JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pada saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata III menjadi hari istimewa Menteri Pariwisata Arief Yahya. Pasalnya, Kementeran Pariwisata juga menerima penghargaan dari BPS Awards 2017, sebagai “Pengguna Data Teladan, Kategori Kementerian atau Lembaga Pemerintah”.
Menpar Arief Yahya pun akhirnya melewatkan makan siangnya meninggalkan Hotel Bidakara, tempat diselenggarakannya Rakornas meluncur ke Gedung Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menerima penghargaan. Penghargaan tersebut diberikan langsung Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto kepada Menpar Arief Yahya.
Dalam sambutannya, Menpar Arief Yahya menyampaikan pentingnya BPS untuk Go Digital, karena data yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan. “Apabila data terlambat disampaikan, telat disediakan maka tidak akan ada gunanya, karena dunia cepat sekali berubah. Solusinya adalah Big Data. Dengan Big Data, maka BPS bisa jadi lembaga yang paling kaya di Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya, Selasa (26/9).
Penghargaan ini diberikan bertepatan dengan Hari Statistik Nasional (HSN) yang jatuh pada tiap tanggal 26 September. Sebagai bagian dalam rangka memperingati HSN, juga diadakan Seminar dengan judul “Merancang Format Masa Depan Pengumpulan Data Statistik dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi”.
Menpar Arief Yahya mengungkapkan, Kemenpar dan BPS telah mengimplementasikan Mobile Positioning Data (MPD) pada tahun 2016. Metode tersebut telah mendapatkan dukungan dan apresiasi dari UNWTO melalui kegiatan Kunjungan delegasi Kementerian Pariwisata dan Badan Pusat Statistik ke UNWTO di Madrid (31 Januari 2017), Workshop of The Use Mobile Positioning Data on Tourism Statistics di Bali (23 Maret 2017).
“MPD telah dipaparkan pada kegiatan the 6th UNWTO International Conference on Tourism Statistics di Manila pada tanggal 20-21 Juli 2017. Metode tersebut mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai negara dan lembaga internasional,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menambahkan, MPD pada era digital saat ini merupakan upaya tepat yang dapat membantu mengumpulkan data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Sebab, metode itu ditunjang dengan sejumlah keunggulan, seperti real time, kecepatan, ketepatan, dan cakupan yang lebih luas.
“Kita biasa sebut dengan ‘3V’, yakni volume, velocity atau kecepatan, dan variety atau jenis. Kalau kita sudah mengedepankan digital, terus kita tidak menggunakan MPD, nantinya tidak nyambung. Sebab, Big Data atau MPD sangat banyak manfaatnya. Di era sekarang adalah sebuah keniscayaan kita tidak menggunakan digital,” ujarnya.
Lebih lanjut Menpar mengatakan, metode ini juga membantu Indonesia menjawab tantangan sebagai negara kepulauan yang memiliki perbatasan dengan negara tetangga. “Karena siapa yang menguasai informasi, itu pasti yang memenangkan persaingan,” kata mantan Dirut PT Telkom itu.
Dijelaskan, proses pengolahan data dapat digunakan tiga aspek, yang disebutnya “3P”, yakni performance, promotion, danprojection. “MPD itu digunakan untuk mengukur performa, sementara Big Data digunakan untuk promosi dan proyeksi,” jelas Menpar Arief Yahya.
Peraih BPS Award 2017 lainnya adalah Bisnis Indonesia sebagai “Mitra Media Teladan, Kategori Media Massa” dan PT. Indofood Sukses Makmur sebagai “Responden Teladan, kategori Perusahaan/Asosiasi”. (rel)