26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bahrun, ‘Teroris’ Muda Ditakuti

Bahrul Naim, tokoh ISIS yang ada di balik Bom Sarinah.
Bahrul Naim, tokoh ISIS yang ada di balik Bom Sarinah.

SUMUTPOS.CO – Sehari pengeboman bunuh diri dan baku tembak antara polisi dan teroris di Kawasan Sarinah Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Muhammad Bahrun Naim Tamtomo alis Abu Rayan alias Abu Aisyiah disebut-sebut sebagai dalang dan pendana serangan di kawasan tersebut memunculkan diri melalui media Reuters.

“Tinggal menunggu pemicu yang tepat,” kata pria mengidentifikasi dirinya sebagai Bahrun Naim dalam pesannya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (15/1).

Bahrun muncul melalui di media melalui bantuan kerabatnya yang kenal dengan seorang jurnalis Reuters, sesaat setelah Bahrun muncul di media, pria asal Solo itu tidak bisa dihubungi lagi.

Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, Bahrun Naim diketahui masih berada di Raqqa, Suriah. Bahrun Naim diduga kuat merupakan dalang dari aksi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) siang.

Dia menyebutkan, Bahrun dianggap sebagai dalang serangan teror bom di Sarinah pernah mengirim pesan sosial telegram pada 24 November 2015. Dalam pesan Telegram itu, Bahrun menyatakan bahwa pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah cukup untuk melakukan tindakan di Indonesia.

Bahrun pernah ditangkap tahun 2011 atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal itu dianggap sebagai pemain kunci dalam jaringan militan yang tumbuh di sekitar Jawa Tengah. Kepolisian Australia (AFP) dan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) mengklaim berjasa telah memberikan informasi pada polisi Indonesia soal rencana serangan Tahun Baru itu.

Sosok Bahrun yang merupakan teknisi komputer terkhusus ahli dalam jaringan, membuat pria kelahiran Pekalongan 6 September 1983 ini dikenal oleh jaringan teroris lama. Apalagi,
Bahrun sempat dihukum dua tahun karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm serta 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noordin M. Top masih kuat. Ipung adalah perantara Abdullah Sunata dengan Jamaah Islamiyah dan kerap bertemu dengan Noordin M. Top. Ipung, sejak 2006, dihukum 6 tahun penjara.

Tak hanya dijaringan laman, Bahrun didukung jaringan teroris dari Uighur dan Suriah. Salah satu anggota jaringan Bahrun Naim adalah Arif Hidayatullah. Tugas utama Arif versi polisi adalah menjadi penyokong dana. Arif Hidayatullah alias Abu Mushab ditangkap tim Densus 88 di rumahnya, Perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi. Dari rumah kontrakan itu, dibawa enam kardus, termasuk bendera ISIS.

Hasil pengembangan penangkapan Arif, Densus 88 mendatangi Kampung Duku Jaya RT 5 RW 9, Kelurahan Pejuang, dan menangkap Alli, seorang warga asing. Warga Uighur, perbatasan Cina dengan Turki, itu dibawa Arif. Arif dicurigai polisi akan dijadikan “pengantin” dalam serangan bom bunuh diri.

Penangkapan Arif merupakan pengembangan dari serangkaian penangkapan di Tasikmalaya, Banjar, Gresik, Mojokerto, serta Sukoharjo pada 19-20 Desember 2015. Polisi berhasil menciduk Abu Jundi di Sukoharjo, Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, Iwan alias Koki di Banjar, 3 orang di Mojokerto, serta 2 orang di Gresik. Koki disebut sebagai perakit bom, sedangkan Zaenal diduga akan menjadi “pengantin” bom bunuh diri. Abu Jundi sendiri, menurut polisi, mendapat dukungan dana langsung dari Suriah.

Bahrul Naim, tokoh ISIS yang ada di balik Bom Sarinah.
Bahrul Naim, tokoh ISIS yang ada di balik Bom Sarinah.

SUMUTPOS.CO – Sehari pengeboman bunuh diri dan baku tembak antara polisi dan teroris di Kawasan Sarinah Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Muhammad Bahrun Naim Tamtomo alis Abu Rayan alias Abu Aisyiah disebut-sebut sebagai dalang dan pendana serangan di kawasan tersebut memunculkan diri melalui media Reuters.

“Tinggal menunggu pemicu yang tepat,” kata pria mengidentifikasi dirinya sebagai Bahrun Naim dalam pesannya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (15/1).

Bahrun muncul melalui di media melalui bantuan kerabatnya yang kenal dengan seorang jurnalis Reuters, sesaat setelah Bahrun muncul di media, pria asal Solo itu tidak bisa dihubungi lagi.

Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, Bahrun Naim diketahui masih berada di Raqqa, Suriah. Bahrun Naim diduga kuat merupakan dalang dari aksi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) siang.

Dia menyebutkan, Bahrun dianggap sebagai dalang serangan teror bom di Sarinah pernah mengirim pesan sosial telegram pada 24 November 2015. Dalam pesan Telegram itu, Bahrun menyatakan bahwa pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah cukup untuk melakukan tindakan di Indonesia.

Bahrun pernah ditangkap tahun 2011 atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal itu dianggap sebagai pemain kunci dalam jaringan militan yang tumbuh di sekitar Jawa Tengah. Kepolisian Australia (AFP) dan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) mengklaim berjasa telah memberikan informasi pada polisi Indonesia soal rencana serangan Tahun Baru itu.

Sosok Bahrun yang merupakan teknisi komputer terkhusus ahli dalam jaringan, membuat pria kelahiran Pekalongan 6 September 1983 ini dikenal oleh jaringan teroris lama. Apalagi,
Bahrun sempat dihukum dua tahun karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm serta 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noordin M. Top masih kuat. Ipung adalah perantara Abdullah Sunata dengan Jamaah Islamiyah dan kerap bertemu dengan Noordin M. Top. Ipung, sejak 2006, dihukum 6 tahun penjara.

Tak hanya dijaringan laman, Bahrun didukung jaringan teroris dari Uighur dan Suriah. Salah satu anggota jaringan Bahrun Naim adalah Arif Hidayatullah. Tugas utama Arif versi polisi adalah menjadi penyokong dana. Arif Hidayatullah alias Abu Mushab ditangkap tim Densus 88 di rumahnya, Perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi. Dari rumah kontrakan itu, dibawa enam kardus, termasuk bendera ISIS.

Hasil pengembangan penangkapan Arif, Densus 88 mendatangi Kampung Duku Jaya RT 5 RW 9, Kelurahan Pejuang, dan menangkap Alli, seorang warga asing. Warga Uighur, perbatasan Cina dengan Turki, itu dibawa Arif. Arif dicurigai polisi akan dijadikan “pengantin” dalam serangan bom bunuh diri.

Penangkapan Arif merupakan pengembangan dari serangkaian penangkapan di Tasikmalaya, Banjar, Gresik, Mojokerto, serta Sukoharjo pada 19-20 Desember 2015. Polisi berhasil menciduk Abu Jundi di Sukoharjo, Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya, Iwan alias Koki di Banjar, 3 orang di Mojokerto, serta 2 orang di Gresik. Koki disebut sebagai perakit bom, sedangkan Zaenal diduga akan menjadi “pengantin” bom bunuh diri. Abu Jundi sendiri, menurut polisi, mendapat dukungan dana langsung dari Suriah.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/