30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2.176 Jiwa Pengungsi Sinabung Butuh Pasokan Lauk Pauk

Foto: Anita/PM Pengungsi Sinabung, Kabupaten Karo, menunjukkan persediaan logistik yang sudah habis di posko pengungsian, Senin (15/2/2016). Mereka mengaku terancam kelaparan.
Foto: Anita/PM
Pengungsi Sinabung, Kabupaten Karo, menunjukkan persediaan logistik yang sudah habis di posko pengungsian, Senin (15/2/2016). Mereka mengaku terancam kelaparan.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 2.176 jiwa yang terdiri dari 577 KK pengungsi erupsi Gunung Sinabung asal Desa Kutarayat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, kelaparan. Pasalnya, persedian logistik berupa lauk pauk di Posko BPPT Jambur Tongkoh dan kebutuhan dasar lainnya telah habis. Bahkan, stok beras bulog di sana hanya cukup untuk lima hari ke depan. Sebagian beras telah dijual untuk membeli lauk pauk, gas, dan minyak makan.

“Terakhir logistik yang didrop BPBD pada hari Selasa minggu lalu. Lauk pauk, gas dan minyak makan biasanya dua hari sekali datang. Tapi sudah lima hari ini tak datang lagi. Sehingga lauk pauk dan gas untuk memasak makanan kami tak ada lagi.Terpaksa beras kami jual untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,” lirih Koordinator Posko Saleh Sembiring didampingi Bangun Ginting dan Koordinator Logistik Tegap Sitepu, Senin (15/2).

Dikatakannya, logistik yang masih disimpan di gudang posko mereka seperti mie instan, beras dan lain sebagainya sudah dijual untuk membeli kebutuhan makanan sehari-hari di posko. Padahal, hal ini sudah dilaporkan ke BPBD, namun hingga sekarang belum juga ditanggapi. “Sudah dua kali kami melapor ke BPBD tapi mereka hanya mengiya-iyakan saja tanpa ada solusi. Bahkan sampai sekarang setiap dihubungi, Kepala BPBD tak mengangkat handphonenya. Dikirim SMS pun tak dibalas,” ketusnya.

Jika sampai tiga hari ini BPBD belum menggubris masalah ini, pengungsi akan mendatangi kantor Bupati Karo. Sebab tidak mungkin berlama-lama tinggal di posko tak ada makanan. “Kasihan anak-anak kami kalau tidak makan. Mana mereka tau kalau nggak ada lauk pauk, sempat mereka teriak lapar. Kan sedih kayak gitu melihat anak-anak yang nggak tau apa-apa,” lirih Sembiring. Menurutnya, kalau memang pemerintah sudah tak sanggup memenuhi kebutuhan dasar pengungsi Desa Kutarayat mereka meminta dikembalikan saja ke desanya. “Bayangkan saja, anak-anak di posko ini sangat banyak sekitar 400 orang. Kalau mereka tak makan lagi, apa lagi yang harus kami perbuat selaku orangtua. Terpaksa harus pulang, biar berladang saja. Jangankan makan, uang jajan anak-anak saja harus kita penuhi. Dari mana kami dapat kalau tak bekerja? Kami sudah 8 bulan tinggal di posko belum ada kepastian (status) kami ini,” ujarnya.

Foto: Anita/PM Pengungsi Sinabung, Kabupaten Karo, menunjukkan persediaan logistik yang sudah habis di posko pengungsian, Senin (15/2/2016). Mereka mengaku terancam kelaparan.
Foto: Anita/PM
Pengungsi Sinabung, Kabupaten Karo, menunjukkan persediaan logistik yang sudah habis di posko pengungsian, Senin (15/2/2016). Mereka mengaku terancam kelaparan.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 2.176 jiwa yang terdiri dari 577 KK pengungsi erupsi Gunung Sinabung asal Desa Kutarayat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, kelaparan. Pasalnya, persedian logistik berupa lauk pauk di Posko BPPT Jambur Tongkoh dan kebutuhan dasar lainnya telah habis. Bahkan, stok beras bulog di sana hanya cukup untuk lima hari ke depan. Sebagian beras telah dijual untuk membeli lauk pauk, gas, dan minyak makan.

“Terakhir logistik yang didrop BPBD pada hari Selasa minggu lalu. Lauk pauk, gas dan minyak makan biasanya dua hari sekali datang. Tapi sudah lima hari ini tak datang lagi. Sehingga lauk pauk dan gas untuk memasak makanan kami tak ada lagi.Terpaksa beras kami jual untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,” lirih Koordinator Posko Saleh Sembiring didampingi Bangun Ginting dan Koordinator Logistik Tegap Sitepu, Senin (15/2).

Dikatakannya, logistik yang masih disimpan di gudang posko mereka seperti mie instan, beras dan lain sebagainya sudah dijual untuk membeli kebutuhan makanan sehari-hari di posko. Padahal, hal ini sudah dilaporkan ke BPBD, namun hingga sekarang belum juga ditanggapi. “Sudah dua kali kami melapor ke BPBD tapi mereka hanya mengiya-iyakan saja tanpa ada solusi. Bahkan sampai sekarang setiap dihubungi, Kepala BPBD tak mengangkat handphonenya. Dikirim SMS pun tak dibalas,” ketusnya.

Jika sampai tiga hari ini BPBD belum menggubris masalah ini, pengungsi akan mendatangi kantor Bupati Karo. Sebab tidak mungkin berlama-lama tinggal di posko tak ada makanan. “Kasihan anak-anak kami kalau tidak makan. Mana mereka tau kalau nggak ada lauk pauk, sempat mereka teriak lapar. Kan sedih kayak gitu melihat anak-anak yang nggak tau apa-apa,” lirih Sembiring. Menurutnya, kalau memang pemerintah sudah tak sanggup memenuhi kebutuhan dasar pengungsi Desa Kutarayat mereka meminta dikembalikan saja ke desanya. “Bayangkan saja, anak-anak di posko ini sangat banyak sekitar 400 orang. Kalau mereka tak makan lagi, apa lagi yang harus kami perbuat selaku orangtua. Terpaksa harus pulang, biar berladang saja. Jangankan makan, uang jajan anak-anak saja harus kita penuhi. Dari mana kami dapat kalau tak bekerja? Kami sudah 8 bulan tinggal di posko belum ada kepastian (status) kami ini,” ujarnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/