25 C
Medan
Wednesday, December 4, 2024
spot_img

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

AMINOER RASYID/SUMUT POS Personil Brimob bersiaga di depan toko Emas di Pasar Sukaramai Medan, Jumat (20/9). Pengamanan tersebut dilakukan pihak kepolisian guna mencegah terjadinya perampokan yang terjadi belakangan ini.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Personil Brimob bersiaga di depan toko Emas di Pasar Sukaramai Medan, Jumat (20/9). Pengamanan tersebut dilakukan pihak kepolisian guna mencegah terjadinya perampokan yang terjadi belakangan ini.

Sudah sebelas hari berlalu aksi perampokan pertama toko emas di Medan, sejak terjadi Jumat (13/9)  lalu pada Toko Emas Suranta di Kelurahan Brayan, Kota Medan. Perampokan bersenjata yang berhasil menggondol 5 kilogram emas ini belum juga berhasil ditangkap polisi.
Begitu juga perampokan kedua yang terjadi di Toko Emas Singapore di Jalan Rakyat, Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, belum lama ini. Pelaku yang berhasil menggasak 2 kilogram emas juga belum berhasil ditangkap.
Sama juga dalam kejadian ketiga, pelaku merampok tiga toko emas sekaligus, yakni Toko Emas Semmy, Toko Emas Permata Indah, dan Toko Emas P. Tarigan, di Jalan Pasar VII Tembung, Deliserdang, pada Selasa, 17 September 2013. Dalam aksi itu, perampok menggondol15 kilogram emas senilai Rp7 miliar. Semua para perampok emas tersebut tak satupun berhasil diungkap polisi hingga saat ini. Padahal, polisi sudah berhasil mengantongi identitas para pelaku.

Langkah polisi kemudian pada Kamis (19/9) menyebar sketsa wajah pelaku di sejumlah tempat, termasuk di toko emas Suranta. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, Kompol Jean Calvijn Simanjuntak mengatakan, senjata yang digunakan pada perampokan di toko Emas Suranta menggunakan senjata jenis Revolver 38Epl. Sementara pelaku perampok emas di tiga toko emas di Tembung, menggunakan senjata jenis pistol kaliber 9 mm.”Namun untuk memastikan jenis senjata dan selongsong ditemukan, kita masih tetap menunggu hasil pasti dari tim labfor Polda Sumut, ” katanya.

Polisi memang sudah membentuk 4 tim yang terbagi pada tim olah TKP untuk mencari barang bukti tambahan, tim fotensik dan identifikasi, tim penyidikan dan tim pengejaran terhadap para pelaku. Pembentukan tim itu, bertujuan untuk memadukan kekuatan guna dapat mengungkap kasus itu. Bahkan, tim dari Densus 88 Mabes Polri juga turun. Sayangnya hingga sekarang belum membuahkan hasil.

Lamanya pelaku dibekuk, tentu saja membuat sejumlah pedagang emas di Kota Medan kian ketar-ketir. Rasa traumapun yang dialami korban perampokan pemilik toko emas Suranta, Edi Suranta Bukit (46) dan Hernawati Br Sembiring (35), belum juga hilang. Mereka tak lagi memajang emas dalam jumlah banyak di stelling kaca. Toko ini masih dijaga aparat di depan tokonya.

Begitu juga pedagang emas lainnya masih merasa khawatir. Pantauan Sumut Pos di beberapa toko emas di Medan, Senin (23/9) terlihat sejumlah toko emas memperketat keamanan. Seperti sejumlah toko emas yang berjualan di sepanjang jalan Pringgan, terlihat hampir seluruh toko dijaga petugas keamanan

Idris Ginting, pemilik toko emas di Pringgan mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa rekannya sesama pedagang emas yang mengalami perampokan.

“Sebagai sesama pedagang emas, saya turut prihatin. Tetapi terang saja, hal ini membuat saya merasa turut resah juga. Bagaimanapun sebagai penjual emas perhiasan hanya bias memperketat keamanan seperti memaksimalkan CCTV dan menyewa jasa sekuriti,” ungkap Idris.

 

Idris juga khawatir kalau pelanggan toko emas di jalan Pringgan ini enggan untuk datang membeli. Sebab diakuinya beberapa pedagang termasuk dirinya masih selalu curiga terhadap orang yang datang. Hal ini dipastikan menyebabkan ketidaknyamana para pembeli yang datang.  “Tapi apa boleh buat, efek kejadian kemarin masih membuat saya trauma. Jadi siapa saja yang datang selalu membuat saya curiga,” jelasnya.

Hal senada dikatakan pemilik toko emas Adlin Pulungan, pedagang emas di Pasar Sukaramai jalan AR Hakim Medan. Dikatakannya, pengamanan aparat sangat dibutuhkan tak hanya saat ini saja. Terlebih, untuk ke depannya agar para pelaku aksi kejahatan tak memiliki kesempatan.

Ya, menilik modusnya, ada beberapa kesamaan yang bisa menjadi petunjuk polisi, yakni pelaku berjumlah enam orang dengan membawa senjata api, memakai sepeda motor, berjaket kulit warna hitam, dan beraksi dalam hitungan menit didahului tembakan senjata api ke udara tanpa melukai pemilik toko.

Berbagai kalangan pun berpendapat kalau pelakunya mengarah pada teroris. Seperti Guru Besar Krimonologi Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menilai, perampokan sejumlah toko emas di Medan dilakukan kelompok terorisme. Pasalnya, dari sejumlah indikasi yang ada, kemungkinan ke arah tersebut sangat terbuka. Baik terkait penggunaan senjata api, nyali, kemampuan menghindar dengan cepat pasca perampokan, hingga pemilihan lokasi perampokan.

Bahkan, Pengamat Terorisme Taufik Andrie menyatakan ada kemiripan modus operandi antara perampokan toko emas tersebut dengan perampokan Bank CIMB Niaga tahun 2010 lalu. (mag-10/gus)

AMINOER RASYID/SUMUT POS Personil Brimob bersiaga di depan toko Emas di Pasar Sukaramai Medan, Jumat (20/9). Pengamanan tersebut dilakukan pihak kepolisian guna mencegah terjadinya perampokan yang terjadi belakangan ini.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Personil Brimob bersiaga di depan toko Emas di Pasar Sukaramai Medan, Jumat (20/9). Pengamanan tersebut dilakukan pihak kepolisian guna mencegah terjadinya perampokan yang terjadi belakangan ini.

Sudah sebelas hari berlalu aksi perampokan pertama toko emas di Medan, sejak terjadi Jumat (13/9)  lalu pada Toko Emas Suranta di Kelurahan Brayan, Kota Medan. Perampokan bersenjata yang berhasil menggondol 5 kilogram emas ini belum juga berhasil ditangkap polisi.
Begitu juga perampokan kedua yang terjadi di Toko Emas Singapore di Jalan Rakyat, Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, belum lama ini. Pelaku yang berhasil menggasak 2 kilogram emas juga belum berhasil ditangkap.
Sama juga dalam kejadian ketiga, pelaku merampok tiga toko emas sekaligus, yakni Toko Emas Semmy, Toko Emas Permata Indah, dan Toko Emas P. Tarigan, di Jalan Pasar VII Tembung, Deliserdang, pada Selasa, 17 September 2013. Dalam aksi itu, perampok menggondol15 kilogram emas senilai Rp7 miliar. Semua para perampok emas tersebut tak satupun berhasil diungkap polisi hingga saat ini. Padahal, polisi sudah berhasil mengantongi identitas para pelaku.

Langkah polisi kemudian pada Kamis (19/9) menyebar sketsa wajah pelaku di sejumlah tempat, termasuk di toko emas Suranta. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, Kompol Jean Calvijn Simanjuntak mengatakan, senjata yang digunakan pada perampokan di toko Emas Suranta menggunakan senjata jenis Revolver 38Epl. Sementara pelaku perampok emas di tiga toko emas di Tembung, menggunakan senjata jenis pistol kaliber 9 mm.”Namun untuk memastikan jenis senjata dan selongsong ditemukan, kita masih tetap menunggu hasil pasti dari tim labfor Polda Sumut, ” katanya.

Polisi memang sudah membentuk 4 tim yang terbagi pada tim olah TKP untuk mencari barang bukti tambahan, tim fotensik dan identifikasi, tim penyidikan dan tim pengejaran terhadap para pelaku. Pembentukan tim itu, bertujuan untuk memadukan kekuatan guna dapat mengungkap kasus itu. Bahkan, tim dari Densus 88 Mabes Polri juga turun. Sayangnya hingga sekarang belum membuahkan hasil.

Lamanya pelaku dibekuk, tentu saja membuat sejumlah pedagang emas di Kota Medan kian ketar-ketir. Rasa traumapun yang dialami korban perampokan pemilik toko emas Suranta, Edi Suranta Bukit (46) dan Hernawati Br Sembiring (35), belum juga hilang. Mereka tak lagi memajang emas dalam jumlah banyak di stelling kaca. Toko ini masih dijaga aparat di depan tokonya.

Begitu juga pedagang emas lainnya masih merasa khawatir. Pantauan Sumut Pos di beberapa toko emas di Medan, Senin (23/9) terlihat sejumlah toko emas memperketat keamanan. Seperti sejumlah toko emas yang berjualan di sepanjang jalan Pringgan, terlihat hampir seluruh toko dijaga petugas keamanan

Idris Ginting, pemilik toko emas di Pringgan mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa rekannya sesama pedagang emas yang mengalami perampokan.

“Sebagai sesama pedagang emas, saya turut prihatin. Tetapi terang saja, hal ini membuat saya merasa turut resah juga. Bagaimanapun sebagai penjual emas perhiasan hanya bias memperketat keamanan seperti memaksimalkan CCTV dan menyewa jasa sekuriti,” ungkap Idris.

 

Idris juga khawatir kalau pelanggan toko emas di jalan Pringgan ini enggan untuk datang membeli. Sebab diakuinya beberapa pedagang termasuk dirinya masih selalu curiga terhadap orang yang datang. Hal ini dipastikan menyebabkan ketidaknyamana para pembeli yang datang.  “Tapi apa boleh buat, efek kejadian kemarin masih membuat saya trauma. Jadi siapa saja yang datang selalu membuat saya curiga,” jelasnya.

Hal senada dikatakan pemilik toko emas Adlin Pulungan, pedagang emas di Pasar Sukaramai jalan AR Hakim Medan. Dikatakannya, pengamanan aparat sangat dibutuhkan tak hanya saat ini saja. Terlebih, untuk ke depannya agar para pelaku aksi kejahatan tak memiliki kesempatan.

Ya, menilik modusnya, ada beberapa kesamaan yang bisa menjadi petunjuk polisi, yakni pelaku berjumlah enam orang dengan membawa senjata api, memakai sepeda motor, berjaket kulit warna hitam, dan beraksi dalam hitungan menit didahului tembakan senjata api ke udara tanpa melukai pemilik toko.

Berbagai kalangan pun berpendapat kalau pelakunya mengarah pada teroris. Seperti Guru Besar Krimonologi Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menilai, perampokan sejumlah toko emas di Medan dilakukan kelompok terorisme. Pasalnya, dari sejumlah indikasi yang ada, kemungkinan ke arah tersebut sangat terbuka. Baik terkait penggunaan senjata api, nyali, kemampuan menghindar dengan cepat pasca perampokan, hingga pemilihan lokasi perampokan.

Bahkan, Pengamat Terorisme Taufik Andrie menyatakan ada kemiripan modus operandi antara perampokan toko emas tersebut dengan perampokan Bank CIMB Niaga tahun 2010 lalu. (mag-10/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/