankan, Vogue juga menulis Kampung Pelangi sangat Instagram-worthy.
“Inilah dahsyatnya digital media! Kehebatan pengaruh digital lifestyle, yang menginspirasi para netizen, dan menghebohkan dunia maya. Dari foto, video, slide show, semuanya bisa mencuri perhatian dunia,” kata Arief Yahya Menteri Pariwisata RI.
Kampung Pelangi ini adalah contoh bagus. Sebagai branding, kampung itu sudah mendunia pamornya. “Tinggal, bagaimana agar bisnisnya juga hidup dan mensejahterakan masyarakat. Jawabannya adalah homestay desa wisata!” cetus Menpar Arief.
Kampung itu tidak bermakna apa-apa kalau tidak diramaikan komunitas netizen. Mereka menjadi endorser dan sarana promosi yang sangat efektif. “Terima kasih juga pada anak-anak muda yang tergabung dalam GenPI, Generasi Pesona Indonesia. Terus angkat potensi destinasi, calender of events dan sejumlah policy kepariwisataan yang terkait deregulasi,” ujar Menpar Arief di forum Rakornas II/2017 di Hotel Bidakara, Jakarta.
Peran Wali Kota Semarang Hendar Prihadi juga tak bisa dilepaskan dari perubahan frontal itu.
Ide Slamet sejalan dengan misi Hendar yang ingin mempercantik desa-desa di Semarang.
Hendar bahkan mengecat beberapa rumah warga. Proyek itu memakan waktu sekitar sebulan.
Kini, kampung itu berubah menjadi lokasi bidikan travelista. Para pelancong beramai-ramai mengunjungi Kampung Pelangi, terutama pada akhir pekan.
“Saya berharap Kampung Pelangi menjadi yang paling besar di Indonesia dan menawarkan pilihan baru untuk pariwisata di Semarang,” kata Slamet. (Rel)