26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Boru Panjaitan Busuk Diformalin

Kebiri kimia-Ilustrasi

BELAWAN, SUMUTPOS.CO  – Formalin seharga Rp1,4 juta menambah kesedihan keluarga R Br Panjaitan. Pasalnya tubuh perempuan berusia 69 tahun ini busuk, sehari pasca disuntikkan cairan tersebut.

Belakangan muncul dugaan, formalin yang digunakan Klinik Rafa Nisi di Blok 7, Griya Martubung, Medan Labuhan, dan disuntikkan ke tubuh R Br Panjaitan adalah palsu.

Mulanya, pada Minggu (13/11) pagi lalu Br Panjaitan menjalani perawatan dan meninggal dunia di RSU Imelda Medan. Oleh keluarga, jenazah dibawa ke rumah duka di Komplek Yuka, Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan.

Mengingat mendiang akan dibawa dan dikebumikan di kampung usai dilakukan pesta adat,keluarga memutuskan memformalin jasadnya agar tidak membusuk untuk beberapa hari ke depan.

Begitu lah, Dina, menantu almarhum mendatangi Klinik Rafa Nisi. Setelah menyampaikan tujuan kedatangannya, pemilik klinik bernama dr Linda Peranginangin membandrol biaya suntik formalin sebesar Rp1,4 juta.

Menganggap harganya masih terjangkau dan telah disepakati, pihak keluarga meminta agar segera dilakukan penyuntikan. Setelah memastikan kapan prosesi penguburan dilakukan, pihak klinik akhirnya menyuntikkan 4 liter formalin ke jasad Br Panjaitan.

Pihak keluarga tenang usai memastikan semua cairan disuntikkan. Mereka berharap acara adat nantinya bisa berlangsung lancar, setidaknya jenazah awet hingga tiba waktunya dikebumikan.

Namun kecemasan mulai menghinggapi pihak keluarga saat malam menjelang. Pasalnya jenazah justru terlihat mulai membengkak. Proses pembengkakkan terus berlanjut. Parahnya, pagi harinya aroma tak sedap mulai tercium.

Seiring waktu, bau tak sedap tidak hanya tercium di sekitar ruangan tempat Br Panjaitan ditidurkan, tetapi juga sampai ke luar rumah. Kondisi ini membuat keluarga dan para pelayat terganggu.

Kesal dengan proses pembusukan tersebut, Dina bersama Binsar Simanjuntak mendatangi Klinik rafa Nisi. Mereka meminta penjelasan tentang apa yang terjadi di rumah duka.

Disana, dr Linda Peranginangin menegaskan kalau hal tersebut sudah biasa. Karenanya, pemilik klinik ini tidak mengganti ataupun menambahkan formalin.

“Kami sudah datangi klinik itu. Dibilangnya kalau bau dan bengkak sudah biasa. Bukannya bertanggung jawab, malah dibiarkannya kami harus menghirup bau tak sedap. Kemungkinan formalin mereka palsu. Karena baru sehari jenazah sudah busuk dan bengkak,” kesal Binsar Simanjuntak.

Lanjut Binsar, guna mengurangi ketidaknyamanan pelayat, keluarga akhirnya memutuskan membungkus jenazah dengan plastik. Setidaknya cara ini mampu mengurangi penyebaran bau tak sedap.

“Lihatlah, semua orang terpaksa pakai penutup hidung. Acara adat pun terganggu. Sebelumnya ada juga orang kecewa dengan klinik itu, karena bau busuk setelah disuntik mereka juga,” ungkap Binsar.

Memastikan dugaan penggunaan formalin palsu, wartawan mendatangi Rafa Nisi. Disana, kru bertemu seorang mengaku bernama Anggi br Pardede. Perempuan ini juga mengaku bahwa dirinya yang menyuntikkan formalin ke jenazah Br Panjaitan.

Ditegaskannya, formalin yang mereka gunakan tidak palsu. Menurutnya, kemungkinan formalin tidak berfungsi selayaknya karena almarhum punya riwayat sakit jantung. “Kalau sakit jantung, formalin memang tidak bekerja maksimal. Makanya jenazah bengkak dan busuk,” jelas Anggi.

Lanjut Anggi, formalin yang mereka suntikan sebanyak 4 liter sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hanya saja sifatnya pengawet atau memperlambat proses bau. “Jadi, suntikan itu memang formalin. Mungkin pengawetnya tak maksimal akibat sakit jantung opung itu,” imbuh Anggi. (ril/ras)

Kebiri kimia-Ilustrasi

BELAWAN, SUMUTPOS.CO  – Formalin seharga Rp1,4 juta menambah kesedihan keluarga R Br Panjaitan. Pasalnya tubuh perempuan berusia 69 tahun ini busuk, sehari pasca disuntikkan cairan tersebut.

Belakangan muncul dugaan, formalin yang digunakan Klinik Rafa Nisi di Blok 7, Griya Martubung, Medan Labuhan, dan disuntikkan ke tubuh R Br Panjaitan adalah palsu.

Mulanya, pada Minggu (13/11) pagi lalu Br Panjaitan menjalani perawatan dan meninggal dunia di RSU Imelda Medan. Oleh keluarga, jenazah dibawa ke rumah duka di Komplek Yuka, Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan.

Mengingat mendiang akan dibawa dan dikebumikan di kampung usai dilakukan pesta adat,keluarga memutuskan memformalin jasadnya agar tidak membusuk untuk beberapa hari ke depan.

Begitu lah, Dina, menantu almarhum mendatangi Klinik Rafa Nisi. Setelah menyampaikan tujuan kedatangannya, pemilik klinik bernama dr Linda Peranginangin membandrol biaya suntik formalin sebesar Rp1,4 juta.

Menganggap harganya masih terjangkau dan telah disepakati, pihak keluarga meminta agar segera dilakukan penyuntikan. Setelah memastikan kapan prosesi penguburan dilakukan, pihak klinik akhirnya menyuntikkan 4 liter formalin ke jasad Br Panjaitan.

Pihak keluarga tenang usai memastikan semua cairan disuntikkan. Mereka berharap acara adat nantinya bisa berlangsung lancar, setidaknya jenazah awet hingga tiba waktunya dikebumikan.

Namun kecemasan mulai menghinggapi pihak keluarga saat malam menjelang. Pasalnya jenazah justru terlihat mulai membengkak. Proses pembengkakkan terus berlanjut. Parahnya, pagi harinya aroma tak sedap mulai tercium.

Seiring waktu, bau tak sedap tidak hanya tercium di sekitar ruangan tempat Br Panjaitan ditidurkan, tetapi juga sampai ke luar rumah. Kondisi ini membuat keluarga dan para pelayat terganggu.

Kesal dengan proses pembusukan tersebut, Dina bersama Binsar Simanjuntak mendatangi Klinik rafa Nisi. Mereka meminta penjelasan tentang apa yang terjadi di rumah duka.

Disana, dr Linda Peranginangin menegaskan kalau hal tersebut sudah biasa. Karenanya, pemilik klinik ini tidak mengganti ataupun menambahkan formalin.

“Kami sudah datangi klinik itu. Dibilangnya kalau bau dan bengkak sudah biasa. Bukannya bertanggung jawab, malah dibiarkannya kami harus menghirup bau tak sedap. Kemungkinan formalin mereka palsu. Karena baru sehari jenazah sudah busuk dan bengkak,” kesal Binsar Simanjuntak.

Lanjut Binsar, guna mengurangi ketidaknyamanan pelayat, keluarga akhirnya memutuskan membungkus jenazah dengan plastik. Setidaknya cara ini mampu mengurangi penyebaran bau tak sedap.

“Lihatlah, semua orang terpaksa pakai penutup hidung. Acara adat pun terganggu. Sebelumnya ada juga orang kecewa dengan klinik itu, karena bau busuk setelah disuntik mereka juga,” ungkap Binsar.

Memastikan dugaan penggunaan formalin palsu, wartawan mendatangi Rafa Nisi. Disana, kru bertemu seorang mengaku bernama Anggi br Pardede. Perempuan ini juga mengaku bahwa dirinya yang menyuntikkan formalin ke jenazah Br Panjaitan.

Ditegaskannya, formalin yang mereka gunakan tidak palsu. Menurutnya, kemungkinan formalin tidak berfungsi selayaknya karena almarhum punya riwayat sakit jantung. “Kalau sakit jantung, formalin memang tidak bekerja maksimal. Makanya jenazah bengkak dan busuk,” jelas Anggi.

Lanjut Anggi, formalin yang mereka suntikan sebanyak 4 liter sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hanya saja sifatnya pengawet atau memperlambat proses bau. “Jadi, suntikan itu memang formalin. Mungkin pengawetnya tak maksimal akibat sakit jantung opung itu,” imbuh Anggi. (ril/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/