31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Statusmu Harimaumu

Azrul AnandaSAYA tidak tahu pastinya berapa, tapi saya yakin, tidak sedikit orang yang langsung melihat status PP begitu bangun tidur. Dan terus mengeceknya secara berkala dalam seharian.

Ada yang lucu? Ada.

Ada yang ironis? Ada.

Ada yang kelihatan tidak sesuai dengan pemasangnya? Ehm, ehm…
Seperti sudah pernah saya tulis (Happy Wednesday 13), saya termasuk orang offline. Tidak aktif di Facebook, tidak punya akun Twitter, tidak ikut Snapchat, dan lain sebagainya. Bahkan, WhatsApp pun tidak.

Hidup saya lebih tenang dengan pola komunikasi yang saya tentukan sendiri sesuai kebutuhan keseharian saya.

Tapi jujur, saya –seperti banyak orang– termasuk sering lihat status orang di hape saya. Bagaimana tidak, mau tidak mau, sengaja tidak disengaja, status-status itu dengan mudah terlihat.

Yang paling sering disengaja mengecek hanya pagi. Sebab, saat itulah rekan-rekan sehobi (bersepeda) berkomunikasi. Siapa sudah bangun, siapa ketiduran, siapa sudah siap, siapa tidak enak badan, hujan atau tidak, hujan di wilayah mana, dan lain sebagainya.

Siangnya biasanya tidak disengaja. Karena terlihat ketika mencoba mengontak orang lain.

Dasar lulusan marketing, yang salah satu studi favoritnya consumer behavior, membaca/melihat status-status itu bisa memancing berbagai perasaan.

Tertawa, sedih, bangga, kecewa, geleng-geleng kepala.

Tentu yang paling diinginkan adalah tertawa dan terhibur. Ada banyak orang yang suka memasang status-status humoris di PP-nya, tapi tidak banyak yang pandai mengurasi gambar/tulisan yang kadar lucunya berkualitas.

Sederhananya: Banyak yang mencoba lucu, tapi yang ”lucunya berkelas” tidak banyak. Kebanyakan bahkan norak.

Kadar lucu itu bisa menjadikan PP mereka sebagai jendela kepribadian masing-masing. Atau bahkan jendela kenyataan.

Waktu itu teman saya yang ”lucu tingkat tinggi” ini menulis di status BB, ”The relationship between husband and wife is very psychological. One is Psycho and the other is Logical. Now please don’t try to figure out Who is Who.”
Begitu melihat itu, saya langsung mengirim pesan ke dia, ”Istri kamu pasti tidak pakai BB.”
Karena senakal apa pun seorang suami, biasanya tetap ada takutnya –kadar berbeda-beda– kepada istri.

Benar saja, dia menjawab, ”Hehe, iya. Istriku komunikasi pakai WA.”
Ada juga orang yang sebenarnya baik dan menyenangkan, tapi kalau melihat statusnya kadang terkesan norak. Foto di depan Ferrari, makan pagi di hotel mana, terbang di bangku pesawat kelas bisnis, dan lain-lain yang serupa.

Lha itu maksud dan tujuannya apaaaaaa?
Tidak sedikit yang membuat hati tersentuh dan trenyuh. Menampilkan foto bersama anak, istri, atau suami, merayakan atau menikmati momen yang berkualitas.

Atau memasang tulisan yang simpel tapi jelas dan tidak bertele-tele. Misalnya, ”Thanks God.”
Aduh, senangnyaaaaaa melihat status-status seperti itu.

Yang paling sering bikin saya geleng-geleng kepala adalah mereka yang mencoba untuk memberi inspirasi atau berupaya jadi orang yang inspiratif.

Kata kuncinya ”mencoba” dan ”berupaya”.

Yang seperti itu banyak lampu warning dan jebakannya.

Pertama, biasanya kutipan atau gambar itu bersifat klise dengan arti yang terlalu luas. Misalnya, ”Dream, believe, and make it happen.”

Azrul AnandaSAYA tidak tahu pastinya berapa, tapi saya yakin, tidak sedikit orang yang langsung melihat status PP begitu bangun tidur. Dan terus mengeceknya secara berkala dalam seharian.

Ada yang lucu? Ada.

Ada yang ironis? Ada.

Ada yang kelihatan tidak sesuai dengan pemasangnya? Ehm, ehm…
Seperti sudah pernah saya tulis (Happy Wednesday 13), saya termasuk orang offline. Tidak aktif di Facebook, tidak punya akun Twitter, tidak ikut Snapchat, dan lain sebagainya. Bahkan, WhatsApp pun tidak.

Hidup saya lebih tenang dengan pola komunikasi yang saya tentukan sendiri sesuai kebutuhan keseharian saya.

Tapi jujur, saya –seperti banyak orang– termasuk sering lihat status orang di hape saya. Bagaimana tidak, mau tidak mau, sengaja tidak disengaja, status-status itu dengan mudah terlihat.

Yang paling sering disengaja mengecek hanya pagi. Sebab, saat itulah rekan-rekan sehobi (bersepeda) berkomunikasi. Siapa sudah bangun, siapa ketiduran, siapa sudah siap, siapa tidak enak badan, hujan atau tidak, hujan di wilayah mana, dan lain sebagainya.

Siangnya biasanya tidak disengaja. Karena terlihat ketika mencoba mengontak orang lain.

Dasar lulusan marketing, yang salah satu studi favoritnya consumer behavior, membaca/melihat status-status itu bisa memancing berbagai perasaan.

Tertawa, sedih, bangga, kecewa, geleng-geleng kepala.

Tentu yang paling diinginkan adalah tertawa dan terhibur. Ada banyak orang yang suka memasang status-status humoris di PP-nya, tapi tidak banyak yang pandai mengurasi gambar/tulisan yang kadar lucunya berkualitas.

Sederhananya: Banyak yang mencoba lucu, tapi yang ”lucunya berkelas” tidak banyak. Kebanyakan bahkan norak.

Kadar lucu itu bisa menjadikan PP mereka sebagai jendela kepribadian masing-masing. Atau bahkan jendela kenyataan.

Waktu itu teman saya yang ”lucu tingkat tinggi” ini menulis di status BB, ”The relationship between husband and wife is very psychological. One is Psycho and the other is Logical. Now please don’t try to figure out Who is Who.”
Begitu melihat itu, saya langsung mengirim pesan ke dia, ”Istri kamu pasti tidak pakai BB.”
Karena senakal apa pun seorang suami, biasanya tetap ada takutnya –kadar berbeda-beda– kepada istri.

Benar saja, dia menjawab, ”Hehe, iya. Istriku komunikasi pakai WA.”
Ada juga orang yang sebenarnya baik dan menyenangkan, tapi kalau melihat statusnya kadang terkesan norak. Foto di depan Ferrari, makan pagi di hotel mana, terbang di bangku pesawat kelas bisnis, dan lain-lain yang serupa.

Lha itu maksud dan tujuannya apaaaaaa?
Tidak sedikit yang membuat hati tersentuh dan trenyuh. Menampilkan foto bersama anak, istri, atau suami, merayakan atau menikmati momen yang berkualitas.

Atau memasang tulisan yang simpel tapi jelas dan tidak bertele-tele. Misalnya, ”Thanks God.”
Aduh, senangnyaaaaaa melihat status-status seperti itu.

Yang paling sering bikin saya geleng-geleng kepala adalah mereka yang mencoba untuk memberi inspirasi atau berupaya jadi orang yang inspiratif.

Kata kuncinya ”mencoba” dan ”berupaya”.

Yang seperti itu banyak lampu warning dan jebakannya.

Pertama, biasanya kutipan atau gambar itu bersifat klise dengan arti yang terlalu luas. Misalnya, ”Dream, believe, and make it happen.”

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/