25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Total Lahan PLTA Batangtoru Hanya 90 Hektare

istimewa
LAHAN: Lokasi yang akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan.

MEDAN – Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, disusun dengan meminimalisir dapat negatif bagi kelestarian lingkungan.

Pembangkit energi terbarukan ini didesain irit lahan, dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 hektare, plus lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 hektare sebagai kolam harian untuk menampung air.

Total hanya 90 hektaren
“Lahan PLTA Batangtoru berada di luar kawasan hutan, dan berjalan sesuai rekomendasi instansi berwenang. Sesuai SK 579/Kemenhut, itu lokasi Area Penggunaan Lain (APL).

Jadi sejak awal memang bukan kawasan hutan,” ucap Staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Fitri, kepada wartawan di Medan, Senin (13/8).

Fitri mengatakan, rekomendasi yang dikeluarkan pihak BBSKDA telah sesuai dengan prosedur. Termasuk reboisasi penanaman pohon di daerah yang sempat berubah jadi perkebunan warga, di lokasi izin bekerja yang diperoleh PLTA Batangtoru. “Proses pembangunan PLTA dilakukan sesuai rekomendasi-rekomendasi, termasuk tentang dampak lingkungan. Meski, tidak ada dampak lingkungan dari proyek PLTA tersebut,” sebutnya.

Adapun sejumlah rekomendasi yang dikeluarkan BBSKDA antara lain proyek harus menjamin kelestarian lingkungan, memelihara jalur lintasan satwa liar di dalam hutan, dan sebagainya. “Intinya pembangunan proyek ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan,” tandasnya.

Proyek ini ditarget beroperasi tahun 2022, dengan tujuan memberikan dampak untuk pertumbuhan ekonomi.

Untuk membangkitkan listrik, air sungai yang ditampung di kolam harian, akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah untuk menggerakkan turbin. Turbin ini diproyeksikan akan menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.

PLTA Batangtoru dinilai sangat efisien dalam penggunaan lahan yang hanya seluas 90 hektare, terutama jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 hektare, untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW.

PLTA Batangtoru merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa. Proyek ini menggunakan energi baru terbarukan yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi dan Wapres Kalla, sebagai antisipasi akan perubahan iklim. (gus)

istimewa
LAHAN: Lokasi yang akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan.

MEDAN – Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, disusun dengan meminimalisir dapat negatif bagi kelestarian lingkungan.

Pembangkit energi terbarukan ini didesain irit lahan, dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 hektare, plus lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 hektare sebagai kolam harian untuk menampung air.

Total hanya 90 hektaren
“Lahan PLTA Batangtoru berada di luar kawasan hutan, dan berjalan sesuai rekomendasi instansi berwenang. Sesuai SK 579/Kemenhut, itu lokasi Area Penggunaan Lain (APL).

Jadi sejak awal memang bukan kawasan hutan,” ucap Staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Fitri, kepada wartawan di Medan, Senin (13/8).

Fitri mengatakan, rekomendasi yang dikeluarkan pihak BBSKDA telah sesuai dengan prosedur. Termasuk reboisasi penanaman pohon di daerah yang sempat berubah jadi perkebunan warga, di lokasi izin bekerja yang diperoleh PLTA Batangtoru. “Proses pembangunan PLTA dilakukan sesuai rekomendasi-rekomendasi, termasuk tentang dampak lingkungan. Meski, tidak ada dampak lingkungan dari proyek PLTA tersebut,” sebutnya.

Adapun sejumlah rekomendasi yang dikeluarkan BBSKDA antara lain proyek harus menjamin kelestarian lingkungan, memelihara jalur lintasan satwa liar di dalam hutan, dan sebagainya. “Intinya pembangunan proyek ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan,” tandasnya.

Proyek ini ditarget beroperasi tahun 2022, dengan tujuan memberikan dampak untuk pertumbuhan ekonomi.

Untuk membangkitkan listrik, air sungai yang ditampung di kolam harian, akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah untuk menggerakkan turbin. Turbin ini diproyeksikan akan menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.

PLTA Batangtoru dinilai sangat efisien dalam penggunaan lahan yang hanya seluas 90 hektare, terutama jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 hektare, untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW.

PLTA Batangtoru merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa. Proyek ini menggunakan energi baru terbarukan yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi dan Wapres Kalla, sebagai antisipasi akan perubahan iklim. (gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/