SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Memang sih, kompleks lokalisasi Dolly kini tinggal sejarah. Tapi, para pelaku bisnis esek-esek itu kini memanfaatkan beragam media sosial.
’’Showroom’’-nya bukan lagi wisma-wisma pinggiran kota. Transaksi prostitusi tersebut kini berpindah ke dunia maya yang tanpa batas. Berbagai media sosial dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjaring pria-pria hidung belang.
Karena itu, harapan hilangnya praktik prostitusi di Surabaya setelah penutupan Dolly bisa jadi meleset. Sebab, pasca penutupan Dolly, bisnis haram tersebut seakan semakin cerdas mencari celah untuk mengembangkan usaha.
Inovasi teknologi yang menggempur Kota Pahlawan dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku-pelaku bisnis haram itu untuk mengeruk keuntungan.
Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, BlackBerry Messenger, dan berbagai media sosial lain dimanfaatkan untuk menjadi Dolly-Dolly baru. Menawarkan jasa pekerja seks bisa dilakukan lewat media sosial tanpa perlu melalui tempat lokalisasi seperti Dolly.
Di Surabaya, prostitusi online bukan sesuatu yang tabu. Penawaran jasa pekerja seks begitu vulgar melalui media sosial. Jawa Pos menelusuri beberapa akun media sosial yang sering menjadi jujukan para lelaki hidung belang.
Di Twitter, ada akun @alterSBYangels yang kerap menawarkan beberapa PSK. Pekerja seks yang ditawarkan tidak hanya berasal dari Surabaya. Ada juga PSK dari kota-kota besar seperti Jakarta, Malang, dan Bandung. Sistem yang ditawarkan pun begitu menggoda. Bahkan, beberapa pekerja seks mempunyai harga pribadi untuk setiap kencan.
Tarif yang ditawarkan rata-rata di atas Rp 1 juta. Uniknya, setiap akun yang dipromosikan @alterSBYangels mempunyai daftar harga yang sering di-upload.
SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Memang sih, kompleks lokalisasi Dolly kini tinggal sejarah. Tapi, para pelaku bisnis esek-esek itu kini memanfaatkan beragam media sosial.
’’Showroom’’-nya bukan lagi wisma-wisma pinggiran kota. Transaksi prostitusi tersebut kini berpindah ke dunia maya yang tanpa batas. Berbagai media sosial dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjaring pria-pria hidung belang.
Karena itu, harapan hilangnya praktik prostitusi di Surabaya setelah penutupan Dolly bisa jadi meleset. Sebab, pasca penutupan Dolly, bisnis haram tersebut seakan semakin cerdas mencari celah untuk mengembangkan usaha.
Inovasi teknologi yang menggempur Kota Pahlawan dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku-pelaku bisnis haram itu untuk mengeruk keuntungan.
Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, BlackBerry Messenger, dan berbagai media sosial lain dimanfaatkan untuk menjadi Dolly-Dolly baru. Menawarkan jasa pekerja seks bisa dilakukan lewat media sosial tanpa perlu melalui tempat lokalisasi seperti Dolly.
Di Surabaya, prostitusi online bukan sesuatu yang tabu. Penawaran jasa pekerja seks begitu vulgar melalui media sosial. Jawa Pos menelusuri beberapa akun media sosial yang sering menjadi jujukan para lelaki hidung belang.
Di Twitter, ada akun @alterSBYangels yang kerap menawarkan beberapa PSK. Pekerja seks yang ditawarkan tidak hanya berasal dari Surabaya. Ada juga PSK dari kota-kota besar seperti Jakarta, Malang, dan Bandung. Sistem yang ditawarkan pun begitu menggoda. Bahkan, beberapa pekerja seks mempunyai harga pribadi untuk setiap kencan.
Tarif yang ditawarkan rata-rata di atas Rp 1 juta. Uniknya, setiap akun yang dipromosikan @alterSBYangels mempunyai daftar harga yang sering di-upload.