26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kejar Target Kunjungan Wisman, Kemenpar- Jetstar Perkuat Kerjasama

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya dan CEO Jetstar Airways, Dean Salter, didampingi Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara dan CEO Jetstar Asia Barathan (Bara) Pasupathi di kantor Kemenpar, Jakarta. 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Perusahaan airlines Jetstar Group dan Kementerian Pariwisata menandatangani nota kesepahaman di Gedung Sapta Pesona Lantai 16, Jumat 5 Mei 2017. Tentu, ini sangat strategis buat Kemenpar, untuk mengejar target kunjungan 15 juta wisatawan mancanegara di 2017 ini.

Menpar Arief Yahya memang dianggap terlalu optimistik, dengan mematok target growth 25% tahun ini. Di saat tourism dunia hanya sanggup bertumbuh di 4,4% dan regional ASEAN naik hanya 5,1%. Tapi bukan Arief Yahya kalau tidak trrtantang mengejar angka kunjungan itu, dulu ketika memimpin PT Telkom juga mampu meraih laba double dalam dua tahun.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang disaksikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tersebut dilakukan oleh Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara dan CEO Jetstar Airways (Australia/New Zealand) Dean Salter serta CEO Jetstar Asia Barathan (Bara) Pasupathi di kantor Kemenpar, Jakarta. Selain itu, ada juga sejumlah pejabat Eselon I Kemenpar serta pimpinan Jetstar.

Lantas kerjasama seperti apa yang dirajut Kemenpar bersama Jetstar Grup? Bukankah belakangan Menpar Arief Yahya sudah rajin roadshow ke Kemenhub, Airlines, Airnav, dan Angkasa Pura?

“Diperlukan total collaboration. Selain semua pihak tadi, kita masih butuh support maskapai Low Cost Carrier seperti JetStar Grup untuk mensupport akses udara ke sejumlah destinasi di Indonesia,” terang Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara, Jumat (5/5).

Bagaimana mengatasi problem air connectivity itu? Dorong airlines terbang ke destinasi wisata di tanah air. Dorong jam beroperasi airport lebih panjang, hingga 24 jam. Dorong deregulasi, kemudahan penambahan slot bagi pesawat yang hendak masuk ke Indonesia.

Karenanya, dalam MoU disebutkan lingkup kerjasama antara lain mendorong peningkatkan pelayanan maskapai penerbangan Jeststar ke destinasi wisata utama di Indonesia. Poin lainnya,  pemasaran dan kegiatan promosi bersama di Australia dan Kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, ada juga upaya mendorong investasi di bidang penerbangan, infrastruktur pariwisata,  dan lapangan kerja. Yang tak kalah pentingnya, mendukung program pemerintah untuk mencapai target 15 juta kunjungan wisman di 2017 dan 20 juta di 2019,” tambahnya.

Penandatanganan MoU itu ikut ditanggapi Menpar Arief Yahya. Menurutnya, itu sangat penting dan urgen mengingat 75% wisatawan masuk ke tanah air dengan airlines. Lalu 24% dengan penyeberangan, dan 1% di perbatasan. “Sudah tidak ada waktu lagi. Harus ngejar target waktu dengan actions. Sentuh yang terbesar dulu, untuk quick win,” kata Arief Yahya, yang makin detail memantau percepatan shadow management-nya itu.

Apalagi, saat ini Indonesia masih kekurangan seat capacity. Selain menggenjot traffic right (ASA) dan ijin rute dan flight movements serta peningkatan kapasitas slot bandara, kolaborasi win-win dengan airlines/whole sellers untuk mengembangkan rute baru juga ikut digeber. “Dengan airlines atau whole sellers kita mempunyai dua skema insentif, joint promotion untuk reguler flight yang menjanjikan growth dan cash incentive atau pax untuk charter flight dengan rute baru” katanya.

“Dan kontribusi perusahaan penerbangan seperti Jestar Group ini sangat besar perannya dalam memenuhi seat capacity  untuk mendukung target pariwisata,” kata Arief Yahya.

Nama besar Jetstar Grup memang sangat dibutuhkan Indonesia. Maklum, saat ini, Jetstar tercatat sebagai salah satu maskapai asing terbesar yang beroperasi di Indonesia. Jetstar Airways yang bermarkas di Australia dan Jetstar Asia yang bermarkas di Singapura setiap tahunnya mengangkut 1,4 juta penumpang dari dan ke enam kota di Indonesia.

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya dan CEO Jetstar Airways, Dean Salter, didampingi Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara dan CEO Jetstar Asia Barathan (Bara) Pasupathi di kantor Kemenpar, Jakarta. 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Perusahaan airlines Jetstar Group dan Kementerian Pariwisata menandatangani nota kesepahaman di Gedung Sapta Pesona Lantai 16, Jumat 5 Mei 2017. Tentu, ini sangat strategis buat Kemenpar, untuk mengejar target kunjungan 15 juta wisatawan mancanegara di 2017 ini.

Menpar Arief Yahya memang dianggap terlalu optimistik, dengan mematok target growth 25% tahun ini. Di saat tourism dunia hanya sanggup bertumbuh di 4,4% dan regional ASEAN naik hanya 5,1%. Tapi bukan Arief Yahya kalau tidak trrtantang mengejar angka kunjungan itu, dulu ketika memimpin PT Telkom juga mampu meraih laba double dalam dua tahun.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang disaksikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tersebut dilakukan oleh Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara dan CEO Jetstar Airways (Australia/New Zealand) Dean Salter serta CEO Jetstar Asia Barathan (Bara) Pasupathi di kantor Kemenpar, Jakarta. Selain itu, ada juga sejumlah pejabat Eselon I Kemenpar serta pimpinan Jetstar.

Lantas kerjasama seperti apa yang dirajut Kemenpar bersama Jetstar Grup? Bukankah belakangan Menpar Arief Yahya sudah rajin roadshow ke Kemenhub, Airlines, Airnav, dan Angkasa Pura?

“Diperlukan total collaboration. Selain semua pihak tadi, kita masih butuh support maskapai Low Cost Carrier seperti JetStar Grup untuk mensupport akses udara ke sejumlah destinasi di Indonesia,” terang Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara, Jumat (5/5).

Bagaimana mengatasi problem air connectivity itu? Dorong airlines terbang ke destinasi wisata di tanah air. Dorong jam beroperasi airport lebih panjang, hingga 24 jam. Dorong deregulasi, kemudahan penambahan slot bagi pesawat yang hendak masuk ke Indonesia.

Karenanya, dalam MoU disebutkan lingkup kerjasama antara lain mendorong peningkatkan pelayanan maskapai penerbangan Jeststar ke destinasi wisata utama di Indonesia. Poin lainnya,  pemasaran dan kegiatan promosi bersama di Australia dan Kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, ada juga upaya mendorong investasi di bidang penerbangan, infrastruktur pariwisata,  dan lapangan kerja. Yang tak kalah pentingnya, mendukung program pemerintah untuk mencapai target 15 juta kunjungan wisman di 2017 dan 20 juta di 2019,” tambahnya.

Penandatanganan MoU itu ikut ditanggapi Menpar Arief Yahya. Menurutnya, itu sangat penting dan urgen mengingat 75% wisatawan masuk ke tanah air dengan airlines. Lalu 24% dengan penyeberangan, dan 1% di perbatasan. “Sudah tidak ada waktu lagi. Harus ngejar target waktu dengan actions. Sentuh yang terbesar dulu, untuk quick win,” kata Arief Yahya, yang makin detail memantau percepatan shadow management-nya itu.

Apalagi, saat ini Indonesia masih kekurangan seat capacity. Selain menggenjot traffic right (ASA) dan ijin rute dan flight movements serta peningkatan kapasitas slot bandara, kolaborasi win-win dengan airlines/whole sellers untuk mengembangkan rute baru juga ikut digeber. “Dengan airlines atau whole sellers kita mempunyai dua skema insentif, joint promotion untuk reguler flight yang menjanjikan growth dan cash incentive atau pax untuk charter flight dengan rute baru” katanya.

“Dan kontribusi perusahaan penerbangan seperti Jestar Group ini sangat besar perannya dalam memenuhi seat capacity  untuk mendukung target pariwisata,” kata Arief Yahya.

Nama besar Jetstar Grup memang sangat dibutuhkan Indonesia. Maklum, saat ini, Jetstar tercatat sebagai salah satu maskapai asing terbesar yang beroperasi di Indonesia. Jetstar Airways yang bermarkas di Australia dan Jetstar Asia yang bermarkas di Singapura setiap tahunnya mengangkut 1,4 juta penumpang dari dan ke enam kota di Indonesia.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/