Poses rampungnya pengerjaan Alquran ini hingga 8 tahun lamanya. Selain terkendala biaya, proses ketelitian pembuatannya juga memakan waktu yang tidak sedikit. “Tahun 2002 dibuat dan selesai 2009. Pengerjaannya sempat terhenti karena kehabisan biaya. Biaya yang dihabiskan untuk menyelesaikan Alquran Al Akbar kurang lebih Rp 2 miliar,” ungkap Asri.
Para pengunjung tidak dikenakan patokan harga untuk memasuki lokasi. Tapi ada celengan besar untuk menampung infaq pengunjung yang diperuntukan bagi anak yatim piatu.
“Hanya sebatas mencatat saja, yang datang dari mana. Tidak ada dikenakan biaya pengunjung. Kita cuma siapkan celengan untuk infaq, uang ini akan disalurkan untuk anak yatim,” ujarnya.
Saat peluncuran GenPI –Generasi Pesona Indonesia—Sumsel, 6 Mei 2017 lalu, Kadispar Sumsel Irene Camelyn Sinaga mengajak dua bus rombongan GenPI ke Jalan Moh Amin, Gandus, Kota Palembang. Mereka menjadikan Alquran Al Akbar itu sebagai salah satu materi untuk content destinasi pariwisata di Palembang. “Hastag #GenPISumsel sempat 9 jam mengudara di papan atas trending topic nasional,” ungkap Irene.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi pariwisata berbasis religi yang sangat lengkap dan diakui dunia. Komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.
Indonesia sendiri mempunyai karakterisktik yang sangat lengkap mulai dari Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu dan bahkan beragam kepercayaan lokal yang diperkirakan mencapai jumlah 245 kepercayaan.
“Potensi wisata religi di Indonesia sangatlah besar. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah penduduk Indonesia, dimana hampir semuanya adalah umat beragama, merupakan potensi tersendiri bagi berkembangnya wisata religi di Nusantara,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arif Yahya menambahkan, pergerakan Wisata religi berdampak baik, dengan peristiwa wisata secara spiritual akan meningkatkan keimanan baik lahir dan batin. Selain itu wisata religi dapat pula meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena roda ekonomi berputar dan terjadi multiplier effect.
“Dewasa ini telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan. Tren tersebut adalah perubahan paradigma pariwisata dari “sun, sand and sea” menjadi “serenity, sustainability and spirituality”. Berkaitan dengan tren tersebut UNWTO telah memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan global atau 30 persen dari total keseluruhan wisatawan global melakukan kunjungan ke situs-situs religius di seluruh dunia, baik yang berdasar pada motif spiritual ataupun motif kognitif,” jelas Menpar Arief Yahya. (rel)