25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Event Seminggu di Kota Probolinggo, Kenalkan Wisata Budaya Lokal

Banyak destinasi wisata yang terbilang baru di Probolonggo, seperti taman mangrove, yang bersebelahan dengan patung Kuda Troya ala Probolinggo yang disebut dengan Cipta Wilaha. Patung kuda ini nampak kokoh di atas permukaan laut.

Terkait dengan pelaksanaan hari besar Idul Adha yang jatu pada tanggal 1 September nanti, Agus mengatakan akan diisi dengan pengajian akbar yang mendatangkan Prof Dr. Hambali dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Para pengunjung selain menikmati sajian kesenian, juga bisa menikmati stand kuliner yang terletak di sisi kanan kiri panggung. Panitia juga menyiapkan 50 stand kuliner, dan stand pameran dari Kadin, UMKM, stand gabungan hotel di Kota Probolinggo dengan sajian kuliner khasnya.

Sebenarnya pelaksanaan even sebulan penuh ini juga dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI ke 72 dan ulang tahun Kota Probolinggo ke 658 yang jatuh pada 4 September mendatang.

‘’Jadi klop even budaya kota Probolinggo, apalagi ini sudah ke sembilan kami laksanakan. Meski demikian setiap tahun selalu berubah. Karena kami terus mengeksplore budaya lokal kota Probolinggo. Termasuk mendukung sanggar-sanggar kesenian baru di tingkat desa,’’ ujar Agus menambahkan.

Selain acara pesta budaya dan kesenian terbuka untuk umum, panitia juga menyelenggarakan acara khusus untuk undangan terbatas. Yakni bagi muspida, tokoh masyarkat, dan media untuk menyaksikan pagelaran jazz di taman mangrove.

Acara itu akan dilaksanakan pada 3 September. ‘’Ya karena tempatnya terbatas, maka undangan juga terbatas, tempatnya di taman Mangrove di atas air laut, dan beratap tenda,’’ kata Agus.

Menurut Agus, acara jazz  taman mangrove itu akan menampilkan sejumlah musisi dari Jakarta dan Surabaya serta lokal Probolinggo. Yang dari Jakarta dipastikan hadir Glenn Fredly. ‘’Tapi karena tempat terbatas, wartawan silahkan hadir, tapi acara ini tidak untuk umum,’’ jelasnya.

Sebenarnya geliat wisata Kota Probolinggo tampak begitu kreatif. Sadar dengan wilayah terbatas dibandingkan dengan Kabupaten Probolinggo, maka banyak destinasi wisata yang terbilang baru muncul dalam dua tahun terakhir. Seperti taman mangrove, yang bersebelahan dengan patung Kuda Troya ala Probolinggo yang disebut dengan Cipta Wilaha.

Ukuran kuda Troya Cipta Wilaha yang terletak di Kelurahan/ Kecamatan Mayangan  ini memang hampir menyerupai kuda Troya Yunani (Trojan Horse, red) ukuran yang di Probolinggo cukup fantastik, sekitar 15 x 9 x 6 meter, patung kuda ini nampak kokoh diatas permukaan laut. Bagi mereka yang hobi selfie, tampaknya kuda Troya ala Probolinggo ini layak untuk didatangi.

Menpar Arief Yahya menyebut kegiatan seperti Probolinggo itu bagus untuk dipromosikan melalui media sosial. Seperti “Sapi Brujul” di arena balapan berlumpur itu pasti atraktif dan bisa menjadi objek fotografi yang menarik. “Ini persis dengan pacu jawi yang ada di Tanah Datar, Sumbar,” kata Arief Yahya.

Sama-sama dilakukan di lapangan basah dan penuh lumpur. Berbeda dengan karapan sapi di Madura yang lahannya kering. “Jadi lebih seru dan bagus untuk fotografi,” paparnya.

Pacu Jawi sendiri telah ada sejak ratusan tahun lalu, yang pada awalnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani selepas musim panen untuk mengisi waktu luang sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat setempat. (rel)

Banyak destinasi wisata yang terbilang baru di Probolonggo, seperti taman mangrove, yang bersebelahan dengan patung Kuda Troya ala Probolinggo yang disebut dengan Cipta Wilaha. Patung kuda ini nampak kokoh di atas permukaan laut.

Terkait dengan pelaksanaan hari besar Idul Adha yang jatu pada tanggal 1 September nanti, Agus mengatakan akan diisi dengan pengajian akbar yang mendatangkan Prof Dr. Hambali dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Para pengunjung selain menikmati sajian kesenian, juga bisa menikmati stand kuliner yang terletak di sisi kanan kiri panggung. Panitia juga menyiapkan 50 stand kuliner, dan stand pameran dari Kadin, UMKM, stand gabungan hotel di Kota Probolinggo dengan sajian kuliner khasnya.

Sebenarnya pelaksanaan even sebulan penuh ini juga dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI ke 72 dan ulang tahun Kota Probolinggo ke 658 yang jatuh pada 4 September mendatang.

‘’Jadi klop even budaya kota Probolinggo, apalagi ini sudah ke sembilan kami laksanakan. Meski demikian setiap tahun selalu berubah. Karena kami terus mengeksplore budaya lokal kota Probolinggo. Termasuk mendukung sanggar-sanggar kesenian baru di tingkat desa,’’ ujar Agus menambahkan.

Selain acara pesta budaya dan kesenian terbuka untuk umum, panitia juga menyelenggarakan acara khusus untuk undangan terbatas. Yakni bagi muspida, tokoh masyarkat, dan media untuk menyaksikan pagelaran jazz di taman mangrove.

Acara itu akan dilaksanakan pada 3 September. ‘’Ya karena tempatnya terbatas, maka undangan juga terbatas, tempatnya di taman Mangrove di atas air laut, dan beratap tenda,’’ kata Agus.

Menurut Agus, acara jazz  taman mangrove itu akan menampilkan sejumlah musisi dari Jakarta dan Surabaya serta lokal Probolinggo. Yang dari Jakarta dipastikan hadir Glenn Fredly. ‘’Tapi karena tempat terbatas, wartawan silahkan hadir, tapi acara ini tidak untuk umum,’’ jelasnya.

Sebenarnya geliat wisata Kota Probolinggo tampak begitu kreatif. Sadar dengan wilayah terbatas dibandingkan dengan Kabupaten Probolinggo, maka banyak destinasi wisata yang terbilang baru muncul dalam dua tahun terakhir. Seperti taman mangrove, yang bersebelahan dengan patung Kuda Troya ala Probolinggo yang disebut dengan Cipta Wilaha.

Ukuran kuda Troya Cipta Wilaha yang terletak di Kelurahan/ Kecamatan Mayangan  ini memang hampir menyerupai kuda Troya Yunani (Trojan Horse, red) ukuran yang di Probolinggo cukup fantastik, sekitar 15 x 9 x 6 meter, patung kuda ini nampak kokoh diatas permukaan laut. Bagi mereka yang hobi selfie, tampaknya kuda Troya ala Probolinggo ini layak untuk didatangi.

Menpar Arief Yahya menyebut kegiatan seperti Probolinggo itu bagus untuk dipromosikan melalui media sosial. Seperti “Sapi Brujul” di arena balapan berlumpur itu pasti atraktif dan bisa menjadi objek fotografi yang menarik. “Ini persis dengan pacu jawi yang ada di Tanah Datar, Sumbar,” kata Arief Yahya.

Sama-sama dilakukan di lapangan basah dan penuh lumpur. Berbeda dengan karapan sapi di Madura yang lahannya kering. “Jadi lebih seru dan bagus untuk fotografi,” paparnya.

Pacu Jawi sendiri telah ada sejak ratusan tahun lalu, yang pada awalnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani selepas musim panen untuk mengisi waktu luang sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat setempat. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/