YOGYAKARTA, SUMUTPOS.CO – Berbagai lini dijalani Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam mempromosikan destinasi-destinasi unggulan tanah air. Tidak terkecuali yang masuk ke dalam 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan Kemenpar atau biasa disebut dengan 10 Bali Baru.
Buktinya, Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu menggelar promosi 10 destinasi prioritas melalui event perjalanan insentif di Provinsi Jawa Tengah pada pengenalan destinasi wisata prioritas. Acara ini bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Akademi Militer (IKAM) Yogya di Hotel Grand Keisha, Yogyakarta, Sabtu (29/7).
”Dengan acara insentif ini, segera mungkin kita membuat paket wisata yang menawarkan destinasi-destinasi sejarah, terutama kaitannya dengan sejarah kemerdekaan dan perjuangan IKAM. Ini menopang salah satu destinasi prioritas Borobudur, jadi selain ke Candi Borobudur, wisatawan juga disiapkan paket untuk mengenal sejarah dan berwisata ke museum-museum sejarah maupun monumen yang kita miliki di Yogyakarta,” ujar Kepala Dinas Sejarah TNI AD, Brigjen Djashar Djamil.
Djamil menjabarkan, banyak lokasi sejarah yang menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari rentetan perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia di Yogyakarta. Sebut saja, Monumen Plataran, Benteng Vreidenberg, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMPN 2 Kalasan, Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Akademi Militer Magelang, serta ke Monumen Perjuangan Taruna di Plataran-Kalasan.
”Itu semua punya arti, jika kita pelajari menjadi daya tarik sendiri, dan menjadi daya tarik pariwisata. Apalagi ini masuk ke dalam 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan pemerintah,” ujar Djashar.
Sementara itu, salah satu pemerhati sejarah dan juga penggagas acara ini, Indroyono Soesilo, mengatakan Monumen Perjuangan Taruna atau yang lebih dikenal dengan Monumen Plataran memiliki potensi besar untuk ditetapkan sebagai destinasi wisata.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar itu menambahkan, monumen yang berlokasi di di Dusun Plataran, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan itu menyimpan sejarah perjuangan kemerdekaan. Di situ, pada 24 Pebruari 1949, para perwira alumni Akademi Militer Yogya dan taruna MA-Yogya bertempur menghadapi Pasukan Tentara Belanda. Beberapa dari mereka gugur.
“Sejarahnya sangat dalam, dan punya banyak cerita perjuangan kemerdekaan. Bahkan salah satu Alumni MA Yogya gugur saat melindungi pasukannya yang tengah mengadakan gerakan mundur,” ujar pria yang pernah menjabat Menkomaritim itu.