27.8 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Hemat Listrik Otomatis? Begini Caranya…

Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos Dua staf Schneider Electric, Donald Situmorang dan Arifin Limbong menjelaskan produk Solar Panel, dalam acara bertajuk “Solutions World” di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016). Ada lampu jalan bertenaga sinar surya dengan kemampuan menyimpan listrik selama 8 jam, dan lampu gantung berkapasitas 20-50 watt, cocok digunakan di daerah yang belum dialiri listrik.
Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos
Dua staf Schneider Electric, Donald Situmorang dan Arifin Limbong menjelaskan produk Solar Panel, dalam acara bertajuk “Solutions World” di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016). Ada lampu jalan bertenaga sinar surya dengan kemampuan menyimpan listrik selama 8 jam, dan lampu gantung berkapasitas 20-50 watt, cocok digunakan di daerah yang belum dialiri listrik.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Listrik padam? Kebanyakan orang memilih memaki PLN. Maklum, di era modern seperti saat ini, lebih dari setengah aktivitas keseharian masyarakat bisa ‘shut down’ saat listrik padam. Mulai dari altivitas perkantoran, aktivitas di rumah, mall, hotel, dan sebagainya.

Tetapi banyak orang tidak sadar, gaya hidupnya sehari-hari kerap boros energi. Contoh kecilnya: menghidupkan AC di ruangan meski ruangan sedang tidak dipakai. Menghidupkan lampu seharian meski di ruangan itu sedang tidak ada kegiatan. Meninggalkan komputer dalam kondisi hidup, dan sebagainya…. dan sebagainya.

Ironisnya, di saat sebagian orang — khususnya masyarakat perkotaan– cenderung boros energi, menurut data yang dirilis oleh International Energy Agency, sebanyak 1,3 miliar orang di seluruh dunia justru belum menikmati aliran listrik. Terutama masyarakat yang tinggal di daerah pelosok dan pulau-pulau terpencil.

Di pihak lain, arus urbanisasi, digitalisasi, dan industrialisasi semakin mendorong konsumsi energi yang bertambah tinggi. Urbanisasi misalnya, di tahun 2050 diperkirakan perkotaan akan menjadi pusat kehidupan sebagian besar warga dunia, yaitu sejumlah 2,5 miliar jiwa. Era digitalisasi juga membutuhkan energi yang begitu besar, di mana di tahun 2020 diprediksi akan ada 50 miliar perangkat yang saling terkoneksi melalui internet. Begitu pula dengan arus industrialisasi, yang dipercaya akan menyerap energi 50 persen lebih besar di tahun 2050.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rasio elektrifikasi nasional baru mencapai sekitar 86 persen. Artinya 14 persen masyarakat Indonesia belum dapat menikmati berbagai kemudahan yang diperoleh dari adanya aliran listrik.

Di sisi lain, saat penggunaan energi akan terus bertambah dua kali lipat selama 40 tahun ke depan, masyarakat global juga dibebani dengan tanggungjawab untuk mengurangi emisi karbon hingga setengahnya.

Jadi, apa yang harus dilakukan?
Efisiensi energi adalah cara paling cepat, murah, bersih untuk mengurangi konsumsi energi dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sesuai dengan target Kyoto.

Bagaimana caranya?

Foto: Eki/Schneider Electric Riyanto Mashan selaku Country President Schneider Electric Indonesia memaparkan presentasinya tentang bagaimana solusi Schneider Electric dapat membantu realisasi efisiensi energi yang disampaikannya dalam pembukaan acara Schneider Electric Solutions World di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Riyanto Mashan selaku Country President Schneider Electric Indonesia memaparkan presentasinya tentang bagaimana solusi Schneider Electric dapat membantu realisasi efisiensi energi yang disampaikannya dalam pembukaan acara Schneider Electric Solutions World di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).

Menurut Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia, ada teknologi untuk menjawab kebutuhan efisiensi energi. Yakni fenomena Internet of Things (IoT) yang saat ini sedang menjadi tren dalam industri IT dan kelistrikan.

IoT adalah kumpulan berbagai perangkat, baik elektronik digital maupun mesin yang terhubung secara real-time melalui koneksi Internet. Sehingga setiap perangkat dibekali identitas khusus yang dapat berkomunikasi satu sama lain. “Benda“ atau “Things” dalam IoT pun bisa beraneka ragam, semua bisa dilibatkan, mulai dari perangkat sederhana seperti UPS hingga perangkat pompa air.

“Selama 10 tahun terakhir, evolusi teknologi dan penggunaan energi yang begitu cepat mendorong warga dunia untuk memikirkan langkah-langkah digitalisasi, dekarbonisasi, dan desentralisasi energi. Dari pengelolaan energi yang tadinya dilakukan secara lokal, kini IoT memungkinkan pengelolaan ini menjadi terdistribusi melalui produk-produk yang saling terkoneksi. Akhirnya terkumpul data yang dapat digunakan oleh para pengguna energi, termasuk organisasi atau perusahaan untuk menganalisa penggunaan energi mereka,” kata Riyanto Mashan, dalam acara bertajuk “Solutions World” bertempat di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).

Mendukung IoT, Schneider Electric menyediakan teknologi manajemen energi, automasi, termasuk software dan analitik pendukung, untuk mengubah information technology menjadi operation technology, sehingga mampu menunjang begitu banyak ragam kebutuhan industri yang kian kompleks dan membutuhkan efisiensi yang kian tinggi.

Schneider Electric menawarkan respon komprehensif untuk pasar residensial, gedung, energi dan infrastruktur, data dan jaringan, dengan berbagai solusi efisiensi energi yang membantu mengubah penghematan energi jadi pertumbuhan!
“Anda dapat menargetkan penghematan energi sebesar 30 persen menggunakan penawaran dan teknologi yang tersedia,” kata Riyanto.

Lantas, apa saja teknologi hemat energi yang ditawarkan Schneider Electric?

Foto: Eki/Schneider Electric Produk Smart Panel yang dipamerkan Schneider Electric dalam acara Solutions World di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Smart Panel untuk manajemen daya di gedung dapat mudah dikontrol hanya menggunakan tablet.
Foto: Eki/Schneider Electric
Produk Smart Panel yang dipamerkan Schneider Electric
dalam acara Solutions World di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Smart Panel untuk manajemen daya di gedung dapat mudah dikontrol hanya menggunakan tablet.

Salah satunya adalah Smart Panel. Ini adalah inovasi terintegrasi yang secara cerdas tergabung dengan kemampuan untuk mengukur, mengontrol, dan mengomunikasikan pemakaian energi dalam sebuah bangunan. Dengan Smart Panel, penggunaan listrik di sebuah bangunan dapat dihemat, karena ia dapat mematikan lampu dan AC secara otomatis di sebuah ruangan yang sedang tidak digunakan. Smart Panel adalah solusi manajemen energi pada industri dengan tiga prinsip efisiensi: measure, connect dan save.

XIGHTOR PRO VIDEO DOOR PHONE SYSTEM
Schneider Electric juga memamerkan Xightor Pro Video Door Phone System untuk apartemen. Solusi berupa lobby phone dan touch screen indoor station yang sangat menunjang keamanan tinggal di apartemen.

Xightor Pro bisa bekerja secara terintegrasi dengan sistem kontrol pintu masuk, CCTV, pemanggil lift, smart home, dan intrusion alarm, sehingga mampu melakukan pemantauan dan komunikasi yang mudah dan aman serta memastikan keamanan 24 jam untuk seluruh penghuni rumah atau apartemen

SMARTHOME SYSTEM
SmartHome System (EZInstall3) untuk perumahan: solusi home automation dan lighting control system yang mampu menunjang kenyamanan, kemudahan, sekaligus efisiensi penggunaan listrik. Solusi ini sangat mudah untuk dipasang untuk menerapkan kontrol suasana/scenario, penjadwalan, dan mengontrol masing-masing lampu atau alat-alat yang ada di rumah kita, dengan hanya menggantikan saklar mekanis yang sudah ada. Selain itu, solusi ini mempergunakan teknologi wireless terintegrasi yang mudah diatur dan dikendalikan dengan mudah oleh sentuhan tombol, baik jika sedang ada di rumah maupun di luar rumah

Foto: Eki/Schneider Electric Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini bertajuk Solutions World oleh Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Tampak staf Schneider Electric menjelaskan mengenai Aktivar Process pada konsumen. Altivar Process merupakan sebuah pengendali sevices-oriented dirancang untuk mengurangi OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam.
Foto: Eki/Schneider Electric
Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini bertajuk Solutions World oleh Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Tampak staf Schneider Electric menjelaskan mengenai Aktivar Process pada konsumen. Altivar Process merupakan sebuah pengendali sevices-oriented dirancang untuk mengurangi
OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam.

ALTIVAR PROCESS
Untuk sektor industri, Schneider Electric menghadirkan Altivar Process, yakni sebuah pengendali sevices-oriented yang dirancang untuk mengurangi OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam di dalamnya.

Produk ini memiliki fungsi speed control yang prima untuk motor 3 fasa, serta banyak kelebihan seperti power metering, QR Code, hingga pengawasan yang lebih mudah melalui Web Server.

Solusi ini salah satunya berfungsi untuk mengatur berjalannya aliran air pada bangunan industri. Tugasnya menaikkan dan menurunkan kecepatan motor listrik untuk mengalirkan air, disertai kemampuan mengontrol besar pemakaian energi.

Saat terjadi kerusakan pada mesin, masalah ini bisa ditangani dengan cepat karena proses identifikasi dilakukan dengan memindai kode pada perangkat melalui QR code. Cara ini mampu menghemat waktu dan lebih produktif karena informasi diterima langsung melalui gadget lewat sambungan Internet.

PANEL NEW SM6
Kemudian ada Panel New SM6 yang berperan penting dalam penyaluran listrik dari PLN ke pelanggan, berkat beragam fungsi yang dimilikinya, seperti pengukuran konsumsi energi, proteksi terhadap gangguan dan pemutusan arus.

Panel New SM6 sudah sesuai dengan Standar IEC62271-200 melalui uji jenis (type test) baik international type test maupun LMK type test (pengujian yang dilakukan oleh PLN Litbang/ LMK).

Melalui IoT, solusi Schneider Electric mampu mengintegrasikan perangkat keras dan lunak di dalam gedung secara costumized, berikut perencanaan, penginstalasian dan juga pelayanan yang prima, sehingga fasilitas dalam bangunan terus berjalan dan termonitor dengan efisien. Selain itu, efisiensi ini mampu memberikan penghematan yang signifikan terhadap biaya engineering, peralatan, instalasi, dan waktu pengerjaan proyek sehingga memberikan dampak yang nyata terhadap keuntungan finansial sebuah bangunan. “Seluruh solusi ini bersifat retrofit, sehingga dapat diimplementasikan pada gedung yang baru maupun lama,” kata Riyanto.

Bagaimana dengan harga?
“Banyak pola pikir masyarakat kita belum kepada arah faktor kualitas produk dan efisienitas. Padahal faktor ini akan sangat berguna untuk jangka panjang, Memang terkadang solusi kualitas produk dan efisienitas yang sangat baik terlihat memakan cost tinggi pada awalnya. Tapi ke depannya teknologi yang mempunyai efisienitas tinggi akan menghemat banyak sekali biaya, faktor faktor itu kadang banyak disepelekan,” kata Riyanto.

Foto: Eki/Schneider Electric Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia memaparkan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi, dalam acara bertajuk Solutions World yang digelar Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia memaparkan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi,
dalam acara bertajuk Solutions World yang digelar Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016).

GREEN BULDING
Ironisnya… meski semua orang dapat membantu planet dengan mematikan lampu atau mengecilkan AC, usaha ini hanya mewakilkan fraksi kecil dari emisi CO2. Survey menunjukkan, industri dan gedung bertanggung jawab untuk lebih dari setengah konsumsi energi hari ini.

Menurut Ir. Rana Yusuf Nasir, pakar energi yang juga Core Founder Green Building Council Indonesia dan Board of Governance Ashrae Indonesia Chapter, bangunan gedung menghabiskan lebih dari 1/3 sumber daya dunia untuk konstruksinya, menggunakan 40 persen dari total energi global, dan menghasilkan 40 persen dari total emisi greenhouse gas (GHG).

“Energy Efficiency Index negara kita untuk bangunan-bangunan komersil seperti rumah sakit, mall, perkantoran, maupun perhotelan masih jauh di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang. Kesepakatan dari Rencana Induk Konservasi Energi Nasional tahun 2011 menargetkan bahwa efisiensi nasional untuk sektor bangunan komersial di tahun harus mencapai 15 persen di tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut masih banyak hal yang harus dibenahi oleh para pihak pengelola bangunan, baik bangunan lama maupun bangunan baru,” kata Rana dalam acara “Solutions World” yang digelar Schneider Electric di Medan.

Di Jakarta misalnya, baru 44 persen gedung baru yang menerapkan konsep green building. Sementara gedung-gedung lama kebanyakan ‘masih tidur’. Padahal, efisiensi energi pada bangunan lama akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap keseluruhan upaya efisiensi energi di sektor bangunan komersial.

Solusinya, Ir. Rana menyarankan adanya fokus yang serius dalam skala nasional untuk melakukan “Deep and Large Efficiency” – dimana hal ini harus didukung dengan regulasi dan penegakan hukum yang jelas, keikutsertaan yang bersifat mandatorial, kebijakan insentif yang menarik, hingga sistem rating yang jelas. Tentunya dukungan dan intervensi dari pemerintah menjadi sesuatu yang mutlak.

Foto: Eki/Schneider Electric Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia (kiri) dan Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia (kanan), berfoto bersama setelah sesi diskusi dengan media di Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia (kiri) dan Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia (kanan), berfoto bersama setelah sesi diskusi dengan media di Medan, Kamis (2/6/2016).

Rana Yusuf menjabarkan, bila hanya satu dari tujuh new building yang menerapkan efisiensi energi 35 persen, maka energy saving yang didapat hanya sebesar 5,6 persen.

Dan jika satu di antara sepuluh existing building yang menerapkan efisien energi 11 persen, maka energy saving yang didapat hanya sebesar 1,1 persen.

Jadi bila diambil rata-rata (total saving agregat), efisiensi energi yang didapat hanya sebesar 1,3 persen untuk kategori new building dan existing building secara keseluruhan.

“Sementara bila seluruh new building dan existing building ikut serta dalam program efisiensi energi tanpa terkecuali, dan menerapkan energy saving masing-masing untuk kategori new building sebesar 30 persen dan existing building sebesar 11.2 persen, maka efisiensi energi yang dicapai kedua kategori tersebut hanya 11.9 persen,” katanya.

Untuk mencapai efisiensi energi sebesar 15 persen, yang harus dilakukan adalah 80 persen new building ikut program efisiensi energi minimal 50 persen. Dan 45 persen existing building melakukan energy saving minimal sebesar 31.2 persen.

“Jika itu dilakukan, maka energy saving secara keseluruhan dapat tercapai sebesar 15 persen. Hal ini sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia melalui KEN (Kebijakan Energi Nasional),” jelasnya.

IoT memegang peranan penting untuk mewujudkan efisiensi tersebut. Pengelolaan energi dengan sistem yang cerdas dan saling terhubung sangat bermanfaat. “Misalnya untuk memonitor dan mengontrol database Energy Efficiency Index sehingga memberikan peluang besar untuk mengevaluasi dan mengambil langkah paling tepat dan sesuai untuk mencapai efisiensi energi,” kata Rana.

Kedua pakar energi ini, Riyanto dan Rana sepakat, jika seluruh bangunan di Indonesia menerapkan sistem kelistrikan melalui IoT, maka efisiensi energi akan meningkat serta memberikan keamanan dan sistem kerja yang lebih baik. Dan pada akhirnya, akan bersinergi dengan kemanusiaan. Karena seperti disampaikan di atas, masih ada 1,3 miliar orang di dunia yang belum menikmati energi listrik.

“Pada akhirnya, pengelolaan energi tidak hanya meningkatkan efisiensi energi, tetapi juga low cost,” kata mereka mengakhiri.

Foto: Eki/Schneider Electric Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini di Schneider Electric Solutions World Medan, dipadati ratusan mitra kerja dan konsumen setia Schneider Electric, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini di Schneider Electric Solutions World Medan, dipadati ratusan mitra kerja dan konsumen setia Schneider Electric, Kamis (2/6/2016).

DEMO PRODUK
Dalam acara “Solutions World” yang digelar Schneider Electric di Medan, disediakan sesi diskusi interaktif mengenai berbagai solusi penghematan energi yang menampilkan pemaparan presentasi dari para pakar di Schneider Electric.

Sementara di luar area diskusi interaktif, tersedia berbagai stan yang menampilkan produk inovatif dari Schneider Electric. Pada pameran itu, Schneider Electric memamerkan demo berbagai produk andalannya, mulai dari kebutuhan sederhana seperti kebutuhan tekanan air agar stabil mengalir di gedung atau hotel yang dapat dikontrol, sehingga pompa air dapat bekerja secara efisien. Terdapat juga demo perangkat mobile sederhana yang ternyata sudah dapat mengontrol server, teknologi sensor kamera serta keamanan rumah yang turut dipamerkan.

Schneider juga memperlihatkan teknologi baterai listrik yang diasup dari tenaga surya dan dapat diubah menjadi listrik. Pola kerjanya cukup canggih, di kala daya listrik penuh atau tidak terpakai, pengguna dapat melakukan transfer daya berlebih tersebut ke tempat lain yang membutuhkan. Semuanya dilakukan hanya melalui konektivitas internet.

Perangkat atau server yang terhubung dapat memutuskan apa yang terbaik dan efisien sesuai kebutuhan. Ini dilakukan secara otomatis dan terintegrasi dalam satu sistem pintar.

Selama pameran, para pengunjung dapat bertanya langsung kepada penjaga stan untuk mendapatkan informasi secara terperinci, bahkan pengunjung dapat mencoba simulasi produk pada masing-masing stan. (mea)

Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos Dua staf Schneider Electric, Donald Situmorang dan Arifin Limbong menjelaskan produk Solar Panel, dalam acara bertajuk “Solutions World” di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016). Ada lampu jalan bertenaga sinar surya dengan kemampuan menyimpan listrik selama 8 jam, dan lampu gantung berkapasitas 20-50 watt, cocok digunakan di daerah yang belum dialiri listrik.
Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos
Dua staf Schneider Electric, Donald Situmorang dan Arifin Limbong menjelaskan produk Solar Panel, dalam acara bertajuk “Solutions World” di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016). Ada lampu jalan bertenaga sinar surya dengan kemampuan menyimpan listrik selama 8 jam, dan lampu gantung berkapasitas 20-50 watt, cocok digunakan di daerah yang belum dialiri listrik.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Listrik padam? Kebanyakan orang memilih memaki PLN. Maklum, di era modern seperti saat ini, lebih dari setengah aktivitas keseharian masyarakat bisa ‘shut down’ saat listrik padam. Mulai dari altivitas perkantoran, aktivitas di rumah, mall, hotel, dan sebagainya.

Tetapi banyak orang tidak sadar, gaya hidupnya sehari-hari kerap boros energi. Contoh kecilnya: menghidupkan AC di ruangan meski ruangan sedang tidak dipakai. Menghidupkan lampu seharian meski di ruangan itu sedang tidak ada kegiatan. Meninggalkan komputer dalam kondisi hidup, dan sebagainya…. dan sebagainya.

Ironisnya, di saat sebagian orang — khususnya masyarakat perkotaan– cenderung boros energi, menurut data yang dirilis oleh International Energy Agency, sebanyak 1,3 miliar orang di seluruh dunia justru belum menikmati aliran listrik. Terutama masyarakat yang tinggal di daerah pelosok dan pulau-pulau terpencil.

Di pihak lain, arus urbanisasi, digitalisasi, dan industrialisasi semakin mendorong konsumsi energi yang bertambah tinggi. Urbanisasi misalnya, di tahun 2050 diperkirakan perkotaan akan menjadi pusat kehidupan sebagian besar warga dunia, yaitu sejumlah 2,5 miliar jiwa. Era digitalisasi juga membutuhkan energi yang begitu besar, di mana di tahun 2020 diprediksi akan ada 50 miliar perangkat yang saling terkoneksi melalui internet. Begitu pula dengan arus industrialisasi, yang dipercaya akan menyerap energi 50 persen lebih besar di tahun 2050.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rasio elektrifikasi nasional baru mencapai sekitar 86 persen. Artinya 14 persen masyarakat Indonesia belum dapat menikmati berbagai kemudahan yang diperoleh dari adanya aliran listrik.

Di sisi lain, saat penggunaan energi akan terus bertambah dua kali lipat selama 40 tahun ke depan, masyarakat global juga dibebani dengan tanggungjawab untuk mengurangi emisi karbon hingga setengahnya.

Jadi, apa yang harus dilakukan?
Efisiensi energi adalah cara paling cepat, murah, bersih untuk mengurangi konsumsi energi dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sesuai dengan target Kyoto.

Bagaimana caranya?

Foto: Eki/Schneider Electric Riyanto Mashan selaku Country President Schneider Electric Indonesia memaparkan presentasinya tentang bagaimana solusi Schneider Electric dapat membantu realisasi efisiensi energi yang disampaikannya dalam pembukaan acara Schneider Electric Solutions World di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Riyanto Mashan selaku Country President Schneider Electric Indonesia memaparkan presentasinya tentang bagaimana solusi Schneider Electric dapat membantu realisasi efisiensi energi yang disampaikannya dalam pembukaan acara Schneider Electric Solutions World di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).

Menurut Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia, ada teknologi untuk menjawab kebutuhan efisiensi energi. Yakni fenomena Internet of Things (IoT) yang saat ini sedang menjadi tren dalam industri IT dan kelistrikan.

IoT adalah kumpulan berbagai perangkat, baik elektronik digital maupun mesin yang terhubung secara real-time melalui koneksi Internet. Sehingga setiap perangkat dibekali identitas khusus yang dapat berkomunikasi satu sama lain. “Benda“ atau “Things” dalam IoT pun bisa beraneka ragam, semua bisa dilibatkan, mulai dari perangkat sederhana seperti UPS hingga perangkat pompa air.

“Selama 10 tahun terakhir, evolusi teknologi dan penggunaan energi yang begitu cepat mendorong warga dunia untuk memikirkan langkah-langkah digitalisasi, dekarbonisasi, dan desentralisasi energi. Dari pengelolaan energi yang tadinya dilakukan secara lokal, kini IoT memungkinkan pengelolaan ini menjadi terdistribusi melalui produk-produk yang saling terkoneksi. Akhirnya terkumpul data yang dapat digunakan oleh para pengguna energi, termasuk organisasi atau perusahaan untuk menganalisa penggunaan energi mereka,” kata Riyanto Mashan, dalam acara bertajuk “Solutions World” bertempat di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Kamis (2/6/2016).

Mendukung IoT, Schneider Electric menyediakan teknologi manajemen energi, automasi, termasuk software dan analitik pendukung, untuk mengubah information technology menjadi operation technology, sehingga mampu menunjang begitu banyak ragam kebutuhan industri yang kian kompleks dan membutuhkan efisiensi yang kian tinggi.

Schneider Electric menawarkan respon komprehensif untuk pasar residensial, gedung, energi dan infrastruktur, data dan jaringan, dengan berbagai solusi efisiensi energi yang membantu mengubah penghematan energi jadi pertumbuhan!
“Anda dapat menargetkan penghematan energi sebesar 30 persen menggunakan penawaran dan teknologi yang tersedia,” kata Riyanto.

Lantas, apa saja teknologi hemat energi yang ditawarkan Schneider Electric?

Foto: Eki/Schneider Electric Produk Smart Panel yang dipamerkan Schneider Electric dalam acara Solutions World di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Smart Panel untuk manajemen daya di gedung dapat mudah dikontrol hanya menggunakan tablet.
Foto: Eki/Schneider Electric
Produk Smart Panel yang dipamerkan Schneider Electric
dalam acara Solutions World di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Smart Panel untuk manajemen daya di gedung dapat mudah dikontrol hanya menggunakan tablet.

Salah satunya adalah Smart Panel. Ini adalah inovasi terintegrasi yang secara cerdas tergabung dengan kemampuan untuk mengukur, mengontrol, dan mengomunikasikan pemakaian energi dalam sebuah bangunan. Dengan Smart Panel, penggunaan listrik di sebuah bangunan dapat dihemat, karena ia dapat mematikan lampu dan AC secara otomatis di sebuah ruangan yang sedang tidak digunakan. Smart Panel adalah solusi manajemen energi pada industri dengan tiga prinsip efisiensi: measure, connect dan save.

XIGHTOR PRO VIDEO DOOR PHONE SYSTEM
Schneider Electric juga memamerkan Xightor Pro Video Door Phone System untuk apartemen. Solusi berupa lobby phone dan touch screen indoor station yang sangat menunjang keamanan tinggal di apartemen.

Xightor Pro bisa bekerja secara terintegrasi dengan sistem kontrol pintu masuk, CCTV, pemanggil lift, smart home, dan intrusion alarm, sehingga mampu melakukan pemantauan dan komunikasi yang mudah dan aman serta memastikan keamanan 24 jam untuk seluruh penghuni rumah atau apartemen

SMARTHOME SYSTEM
SmartHome System (EZInstall3) untuk perumahan: solusi home automation dan lighting control system yang mampu menunjang kenyamanan, kemudahan, sekaligus efisiensi penggunaan listrik. Solusi ini sangat mudah untuk dipasang untuk menerapkan kontrol suasana/scenario, penjadwalan, dan mengontrol masing-masing lampu atau alat-alat yang ada di rumah kita, dengan hanya menggantikan saklar mekanis yang sudah ada. Selain itu, solusi ini mempergunakan teknologi wireless terintegrasi yang mudah diatur dan dikendalikan dengan mudah oleh sentuhan tombol, baik jika sedang ada di rumah maupun di luar rumah

Foto: Eki/Schneider Electric Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini bertajuk Solutions World oleh Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Tampak staf Schneider Electric menjelaskan mengenai Aktivar Process pada konsumen. Altivar Process merupakan sebuah pengendali sevices-oriented dirancang untuk mengurangi OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam.
Foto: Eki/Schneider Electric
Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini bertajuk Solutions World oleh Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016). Tampak staf Schneider Electric menjelaskan mengenai Aktivar Process pada konsumen. Altivar Process merupakan sebuah pengendali sevices-oriented dirancang untuk mengurangi
OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam.

ALTIVAR PROCESS
Untuk sektor industri, Schneider Electric menghadirkan Altivar Process, yakni sebuah pengendali sevices-oriented yang dirancang untuk mengurangi OPEX dalam proses & utilitas instalasi, berkat layanan digital yang tertanam di dalamnya.

Produk ini memiliki fungsi speed control yang prima untuk motor 3 fasa, serta banyak kelebihan seperti power metering, QR Code, hingga pengawasan yang lebih mudah melalui Web Server.

Solusi ini salah satunya berfungsi untuk mengatur berjalannya aliran air pada bangunan industri. Tugasnya menaikkan dan menurunkan kecepatan motor listrik untuk mengalirkan air, disertai kemampuan mengontrol besar pemakaian energi.

Saat terjadi kerusakan pada mesin, masalah ini bisa ditangani dengan cepat karena proses identifikasi dilakukan dengan memindai kode pada perangkat melalui QR code. Cara ini mampu menghemat waktu dan lebih produktif karena informasi diterima langsung melalui gadget lewat sambungan Internet.

PANEL NEW SM6
Kemudian ada Panel New SM6 yang berperan penting dalam penyaluran listrik dari PLN ke pelanggan, berkat beragam fungsi yang dimilikinya, seperti pengukuran konsumsi energi, proteksi terhadap gangguan dan pemutusan arus.

Panel New SM6 sudah sesuai dengan Standar IEC62271-200 melalui uji jenis (type test) baik international type test maupun LMK type test (pengujian yang dilakukan oleh PLN Litbang/ LMK).

Melalui IoT, solusi Schneider Electric mampu mengintegrasikan perangkat keras dan lunak di dalam gedung secara costumized, berikut perencanaan, penginstalasian dan juga pelayanan yang prima, sehingga fasilitas dalam bangunan terus berjalan dan termonitor dengan efisien. Selain itu, efisiensi ini mampu memberikan penghematan yang signifikan terhadap biaya engineering, peralatan, instalasi, dan waktu pengerjaan proyek sehingga memberikan dampak yang nyata terhadap keuntungan finansial sebuah bangunan. “Seluruh solusi ini bersifat retrofit, sehingga dapat diimplementasikan pada gedung yang baru maupun lama,” kata Riyanto.

Bagaimana dengan harga?
“Banyak pola pikir masyarakat kita belum kepada arah faktor kualitas produk dan efisienitas. Padahal faktor ini akan sangat berguna untuk jangka panjang, Memang terkadang solusi kualitas produk dan efisienitas yang sangat baik terlihat memakan cost tinggi pada awalnya. Tapi ke depannya teknologi yang mempunyai efisienitas tinggi akan menghemat banyak sekali biaya, faktor faktor itu kadang banyak disepelekan,” kata Riyanto.

Foto: Eki/Schneider Electric Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia memaparkan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi, dalam acara bertajuk Solutions World yang digelar Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia memaparkan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi,
dalam acara bertajuk Solutions World yang digelar Schneider Electric di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/6/2016).

GREEN BULDING
Ironisnya… meski semua orang dapat membantu planet dengan mematikan lampu atau mengecilkan AC, usaha ini hanya mewakilkan fraksi kecil dari emisi CO2. Survey menunjukkan, industri dan gedung bertanggung jawab untuk lebih dari setengah konsumsi energi hari ini.

Menurut Ir. Rana Yusuf Nasir, pakar energi yang juga Core Founder Green Building Council Indonesia dan Board of Governance Ashrae Indonesia Chapter, bangunan gedung menghabiskan lebih dari 1/3 sumber daya dunia untuk konstruksinya, menggunakan 40 persen dari total energi global, dan menghasilkan 40 persen dari total emisi greenhouse gas (GHG).

“Energy Efficiency Index negara kita untuk bangunan-bangunan komersil seperti rumah sakit, mall, perkantoran, maupun perhotelan masih jauh di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang. Kesepakatan dari Rencana Induk Konservasi Energi Nasional tahun 2011 menargetkan bahwa efisiensi nasional untuk sektor bangunan komersial di tahun harus mencapai 15 persen di tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut masih banyak hal yang harus dibenahi oleh para pihak pengelola bangunan, baik bangunan lama maupun bangunan baru,” kata Rana dalam acara “Solutions World” yang digelar Schneider Electric di Medan.

Di Jakarta misalnya, baru 44 persen gedung baru yang menerapkan konsep green building. Sementara gedung-gedung lama kebanyakan ‘masih tidur’. Padahal, efisiensi energi pada bangunan lama akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap keseluruhan upaya efisiensi energi di sektor bangunan komersial.

Solusinya, Ir. Rana menyarankan adanya fokus yang serius dalam skala nasional untuk melakukan “Deep and Large Efficiency” – dimana hal ini harus didukung dengan regulasi dan penegakan hukum yang jelas, keikutsertaan yang bersifat mandatorial, kebijakan insentif yang menarik, hingga sistem rating yang jelas. Tentunya dukungan dan intervensi dari pemerintah menjadi sesuatu yang mutlak.

Foto: Eki/Schneider Electric Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia (kiri) dan Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia (kanan), berfoto bersama setelah sesi diskusi dengan media di Medan, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia (kiri) dan Ir. Yana Yusuf Nasir, Core Founder Green Building Council Indonesia (kanan), berfoto bersama setelah sesi diskusi dengan media di Medan, Kamis (2/6/2016).

Rana Yusuf menjabarkan, bila hanya satu dari tujuh new building yang menerapkan efisiensi energi 35 persen, maka energy saving yang didapat hanya sebesar 5,6 persen.

Dan jika satu di antara sepuluh existing building yang menerapkan efisien energi 11 persen, maka energy saving yang didapat hanya sebesar 1,1 persen.

Jadi bila diambil rata-rata (total saving agregat), efisiensi energi yang didapat hanya sebesar 1,3 persen untuk kategori new building dan existing building secara keseluruhan.

“Sementara bila seluruh new building dan existing building ikut serta dalam program efisiensi energi tanpa terkecuali, dan menerapkan energy saving masing-masing untuk kategori new building sebesar 30 persen dan existing building sebesar 11.2 persen, maka efisiensi energi yang dicapai kedua kategori tersebut hanya 11.9 persen,” katanya.

Untuk mencapai efisiensi energi sebesar 15 persen, yang harus dilakukan adalah 80 persen new building ikut program efisiensi energi minimal 50 persen. Dan 45 persen existing building melakukan energy saving minimal sebesar 31.2 persen.

“Jika itu dilakukan, maka energy saving secara keseluruhan dapat tercapai sebesar 15 persen. Hal ini sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia melalui KEN (Kebijakan Energi Nasional),” jelasnya.

IoT memegang peranan penting untuk mewujudkan efisiensi tersebut. Pengelolaan energi dengan sistem yang cerdas dan saling terhubung sangat bermanfaat. “Misalnya untuk memonitor dan mengontrol database Energy Efficiency Index sehingga memberikan peluang besar untuk mengevaluasi dan mengambil langkah paling tepat dan sesuai untuk mencapai efisiensi energi,” kata Rana.

Kedua pakar energi ini, Riyanto dan Rana sepakat, jika seluruh bangunan di Indonesia menerapkan sistem kelistrikan melalui IoT, maka efisiensi energi akan meningkat serta memberikan keamanan dan sistem kerja yang lebih baik. Dan pada akhirnya, akan bersinergi dengan kemanusiaan. Karena seperti disampaikan di atas, masih ada 1,3 miliar orang di dunia yang belum menikmati energi listrik.

“Pada akhirnya, pengelolaan energi tidak hanya meningkatkan efisiensi energi, tetapi juga low cost,” kata mereka mengakhiri.

Foto: Eki/Schneider Electric Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini di Schneider Electric Solutions World Medan, dipadati ratusan mitra kerja dan konsumen setia Schneider Electric, Kamis (2/6/2016).
Foto: Eki/Schneider Electric
Suasana pameran solusi efisiensi energi terkini di Schneider Electric Solutions World Medan, dipadati ratusan mitra kerja dan konsumen setia Schneider Electric, Kamis (2/6/2016).

DEMO PRODUK
Dalam acara “Solutions World” yang digelar Schneider Electric di Medan, disediakan sesi diskusi interaktif mengenai berbagai solusi penghematan energi yang menampilkan pemaparan presentasi dari para pakar di Schneider Electric.

Sementara di luar area diskusi interaktif, tersedia berbagai stan yang menampilkan produk inovatif dari Schneider Electric. Pada pameran itu, Schneider Electric memamerkan demo berbagai produk andalannya, mulai dari kebutuhan sederhana seperti kebutuhan tekanan air agar stabil mengalir di gedung atau hotel yang dapat dikontrol, sehingga pompa air dapat bekerja secara efisien. Terdapat juga demo perangkat mobile sederhana yang ternyata sudah dapat mengontrol server, teknologi sensor kamera serta keamanan rumah yang turut dipamerkan.

Schneider juga memperlihatkan teknologi baterai listrik yang diasup dari tenaga surya dan dapat diubah menjadi listrik. Pola kerjanya cukup canggih, di kala daya listrik penuh atau tidak terpakai, pengguna dapat melakukan transfer daya berlebih tersebut ke tempat lain yang membutuhkan. Semuanya dilakukan hanya melalui konektivitas internet.

Perangkat atau server yang terhubung dapat memutuskan apa yang terbaik dan efisien sesuai kebutuhan. Ini dilakukan secara otomatis dan terintegrasi dalam satu sistem pintar.

Selama pameran, para pengunjung dapat bertanya langsung kepada penjaga stan untuk mendapatkan informasi secara terperinci, bahkan pengunjung dapat mencoba simulasi produk pada masing-masing stan. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/