30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Kemenpar-Garuda Pikat Otoritas Bandara KL untuk Perluas Akses ke Indonesia

Garuda Indonesia-ilustrasi.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bukan hanya otoritas udara nasional yang didekati Kemenpar untuk menambah seat capacity dan air bridge connection. Pengatur lalulintas udara di Bandara Kuala Lumpur Malaysia pun diajak bicara untuk menambah slot penerbangan dari dan menuju Indonesia.

Garuda Indonesia Kuala Lumpur pun diajak berkolaborasi dalam Offshore Meeting Airlines Committee (AOC), 5-7 Mei 2017 di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta. Muaranya, menemukan solusi bottlenecking di akses udara ke Indonesia.

Kaitan dengan air connectivity apa? Ini adalah wadah organisasi seluruh Airlines yang berada di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) – KLIA2 Malaysia. Merekalah mitra kerja Airport Authority dan beberapa perusahaan penyelenggara pelayanan di bandara. Perannya sangat strategis, karena itu mereka pun perlu duduk bersama membahas problem bottlenecking di akses udara ke Indonesia.

Responnya sangat bagus. AOC langsung mengerahkan seluruh pimpinannya. Para pejabat bandara KLIA – KLIA2 plus perwakilan
airlines internasional di Malaysia juga ikut terbang ke Jakarta.

Chairman dan Exco AOC ikut hadir di tengah acara. Dari Malaysian Authorities, ada unsur immigration, airports, customs, health, police
dan DCA yang ikut diundang hadir ke tengah acara. Sementara airlines representative di Malaysia, ada Emirates, Royal Brunei, Royal Jordan, Etihad, Japan Airlines, Singapore Airlines, Air Asia, Vietnam Airlines, Silk Air, China Southern, Bristish Airways, Eva Air, Regent Airlines, Air China, Cathay Dragon, Malindo Air, Pakistan Airlines, Bangkok Airways,Xiamen Airlines, Viet Jet, Myanmar Airlines, Air Mauritius, serta Air Astana.

Misinya sama. Membantu meningkatkan dukungan konektivitas udara internasional ke Indonesia. “Ini untuk meningkatkan dukungan
konektivitas udara internasional ke Indonesia sekaligus mempromosikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta,” ungkap Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, yang
didampingi Asisten Deputi  Pengembangan Pasar Asia Tenggara, Rizki Handayani Mustafa, Jumat (5/3).

Lantas mengapa ngotot mengejar dukungan konektivitas udara ke Indonesia? Mengapa juga harus diarahkan ke Bandara Internasional
Soekarno Hatta?

“Karena kita butuh banyak tambahan seats capacity. Dan sejak 2016, Bandara Internasional Soekarno Hatta sudah memiliki terminal 3 ultimate dan sarana pendukung lainnya. Karenanya dipandang perlu untuk mempromosikan Bandara Internasional Soetta ke maskapai penerbangan internasional melalui kegiatan ini,” tambah Pitana.

Garuda Indonesia-ilustrasi.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bukan hanya otoritas udara nasional yang didekati Kemenpar untuk menambah seat capacity dan air bridge connection. Pengatur lalulintas udara di Bandara Kuala Lumpur Malaysia pun diajak bicara untuk menambah slot penerbangan dari dan menuju Indonesia.

Garuda Indonesia Kuala Lumpur pun diajak berkolaborasi dalam Offshore Meeting Airlines Committee (AOC), 5-7 Mei 2017 di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta. Muaranya, menemukan solusi bottlenecking di akses udara ke Indonesia.

Kaitan dengan air connectivity apa? Ini adalah wadah organisasi seluruh Airlines yang berada di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) – KLIA2 Malaysia. Merekalah mitra kerja Airport Authority dan beberapa perusahaan penyelenggara pelayanan di bandara. Perannya sangat strategis, karena itu mereka pun perlu duduk bersama membahas problem bottlenecking di akses udara ke Indonesia.

Responnya sangat bagus. AOC langsung mengerahkan seluruh pimpinannya. Para pejabat bandara KLIA – KLIA2 plus perwakilan
airlines internasional di Malaysia juga ikut terbang ke Jakarta.

Chairman dan Exco AOC ikut hadir di tengah acara. Dari Malaysian Authorities, ada unsur immigration, airports, customs, health, police
dan DCA yang ikut diundang hadir ke tengah acara. Sementara airlines representative di Malaysia, ada Emirates, Royal Brunei, Royal Jordan, Etihad, Japan Airlines, Singapore Airlines, Air Asia, Vietnam Airlines, Silk Air, China Southern, Bristish Airways, Eva Air, Regent Airlines, Air China, Cathay Dragon, Malindo Air, Pakistan Airlines, Bangkok Airways,Xiamen Airlines, Viet Jet, Myanmar Airlines, Air Mauritius, serta Air Astana.

Misinya sama. Membantu meningkatkan dukungan konektivitas udara internasional ke Indonesia. “Ini untuk meningkatkan dukungan
konektivitas udara internasional ke Indonesia sekaligus mempromosikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta,” ungkap Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, yang
didampingi Asisten Deputi  Pengembangan Pasar Asia Tenggara, Rizki Handayani Mustafa, Jumat (5/3).

Lantas mengapa ngotot mengejar dukungan konektivitas udara ke Indonesia? Mengapa juga harus diarahkan ke Bandara Internasional
Soekarno Hatta?

“Karena kita butuh banyak tambahan seats capacity. Dan sejak 2016, Bandara Internasional Soekarno Hatta sudah memiliki terminal 3 ultimate dan sarana pendukung lainnya. Karenanya dipandang perlu untuk mempromosikan Bandara Internasional Soetta ke maskapai penerbangan internasional melalui kegiatan ini,” tambah Pitana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/