29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Cultural Night di Prambanan Sukses Hibur Dermatology Eropa

Cultural Night di Prambanan memukau 100 Clinical Dermatology di Sleman, Yogyakarta.

JOGJAKARTA, SUMUTPOS.CO – Cultural Night digelar di sela Conference on Tropical And Clinical Dermatology 2017 di The Alana Hotel and Convention Center, Sleman, Yogyakarta, sukses besar. Sebanyak 100 dermatology Jerman, Belanda, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura, dibuat terpana dengan penampilan Ramayana Ballet di Candi Prambanan, Jumat (5/3) malam.

Imbasnya, mereka memutuskan untuk stay dua minggu agar bisa mengeksplore culture dan nature Indonesia. “Ini sangat luar biasa. Culture dan nature seperti Indonesia inilah yang disuka kolega-kolega saya di Jerman, Belanda, Austria dan Swiss. Saya bisa pastikan seluruh delegasi Eropa akan stay dua minggu di Indonesia,” terang Prof. Dr. Med. Dr. Thomas Ruzicka, spesialis Medical Doctor di Universitas di Dűsseldorf, Sabtu (6/3).

Pria kelahiran 12 Januari 1952 di Prague, Republik Ceko itu mengaku sangat takjub menyaksikan Ramayana Ballet. Apalagi, shownya dilakukan di pelataran Candi Prambanan, yang notabene merupakan Candi Hindu terbesar di dunia. Show budaya dengan latar belakang candi setinggi 47 meter itu menjadi ajang selfie seluruh dermatology yang hadir.

“Kami benar-benar dimanjakan dengan pertunjukan Ramayana Ballet yang dipadukan dengan pemandangan latar indah berupa batu Candi Prambanan. Ini mahakarya budaya Hindu yang luar biasa. Tahun depan saya akan ikut Internetional Conference di Jogja lagi,” ungkapnya.

Dr Rosemarie Moser juga sama. Selain mengeksplor budaya, konsultan di Dermatovenerology dalam praktik medis pribadinya di Eisenstadtkelahir itu mengaku ingin merasakan berwisata ke Raja Ampat. “Setelah ini saya ke Raja Ampat. Saya ingin melihat langsung snorkling site terbaik dunia 2015,” ucap wanita kelahiran 15 Agustus 1965 itu.

Statemen ketakjuban juga ikut disuarakan Prof. Isaak Effendy. Pria berdarah Indonesia yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman itu malahan mengaku siap membantu Kementerian Pariwisata dalam mendatangkan lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia. “Budaya dengan story telling seperti ini yang disuka masyarakat Eropa. Ini sangat menarik, karena sangat jarang sekali dijumpai di negara-negara lainnya. Tahun besok, saya akan bawa lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia,” ungkapnya.

Soal ini, Kepala dan Konsultan Dermatologi di Departemen Dermatologi di Rumah Sakit Kota Bielefeld itu mengaku sangat pede. Dalihnya simpel. Sebelum acara digelar, hanya Jerman dan Belanda yang siap mengirimkan perwakilannya ke Jogjakarta. Ternyata setelah mendengar nama Jogjakarta, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura ikutan mengirimkan delegasinya.

“Tahun besok Austria datang lengkap dengan komunitas dermatologynya. Semua antusias karena sekarang mereka tidak diribetkan lagi dengan urusan visa. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan yang dicetuskan Kementerian Pariwisata itu sangat membantu mobilitas kami-kami ini yang ada di Eropa,” ungkapnya.

Cultural Night di Prambanan memukau 100 Clinical Dermatology di Sleman, Yogyakarta.

JOGJAKARTA, SUMUTPOS.CO – Cultural Night digelar di sela Conference on Tropical And Clinical Dermatology 2017 di The Alana Hotel and Convention Center, Sleman, Yogyakarta, sukses besar. Sebanyak 100 dermatology Jerman, Belanda, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura, dibuat terpana dengan penampilan Ramayana Ballet di Candi Prambanan, Jumat (5/3) malam.

Imbasnya, mereka memutuskan untuk stay dua minggu agar bisa mengeksplore culture dan nature Indonesia. “Ini sangat luar biasa. Culture dan nature seperti Indonesia inilah yang disuka kolega-kolega saya di Jerman, Belanda, Austria dan Swiss. Saya bisa pastikan seluruh delegasi Eropa akan stay dua minggu di Indonesia,” terang Prof. Dr. Med. Dr. Thomas Ruzicka, spesialis Medical Doctor di Universitas di Dűsseldorf, Sabtu (6/3).

Pria kelahiran 12 Januari 1952 di Prague, Republik Ceko itu mengaku sangat takjub menyaksikan Ramayana Ballet. Apalagi, shownya dilakukan di pelataran Candi Prambanan, yang notabene merupakan Candi Hindu terbesar di dunia. Show budaya dengan latar belakang candi setinggi 47 meter itu menjadi ajang selfie seluruh dermatology yang hadir.

“Kami benar-benar dimanjakan dengan pertunjukan Ramayana Ballet yang dipadukan dengan pemandangan latar indah berupa batu Candi Prambanan. Ini mahakarya budaya Hindu yang luar biasa. Tahun depan saya akan ikut Internetional Conference di Jogja lagi,” ungkapnya.

Dr Rosemarie Moser juga sama. Selain mengeksplor budaya, konsultan di Dermatovenerology dalam praktik medis pribadinya di Eisenstadtkelahir itu mengaku ingin merasakan berwisata ke Raja Ampat. “Setelah ini saya ke Raja Ampat. Saya ingin melihat langsung snorkling site terbaik dunia 2015,” ucap wanita kelahiran 15 Agustus 1965 itu.

Statemen ketakjuban juga ikut disuarakan Prof. Isaak Effendy. Pria berdarah Indonesia yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman itu malahan mengaku siap membantu Kementerian Pariwisata dalam mendatangkan lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia. “Budaya dengan story telling seperti ini yang disuka masyarakat Eropa. Ini sangat menarik, karena sangat jarang sekali dijumpai di negara-negara lainnya. Tahun besok, saya akan bawa lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia,” ungkapnya.

Soal ini, Kepala dan Konsultan Dermatologi di Departemen Dermatologi di Rumah Sakit Kota Bielefeld itu mengaku sangat pede. Dalihnya simpel. Sebelum acara digelar, hanya Jerman dan Belanda yang siap mengirimkan perwakilannya ke Jogjakarta. Ternyata setelah mendengar nama Jogjakarta, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura ikutan mengirimkan delegasinya.

“Tahun besok Austria datang lengkap dengan komunitas dermatologynya. Semua antusias karena sekarang mereka tidak diribetkan lagi dengan urusan visa. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan yang dicetuskan Kementerian Pariwisata itu sangat membantu mobilitas kami-kami ini yang ada di Eropa,” ungkapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/