25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Tinggal di Gubuk Kumuh, Rendi sering Disuruh Ngemis

Foto: Rizky/PM Beginilah kondisi rumah yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.
Foto: Rizky/PM
Beginilah kondisi gubuk kumuh yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.

SUMUTPOS.CO – Kasus Maniur Marbun Lumbangaol (79) merantai cucunya, Rendi Purba, di Jalan HM. Yamin, Gang Sado, Lingkungan 5 Medan Perjuangan, berbuntut ke polisi. Jumat sore polisi dan pihak Kecamatan Medan Perjuangan menyambangi kediaman kakek korban di Jalan Gurila, Gang Mustika, Kecamatan Medan Perjuangan. Setiba di lokasi, polisi disambut puluhan warga yang meminta agar keluarga yang menelantarkan dan merantai Rendi ditangkap.

“Tangkap saja mereka semua pak,” teriak warga.

Rumah yang ditempati Rendi dan kakeknya serta keluarganya yang lain sangat tak layak huni. Sebab rumah tersebut sangat kumuh, jorok dan mengeluarkan aroma tak sedap. Menurut Yeni (33) warga sekitar, selama ini Rendi memang sering dirantai dan dipukuli oleh kakeknya.

“Udah sering itu bang, payah bilanglah sama mereka itu, kami nasehati supaya jangan seperti itu pada anak kecil, malah kami yang dimaki-maki,” aku Yeni pada wartawan dan polisi yang turun ke lokasi.

Masih kata ibu 3 anak itu, selama ini sebenarnya warga kasihan melihat korban dan ketiga adiknya. Namun karena sikap tak bersahabat yang ditunjukkan keluarganya membuat mereka jadi tak peduli. “Tapi kami dimaki-maki saat menasehati.. ya jadinya gak mau ikut campur lagilah kami,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan warga lain bernama Soni (25). Selain kerap dianiaya, korban juga sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila. “Kejam kali keluarganya itu bang, korban itu sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila,” ungkapnya.

Selain sang kakek, di rumah itu juga tinggal seorang perempuan bernama Imei yang mengalami gangguan jiwa. “Dulu si Imei itu kerja di Malaysia, pas kembali ke Medan dia minta izin sama bapaknya mau menikah. Tapi bapaknya gak mengizinkan dan melarangnya untuk kembali ke Malaysia,” ungkap Soni diamini warga lain.

Bahkan selama tinggal di sana lanjutnya, para tetangga kerap mendengar teriakan minta tolong Imei yang mengaku sempat beberapa kali mau diperkosa oleh ayahnya sendiri.

“Semenjak kejadian itulah si Imei jadi gak waras bang,” ujarnya.

Lalu kenapa mereka tak melaporkan kejadian itu ke polisi? Soni dan warga lain mengaku malas mencampuri urusan keluarga tersebut.

“Kami malas mencampurinya, karena mereka semua itu gak ada yang beres bang, makanya kami pun tak mau ikut campur,” ucapnya. Menanggapi hal ini, Kapolsek Medan Timur Kompol Bernhard mengakui kediaman korban dan keluarganya memang tak layak. “Kediamannya memang tidak layak, mengeluarkan aroma tak sedap,” ungkapnya.

Foto: Rizky/PM Beginilah kondisi rumah yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.
Foto: Rizky/PM
Beginilah kondisi gubuk kumuh yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.

SUMUTPOS.CO – Kasus Maniur Marbun Lumbangaol (79) merantai cucunya, Rendi Purba, di Jalan HM. Yamin, Gang Sado, Lingkungan 5 Medan Perjuangan, berbuntut ke polisi. Jumat sore polisi dan pihak Kecamatan Medan Perjuangan menyambangi kediaman kakek korban di Jalan Gurila, Gang Mustika, Kecamatan Medan Perjuangan. Setiba di lokasi, polisi disambut puluhan warga yang meminta agar keluarga yang menelantarkan dan merantai Rendi ditangkap.

“Tangkap saja mereka semua pak,” teriak warga.

Rumah yang ditempati Rendi dan kakeknya serta keluarganya yang lain sangat tak layak huni. Sebab rumah tersebut sangat kumuh, jorok dan mengeluarkan aroma tak sedap. Menurut Yeni (33) warga sekitar, selama ini Rendi memang sering dirantai dan dipukuli oleh kakeknya.

“Udah sering itu bang, payah bilanglah sama mereka itu, kami nasehati supaya jangan seperti itu pada anak kecil, malah kami yang dimaki-maki,” aku Yeni pada wartawan dan polisi yang turun ke lokasi.

Masih kata ibu 3 anak itu, selama ini sebenarnya warga kasihan melihat korban dan ketiga adiknya. Namun karena sikap tak bersahabat yang ditunjukkan keluarganya membuat mereka jadi tak peduli. “Tapi kami dimaki-maki saat menasehati.. ya jadinya gak mau ikut campur lagilah kami,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan warga lain bernama Soni (25). Selain kerap dianiaya, korban juga sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila. “Kejam kali keluarganya itu bang, korban itu sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila,” ungkapnya.

Selain sang kakek, di rumah itu juga tinggal seorang perempuan bernama Imei yang mengalami gangguan jiwa. “Dulu si Imei itu kerja di Malaysia, pas kembali ke Medan dia minta izin sama bapaknya mau menikah. Tapi bapaknya gak mengizinkan dan melarangnya untuk kembali ke Malaysia,” ungkap Soni diamini warga lain.

Bahkan selama tinggal di sana lanjutnya, para tetangga kerap mendengar teriakan minta tolong Imei yang mengaku sempat beberapa kali mau diperkosa oleh ayahnya sendiri.

“Semenjak kejadian itulah si Imei jadi gak waras bang,” ujarnya.

Lalu kenapa mereka tak melaporkan kejadian itu ke polisi? Soni dan warga lain mengaku malas mencampuri urusan keluarga tersebut.

“Kami malas mencampurinya, karena mereka semua itu gak ada yang beres bang, makanya kami pun tak mau ikut campur,” ucapnya. Menanggapi hal ini, Kapolsek Medan Timur Kompol Bernhard mengakui kediaman korban dan keluarganya memang tak layak. “Kediamannya memang tidak layak, mengeluarkan aroma tak sedap,” ungkapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/