SUMUTPOS.CO – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tak hanya terjadi pada kaum Hawa. Kaum Adam juga mengalaminya. Sebut saja namanya Tongat (49). Ia juga sering mengalami KDRT oleh istrinya, Butet.
Protes Tongat baru muncul ketika ia memasuki puber kedua. Ketika ia melihat istri tetangganya begitu baik dengan suaminya. Ketika pula sang adik ipar yang baru menikah, juga tak pernah berbuat kasar dengan suaminya. Ia pun merasa sebagai suami harus berontak supaya istrinya tidak mengulangi KDRT lagi.
“Dulu saya diamkan karena saya itu jarang bergaul. Soalnya kerjaan saya kan di kapal, jadi juru masak. Tidak pernah liat rumah tangga orang,” kata Tongat.
Dengan wajah melas, bapak tiga anak itupun merasa wajar bila istrinya sering mencakar wajahnya bila minta sesuatu. Baik meminta yang wajar-wajar saja atau meminta yang cukup berat.
Misalnya, suaminya meminta beli rujak, maka sebelum uang diberikan, Butet menghajar wajah suaminya. Aksi itu seringkali bikin pertengkaran dalam rumah tangganya.
Makin besar pula cakaran bila permintaan yang diminta cukup besar, misalnya beli baju, sepatu atau tas. Tongat menyadari bila istrinya memiliki sikap yang cukup temperamen. Istrinya sering marah-marah sendiri tanpa sebab.
Tak mau bertengkar, Tongat membiarkan saja. Baginya, kemarahan istri jarang karena ia hanya tiga bulan sekali pulang.
“Biasanya sih ndaratnya dua minggu, tapi ya itu berangkat wajah dan tubuh penuh cakaran,” kata pria berdarah campuran Madura tersebut.
Namun, pada masa tua ini ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia sudah jarang melaut dan memilih membuka bengkel di depan rumahnya.
Di situlah, ia melihat kehidupan rumah tangga yang sebenarnya. Ia melihat kenyataan bila banyak istri yang menghargai suaminya. Tidak pakai cakar-cakaran bila minta sesuatu.
“Kalau dibentak dan dicakar terus, ya jenuhlah. Saya putuskan berpisah sajalah,” kata Tongat. Ia berharap usai bercerai akan menikah dengan wanita yang tidak suka mencakar wajahnya.(jpg/ras)