30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Layanan Broadband Dorong Keterhubungan ASEAN

MEDAN-Kontribusi layanan broadband secara ekonomi tidak terbatas pada pendapatan pajak bagi negara. Berbagai hasil studi membuktikan, layanan tersebut mampu mendorong pembangunan sektor ekonomi dan sosial.
Mengutip studi dari McKinsey, Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk (XL) Hasnul Suhaimi, menyebut setiap peningkatan penetrasi broadband sebesar 10 persen akan meningkatkan GDP sekitar 0,6-0,7 persen.

Bukan itu saja, dari studi lain disebutkan, setiap peningkatan penetrasi broadband sebesar 10 persen juga akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas pekerja sebesar 1.5 persen untuk 5 tahun ke depan. Hasnul Suhaimi memaparkan materi tersebut dalam seminar _ bertajuk Reinventing ASEAN’s Potential: Seizing New Opportunities – Axiata 8th ASEAN Leadership Forum di Jakarta, 8 Mei 2011.

Hasnul Suhaimi menambahkan, ketersediaan layanan broadband akan mempermudah keterhubungan (connectivity) sesama negara dan masyarakat ASEAN, sehingga akan mampu menciptakan keterikatan emotional dan spirit yang sama di dalam masyarakat untuk mendorong peningkatan pembangunan antara lain di sektor pendidikan dan kesehatan, termasuk juga penanggulangan kemiskinan.

“Kemampuan menembus batas ruang dan waktu, menjadikan layanan broadband menjadi jalan keluar atas kendala sarana transportasi ke daerah terpencil yang selama ini dirasakan cukup mempersulit kita dalam membangun daerah-daerah rural seperti itu,” ujarnya.

Mengingat potensi besar layanan Broadband yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan, Hasnul menekankan perlunya sinergi antarpelaku industri telekomunikasi serta dukungan pemerintah dalam mengimplementasikan layanan yang bermanfaat.

Untuk sinergi antar perusahaan penyedia layanan broadband, Hasnul menyebut antara lain kerjasama dalam network sharing (menara, backbone, ataupun jaringan tetap) yang antara lain akan meminimalkan biaya.
Kerjasama lain juga bisa bisa dilakukan antara lain dalam hal domestic roaming, penyewaan frekuensi, juga kerjasama dengan penyedia fiber optic untuk mendapatkan akses jaringan berkapasitas besar, juga kerjasama dengan penyedia satelit untuk menyelenggarakan layanan ke daerah terpencil.

Sementara itu, dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan spektrum yang memadai, baik untuk menerapkan teknologi terbaru seperti Long Term Evolution (LTE), maupun teknologi yang sudah diaplikasikan seperti 3G.

Selain itu, dukungan pemerintah juga diperlukan untuk mendorong kerjasama sharing infrastruktur, jaminan pasokan listrik hingga ke daerah terpencil, serta insentif pajak.

Seminar “Reinventing ASEAN’s Potential: Seizing New Opportunities”  yang berlangsung  sebagai bagian dari 8th ASEAN Leadership Forum yang dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono 8 Mei 2011.
Pada seminar tersebut antara lain dibahas sejumlah topik yang berkaitan erat dengan upaya ASEAN dalam memajukan pembangunan di sektor ekonomi dan sosial, termasuk pengembangan generasi muda.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut para pejabat pemerintah setingkat menteri, pelaku dunia usaha, peneliti, akademisi, juga politisi dari beberapa negara ASEAN. (ila)

MEDAN-Kontribusi layanan broadband secara ekonomi tidak terbatas pada pendapatan pajak bagi negara. Berbagai hasil studi membuktikan, layanan tersebut mampu mendorong pembangunan sektor ekonomi dan sosial.
Mengutip studi dari McKinsey, Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk (XL) Hasnul Suhaimi, menyebut setiap peningkatan penetrasi broadband sebesar 10 persen akan meningkatkan GDP sekitar 0,6-0,7 persen.

Bukan itu saja, dari studi lain disebutkan, setiap peningkatan penetrasi broadband sebesar 10 persen juga akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas pekerja sebesar 1.5 persen untuk 5 tahun ke depan. Hasnul Suhaimi memaparkan materi tersebut dalam seminar _ bertajuk Reinventing ASEAN’s Potential: Seizing New Opportunities – Axiata 8th ASEAN Leadership Forum di Jakarta, 8 Mei 2011.

Hasnul Suhaimi menambahkan, ketersediaan layanan broadband akan mempermudah keterhubungan (connectivity) sesama negara dan masyarakat ASEAN, sehingga akan mampu menciptakan keterikatan emotional dan spirit yang sama di dalam masyarakat untuk mendorong peningkatan pembangunan antara lain di sektor pendidikan dan kesehatan, termasuk juga penanggulangan kemiskinan.

“Kemampuan menembus batas ruang dan waktu, menjadikan layanan broadband menjadi jalan keluar atas kendala sarana transportasi ke daerah terpencil yang selama ini dirasakan cukup mempersulit kita dalam membangun daerah-daerah rural seperti itu,” ujarnya.

Mengingat potensi besar layanan Broadband yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan, Hasnul menekankan perlunya sinergi antarpelaku industri telekomunikasi serta dukungan pemerintah dalam mengimplementasikan layanan yang bermanfaat.

Untuk sinergi antar perusahaan penyedia layanan broadband, Hasnul menyebut antara lain kerjasama dalam network sharing (menara, backbone, ataupun jaringan tetap) yang antara lain akan meminimalkan biaya.
Kerjasama lain juga bisa bisa dilakukan antara lain dalam hal domestic roaming, penyewaan frekuensi, juga kerjasama dengan penyedia fiber optic untuk mendapatkan akses jaringan berkapasitas besar, juga kerjasama dengan penyedia satelit untuk menyelenggarakan layanan ke daerah terpencil.

Sementara itu, dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan spektrum yang memadai, baik untuk menerapkan teknologi terbaru seperti Long Term Evolution (LTE), maupun teknologi yang sudah diaplikasikan seperti 3G.

Selain itu, dukungan pemerintah juga diperlukan untuk mendorong kerjasama sharing infrastruktur, jaminan pasokan listrik hingga ke daerah terpencil, serta insentif pajak.

Seminar “Reinventing ASEAN’s Potential: Seizing New Opportunities”  yang berlangsung  sebagai bagian dari 8th ASEAN Leadership Forum yang dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono 8 Mei 2011.
Pada seminar tersebut antara lain dibahas sejumlah topik yang berkaitan erat dengan upaya ASEAN dalam memajukan pembangunan di sektor ekonomi dan sosial, termasuk pengembangan generasi muda.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut para pejabat pemerintah setingkat menteri, pelaku dunia usaha, peneliti, akademisi, juga politisi dari beberapa negara ASEAN. (ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/