25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Sawi Hijau Sumbang Inflasi di Medan

Petani sayur di kaki Gunung Sinabung.
Petani sayur di kaki Gunung Sinabung.

MEDAN- Sawi hijau menjadi komoditas terbesar penyumbang inflasi di Medan. Kenaikan harga komoditas tersebut mencapai angka 33,81 persen. Hal itu terungkap dari rekap data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, pada September.

“Melonjaknya harga sawi hijau sehingga menjadi salah satu penyumbang inflasi tersebsar di Medan dikarenakan pasokan menurun. Sementara stok tidak memadai akibat kerusakan tanaman yang disebabkan erupsi Sinabung, sehingga harga menjadi tidak terkendali,” kata Kabid Statistik Distribusi BPS Sumut, Hajizi kepada wartawan di kantornya jalan Asrama Medan, Selasa (1/10).

Selain sawi hijau, Haziji menjelaskan komoditas penyumbang inflasi di Medan lainnya yakni, harga emas perhiasan yang naik sebesar 15,73 persen, kontrak rumah naik sebesar 5,46 persen, tarif air minum PAM naik sebesar22,10 persen, harga daging ayam ras naik sebesar 10,63 persen, harga sepeda motor naik sebesar 5,15 persen, harga ketupat/lontong sayur naik sebesar8,24 persen.

” Kenaikan harga beberapa komoditas menyebabkan inflasi Medan pada September sebesar 0, 12 persen. Begitupun, Medan merupakan kota yang inflasinya lebih rendah dibandingkan Pematangsiantar yang  sebesar 0,73 persen, sedangkan dua kota lainnya mengalami deflasi yakni Sibolga sebesar 0,99 persen dan Padangsidimpuan sebesar 0,67 persen. Dengan demikian, Sumatera Utara pada bulan September 2013 mengalami inflasi sebesar 0,10 persen,” jelasnya.

Menurut Kasubag Program Dinas Pertanian Sumatera Utara, Ir Lusyantini mengatakan tingginya permintaan yang  mengakibatkan harga sawi hijau naik. Kondisi ini diperparah karena daerah produksi sawi hijau di Karo seperti di Kecamatan Namanteran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket  masih belum normal produksinya akibat terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Analisis Keungan Sumut, Gunawan Bonyamin mengatakan, letusan Gunung  Sinabung yang membuat sisi supply menjadi bermasalah, sehingga laju inflasi Sumut di September di luar kontrol tim pengendali inflasi daerah. Dijelaskan Bonyamin, hal ini terlihat, meskipun secara nasional indonesia terjadi deflasi, namun TPID tak mampu mengendalikan inflasi daerah sehingga kinerjanya terkesan lebih buruk.

“Hal ini yang sempat mengakibatkan sejumlah bahan kebutuhan pokok seperti cabai dan sayuran naik di Sumut. Namun karena kenaikan harga bahan pokok tersebut tidak berlangsung lama, sehingga dampak tekanannya tak begitu signifikan,” jelasnya. (mag-9)

Petani sayur di kaki Gunung Sinabung.
Petani sayur di kaki Gunung Sinabung.

MEDAN- Sawi hijau menjadi komoditas terbesar penyumbang inflasi di Medan. Kenaikan harga komoditas tersebut mencapai angka 33,81 persen. Hal itu terungkap dari rekap data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, pada September.

“Melonjaknya harga sawi hijau sehingga menjadi salah satu penyumbang inflasi tersebsar di Medan dikarenakan pasokan menurun. Sementara stok tidak memadai akibat kerusakan tanaman yang disebabkan erupsi Sinabung, sehingga harga menjadi tidak terkendali,” kata Kabid Statistik Distribusi BPS Sumut, Hajizi kepada wartawan di kantornya jalan Asrama Medan, Selasa (1/10).

Selain sawi hijau, Haziji menjelaskan komoditas penyumbang inflasi di Medan lainnya yakni, harga emas perhiasan yang naik sebesar 15,73 persen, kontrak rumah naik sebesar 5,46 persen, tarif air minum PAM naik sebesar22,10 persen, harga daging ayam ras naik sebesar 10,63 persen, harga sepeda motor naik sebesar 5,15 persen, harga ketupat/lontong sayur naik sebesar8,24 persen.

” Kenaikan harga beberapa komoditas menyebabkan inflasi Medan pada September sebesar 0, 12 persen. Begitupun, Medan merupakan kota yang inflasinya lebih rendah dibandingkan Pematangsiantar yang  sebesar 0,73 persen, sedangkan dua kota lainnya mengalami deflasi yakni Sibolga sebesar 0,99 persen dan Padangsidimpuan sebesar 0,67 persen. Dengan demikian, Sumatera Utara pada bulan September 2013 mengalami inflasi sebesar 0,10 persen,” jelasnya.

Menurut Kasubag Program Dinas Pertanian Sumatera Utara, Ir Lusyantini mengatakan tingginya permintaan yang  mengakibatkan harga sawi hijau naik. Kondisi ini diperparah karena daerah produksi sawi hijau di Karo seperti di Kecamatan Namanteran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket  masih belum normal produksinya akibat terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Analisis Keungan Sumut, Gunawan Bonyamin mengatakan, letusan Gunung  Sinabung yang membuat sisi supply menjadi bermasalah, sehingga laju inflasi Sumut di September di luar kontrol tim pengendali inflasi daerah. Dijelaskan Bonyamin, hal ini terlihat, meskipun secara nasional indonesia terjadi deflasi, namun TPID tak mampu mengendalikan inflasi daerah sehingga kinerjanya terkesan lebih buruk.

“Hal ini yang sempat mengakibatkan sejumlah bahan kebutuhan pokok seperti cabai dan sayuran naik di Sumut. Namun karena kenaikan harga bahan pokok tersebut tidak berlangsung lama, sehingga dampak tekanannya tak begitu signifikan,” jelasnya. (mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/