29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Menangis Nonton Beauty and the Beast

Oleh: AZRUL ANANDA

Izinkan saya jadi sedikit feminin di tulisan ini. Gara-gara benar-benar terharu dan sempat menitikkan air mata menonton Beauty and the Beast…

***

Sudah berbulan-bulan saya menunggu film live action terbaru Disney, Beauty and the Beast, muncul di bioskop. Begitu mengetahui bahwa film kartun tahun 1991 itu bakal dikemas ulang, dengan bintang utama Emma Watson, saya langsung terpikat.

Feeling dari awal sudah kuat. Ini film bakal ’’meledak’’.

Dan ternyata jadi kenyataan. Weekend pertamanya mantap. Memecahkan rekor pembukaan terheboh di bulan Maret. Secara global juga dahsyat. Dibuat dengan biaya USD 160 juta, weekend pertamanya langsung meraup USD 170 juta di Amerika saja plus USD 180 juta di negara-negara lain di dunia.

Jangan kaget kalau pemasukan akhir film ini nanti menembus angka lebih dari USD 1 miliar.

Kok bisa saya suka Beauty and the Beast?

Dari dulu, saya penggemar kartun Disney. Dua favorit utama saya: Beauty and the Beast dan Aladdin.

Yang Beauty and the Beast karena ceritanya entah mengapa begitu pas di hati. Sedangkan yang Aladdin mungkin karena dulu, waktu 1992, saya nonton film itu bersama beberapa teman dekat, termasuk dengan cewek yang waktu itu saya taksir (hehehe).

Beauty and the Beast pas di hati? Karena ketika menonton film itu, rasanya seperti ada yang hangat di dada. Dan pesan moralnya sangat simpel, bukan? Buruk rupa bukan berarti jahat, atau bukan berarti tidak bisa berubah menjadi baik. Sedangkan yang ganteng dan dikagumi belum tentu baik.

Simpel banget.

Dan lagunya. Lagunya itu lho!

Tak heran film ini menjadi film animasi pertama yang masuk nominasi film terbaik Oscar. Dan lagunya itu meraih Oscar.

Begitu film versi baru (live action) ini diputar, saya menonton bersama keluarga dan teman-teman keluarga.

Bagaimana filmnya? Ya Tuhan, saya langsung meleleh…

Emma Watson perfect jadi Belle. Kabarnya, dia bakal dapat bayaran USD 15 juta dari film ini. Cocok!

Di situ juga ada Kevin Kline, aktor yang lumayan saya suka sejak zaman dahulu kala. Dulu dia pernah main romantic comedy bersama Meg Ryan (favorit saya) dalam film French Kiss. Di film baru ini, Kline yang sudah tua (seperti Meg Ryan) menjadi Maurice, ayah Belle.

Dan musiknya! Terima kasih Disney karena tetap menjaga unsur nostalgia, tetap membuat film ini ’’segaris’’ dengan yang lama. Hanya menambah satu dua bagian, menambah satu dua lagu baru, mengutak-atik satu dua bagian, supaya film ini lebih kuat ceritanya dan update dengan dunia sekarang.

Karena alur filmnya relatif tidak berubah, selama menonton saya tak sabar menantikan momen terindah Beauty and the Beast. Yaitu, saat Belle berdandan cantik dengan gaun kuningnya, dan Beast berdandan dengan baju biru, bersiap untuk dansa bersama.

Waaaaaaaaaa…

Oleh: AZRUL ANANDA

Izinkan saya jadi sedikit feminin di tulisan ini. Gara-gara benar-benar terharu dan sempat menitikkan air mata menonton Beauty and the Beast…

***

Sudah berbulan-bulan saya menunggu film live action terbaru Disney, Beauty and the Beast, muncul di bioskop. Begitu mengetahui bahwa film kartun tahun 1991 itu bakal dikemas ulang, dengan bintang utama Emma Watson, saya langsung terpikat.

Feeling dari awal sudah kuat. Ini film bakal ’’meledak’’.

Dan ternyata jadi kenyataan. Weekend pertamanya mantap. Memecahkan rekor pembukaan terheboh di bulan Maret. Secara global juga dahsyat. Dibuat dengan biaya USD 160 juta, weekend pertamanya langsung meraup USD 170 juta di Amerika saja plus USD 180 juta di negara-negara lain di dunia.

Jangan kaget kalau pemasukan akhir film ini nanti menembus angka lebih dari USD 1 miliar.

Kok bisa saya suka Beauty and the Beast?

Dari dulu, saya penggemar kartun Disney. Dua favorit utama saya: Beauty and the Beast dan Aladdin.

Yang Beauty and the Beast karena ceritanya entah mengapa begitu pas di hati. Sedangkan yang Aladdin mungkin karena dulu, waktu 1992, saya nonton film itu bersama beberapa teman dekat, termasuk dengan cewek yang waktu itu saya taksir (hehehe).

Beauty and the Beast pas di hati? Karena ketika menonton film itu, rasanya seperti ada yang hangat di dada. Dan pesan moralnya sangat simpel, bukan? Buruk rupa bukan berarti jahat, atau bukan berarti tidak bisa berubah menjadi baik. Sedangkan yang ganteng dan dikagumi belum tentu baik.

Simpel banget.

Dan lagunya. Lagunya itu lho!

Tak heran film ini menjadi film animasi pertama yang masuk nominasi film terbaik Oscar. Dan lagunya itu meraih Oscar.

Begitu film versi baru (live action) ini diputar, saya menonton bersama keluarga dan teman-teman keluarga.

Bagaimana filmnya? Ya Tuhan, saya langsung meleleh…

Emma Watson perfect jadi Belle. Kabarnya, dia bakal dapat bayaran USD 15 juta dari film ini. Cocok!

Di situ juga ada Kevin Kline, aktor yang lumayan saya suka sejak zaman dahulu kala. Dulu dia pernah main romantic comedy bersama Meg Ryan (favorit saya) dalam film French Kiss. Di film baru ini, Kline yang sudah tua (seperti Meg Ryan) menjadi Maurice, ayah Belle.

Dan musiknya! Terima kasih Disney karena tetap menjaga unsur nostalgia, tetap membuat film ini ’’segaris’’ dengan yang lama. Hanya menambah satu dua bagian, menambah satu dua lagu baru, mengutak-atik satu dua bagian, supaya film ini lebih kuat ceritanya dan update dengan dunia sekarang.

Karena alur filmnya relatif tidak berubah, selama menonton saya tak sabar menantikan momen terindah Beauty and the Beast. Yaitu, saat Belle berdandan cantik dengan gaun kuningnya, dan Beast berdandan dengan baju biru, bersiap untuk dansa bersama.

Waaaaaaaaaa…

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/