LENS, SUMUTPOS.CO – Perkara nasionalisme di lapangan bola memang paling mudah menyulut emosi. Dalam sepekan belakangan sudah dua kali sudah bintang Wales, Gareth Bale menyebarkan psywar kepada Inggris.
Pertama seusai kemenangan atas Slovakia Sabtu (11/6) lalu pemain 26 tahun itu berkata jika para pemain Wales lebih tinggi kadar nasionalisme. Ibaratnya para pemain The Dragons, julukan Wales, rela mati buat negaranya di lapangan.
Kedua saat ditanya berapa banyak pemain Inggris saat ini yang sebetulnya layak masuk ke timnya, dengan cepat Bale menjawab “Tak seorang pun!”.
Omongan saling ledek itu tak ada guna jika tak dibuktikan di lapangan. Malam ini (16/6) di Stade Bollaert-Delelis, pertemuan Inggris versus Wales di matchday kedua grup B akan tersaji. Pertandingan yang bertajuk Battle of Britain itu memang salah satu laga yang paling dinanti di Euro 2016 ini.
Maklum kalau Wales dan seluruh penggawanya demikian emosional menuju laga ini. Sudah 58 tahun, Ashley Williams dkk terkubur dalam ingatan sepak bola internasional. Piala Dunia 1958 adalah turnamen terakhir yang diikutinya.
Seperti diberitakan The Guardian kemarin (15/6) tactician Inggris Roy Hodgson menyatakan provokasi Bale menjelang laga bergulir ini adalah sikap yang tak bertanggung jawab.
Ibarat kacang lupa kulitnya, karakter bermain Bale justru ditempa di klub-klub Inggris. Ketika mengawali karirnya, Bale dididik oleh Southampton. Kemudian di usia 18 tahun boyongan ke White Hart Lane, markas Tottenham Hotspur.
“Kami tak akan fokus menjaga Bale karena masih ada pemain-pemain Wales lain yang berbahaya. Gol kemenangan Wales atas Slovakia juga ditentukan oleh pemain lain,” ucap Hodgson.
Pria berusia 68 tahun itu tak menutup mata seandainya gol pembuka Wales oleh Bale memang memukau. Namun Hodgson terus mencari racikan pas buat menghadang Wales.
Mantan arsitek Udinese, Inter Milan, dan Liverpool itu mengamati bagaimana para pemain Wales bermain di kompetisi Inggris. Dari 23 nama pemain Wales, 18 diantaranya bermain di liga Inggris.
“Saya memberikan atensi kepada Joe (Allen) juga Aaron (Ramsey). Karena itu saya memberikan respek kepada keseluruhan Wales bukan secara individu,” kata Hodgson.
Pundit Michael Cox dalam Four Four Two kemarin menganalisis kalau lini tengah Inggris harus berubah ketika melawan Wales. Pemain Manchester City Raheem Sterling dikritik karena dianggap terlalu lambat.
Ketika melawan Rusia lalu, Cox melihat Hodgson sudah dengan benar menginstruksikan anak asuhnya. Mendominasi persentase penguasaan bola juga kombinasi umpan pendek-panjang di wilayah lawan. Sayangnya meski mendominasi, tak banyak peluang yang dihasilkan.
Cox berharap penyerang Liverpool Daniel Sturridge akan dimainkan oleh Hodgson dalam laga ini. Diakui atau tidak, ketika fit Sturridge adalah penyerang terbaik Inggris.
Statistik antara Sturridge, Kane, dan Jamie Vardy dalam delapan laga terakhirmusim di Premier League musim 2015-2016 lalu, Kane dan Sturridge membukukan enam gol. Sedang Vardy hanya enam.
Cox melanjutkan kalau Inggris butuh seorang gelandang box to box. Dalam laga lawan Rusia peran tersebut diberikan kepada Eric Dier. Masalahnya ketika melawan Wales, Dier tak bisa dibiarkan sendiri melindungan bek sendirian. Harus ada pemain yang melapisinya ketika Dier membantu menyerang.