UBUD, SUMUTPOS.CO – Ada kabar gembira bagi penyuka sastra kelas dunia. Pada 25-29 Oktober nanti, ada Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017 yang siap menyapa. Penulis-penulis kelas dunia, dipastikan bakal tumblek blek di World Best Destination 2017 versi TripAdvisor.
Seluruh mata acara keren sudah disusun rapi. Dijamin Anda bakal happy. Maklum, selain membedah sastra, Anda juga bisa sekalian leisure di destinasi yang pernah dikunjungi Raja Salman dan Barrack Obama itu.
“UWRF menempati posisi pertama sebagai festival sastra paling diminati di Asia Tenggara. Skalanya sangat besar,” ungkap Founder sekaligus Director UWRF Janet DeNeefe mengatakan, Rabu (25/10).
Janet memang tak asal bicara. Di 2015 lalu, UWRF sukses menarik puluhan ribu pengunjung selama lima hari acara. Semua tersebar di lebih dari 50 lokasi yang tersebar di Ubud. Dari mulai 150 lebih penulis, pembicara, dan tokoh budaya dari seluruh Indonesia dan dunia, hadir semua ke Ubud, Bali.
Saking besar skalanya, UWRF juga masuk dalam tiga festival papan atas di Bali selain Ubud Food Festival dan Bali Emerging Writers Festival.
Lantas bagaimana dengan edisi 2017? Soal ini, Janet mengaku sangat optimistis. Tema yang dipilih sangat seksi. Dari mulai tema sosial, budaya, politik, dan seni, semua bakal diangkat di hadapan para pegiat sastra.
“UWRF tahun ini sengaja mengambil tema Origins di tengah kerusuhan global dan gejolak politik. ‘Origins’ ingin mengundang orang untuk melihat gambaran besar. Bukan hanya berkontemplasi tentang hubungan antarperorangan tapi bersama-sama sebagai umat manusia di planet ini dari waktu ke waktu,” kata Janet.
Tema Origin terinspirasi dari filosofi Hindu, “Sangkan Paraning Dumadi” yang bermakna hubungan kekal manusia dengan asal muasal manusia, tempat manusia bakal kembali kelak.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuty mengatakan mendukung kegiatan yang memasuki tahun ke-10 penyelenggaraan ini.
Menurutnya kegiatan ini dapat memamerkan keragaman budaya Indonesia kepada dunia sekaligus mempromosikan Ubud sebagai pusat pertemuan penulis dan seniman dari seluruh dunia untuk berkarya, sekaligus berwisata.
“Meski event ini baru 10 tahun, namun festival ini mempu mendorong iklim pariwisata di Bali, terutama di Ubud. Dari sudut pandang pariwisata, UWRF ini memberikan dampak positif,” ujar Esthy.
Festival ini menjadi menjadi ajang dialog antara penulis-penulis hebat di mana terpada pertukaran cerita antara penduduk lokal dan perspektif dunia membuka wawasan para pengunjung selama berada di Indonesia.
Sastra sekaligus membawa orang melampaui fisik dan menyelami budaya melalui simbol dan metafora.
“Sebagai promosi pariwisata, UWRF mempromosikan Indonesia dalam literatur, sebuah sudut pandang, dan memberikan nilai tambah untuk memberikan pengalaman lain kepada para pengunjung lebih dari sekadar mengunjungi destinasi wisata,” ujar Esthy didampingi Kabid Promosi Wisata Buatan, Ni Putu Gayatri.
Sementara Indonesia sendiri mengirim 15 orang penulis yang sebelumnya telah melalui proses seleksi ketat terhadap 915 karya tulis. Seleksi dilakukan oleh tiga orang juri yakni Seno Gumira Ajidarma, Leila S.Chudori, dan Warih Wisatsana.
“Sebanyak 15 penulis terpilih ini akan hadir dan tampil bersama penulis-penulis pemenang penghargaan di UWRF 2017,” ujar Leila S.Chudori.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut merespon kegiatan ini. Menurutnya, UWRF akan semakin menjadikan Ubud tidak hanya destinasi wisata, tapi juga destinasi seni sastra kelas dunia.
“Saya yakin keindahan Ubud serta kekuatan seni dan budaya Bali juga keindahan alamnya dapat menjadi inspirasi bagi para penulis. Selamat berfestival. Salam Wonderful Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya. (Rel)