Gadis asal Bali ini mengaku sering mendengar kemasyhuran Masjid Roudhotul Muchlisin dari teman-temannya yang lain. Biasanya dia hanya melaksanakan salat tarawih di masjid dekat kos-kosannya di daerah Patrang. Tak hanya Pipin, setiap harinya lebih dari seribu jamaah berkunjung ke masjid tersebut.
Menurut Mahrus, masjid ini mampu menampung jamaah lebih dari 1.500 orang per hari. “Itu hanya di bagian dalam, belum termasuk jamaah yang salat di teras dan di lantai dua. Kalau ditotal bisa mencapai 2.500 jamaah,” terangnya.
Misinya, selain sebagai tempat ibadah, juga menjadi tempat pembelajaran agama. Mereka yang fasih membaca Alquran pasti memahami arti dalil-dalil yang dituliskan di tembok, seperti dalil yang menjelaskan tentang bersyukur, dan dalil lainnya tentang memakmurkan masjid.
Selain menjadi tempat ibadah, di sini juga akan dibangun menara yang difungsikan sebagai perpustakaan dan penginapan bagi musafir yang melewati Jember. Gagasan ini muncul setelah adanya larangan tidur di masjid. “Jadi kalau ada yang melakukan perjalanan dan kebetulan sampai di Jember terlalu malam, bisa menginap di sini,” lanjut Mahrus.
Sejak dibangun pada 1978, masjid ini sebenarnya sudah melewati berbagai proses pembangunan. Namun, tak terlalu tampak sebab hanya ada sekitar 10 tukang yang mengerjakan. “Jadi kelihatannya mangkrak, tetapi sebenarnya ada proses pembangunan,” tutur dosen tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Jember tersebut.
Setelah mendapat donasi, baru pada 2014 lalu proses pembangunan masjid ini kembali dikebut. Nantinya pada hari raya Idul Fitri, seluruh halaman masjid akan dijadikan area salat Ied. Sementara parkir kendaraan diletakkan di luar masjid.(rel)