SUMUTPOS.CO – Sehari pascatewasnya Bripka Jakamal Tarigan, suasana duka masih menyelimuti rumah keluarga korban di Jalan Mawar Pasar 4 Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang.
Tenda dan kursi masih terbentang di depan rumah. Seorang wanita usai salat mengenakan mukenah tampak masih menyimpan rasa kesedihan mendalam. Dia terduduk lemas di dalam ruangan rumah.
Dia adalah Rubiatun yang tak lain istri dari alamhrum Aipda (anumaerta) Jakamal Tarigan. Dengan wajah sembab, wanita berusia 41 tahun itu tak kuasa dengan musibah yang menewaskan suaminya.
“Saya seakan tak percaya ini bisa terjadi, padahal suami saya berniat baik untuk menolong dan melerai, kenapa suami saya harus dibunuh,” ungkap ibu anak tiga di hadapan keluarganya.
Harapan Rubiatun, kasus yang menewaskan suaminya agar segera diungkap dan pelaku harus dihukum setimpal dengan perbuatannya.
“Saya mau para pelakunya dihukum seberat-beratnya, saya sudah kehilangan ayah dari anak-anak saya,” pinta wanita yang akrab disapa Mbak Biah.
Dikenang Rubiatun, semasa hidupnya, suaminya selalu bersikap baik dan tidak pernah ribut bila ada masalah.
“Suami saya itu orangnya suka bercanda, dia selalu menjadi teman saya tertawa, kini, tidak ada lagi teman saya tertawa,” kenang Rubiatun.
Dengan musibah yang membuat Rubiatun merasa kehilangan kepala rumah tangga. Dirinya seakan tak tahan menjalani hidup tanpa suaminya. “Lihatlah, saya harus menanggung dan membesarkan tiga anak saya, rasanya saya mau mati ikut suami saya saja,” keluh Rubiatun.
Walaupun musibah telah terjadi, kata Rubiatun, dirinya harus tegar membesarkan ketiga anaknya, Bunga, Berlian, dan Bintang untuk menjadi orang sukses.
“Suami saya pernah berpesan, ketiga anak kami harus sukses dan sekolah tinggi agar menjadi orang sukses demi masa depannya,” kenang Rubiatun di hadapan para pelayat dan keluarga.
Ditanya adakah firasat buruk sebelum suaminya meninggal, Rubiatun mengatakan, dia sama sekali tidak memiliki firasat aneh. Hanya saja, beberapa hari sebelum suaminya meninggal dunia kebiasaan suka membersihkan tanaman dan pekarangan.
“Biasanya suami saya ini selalu sibuk tugas, tapi selama seminggu puasa ini hanya di rumah, bersih-bersih rumah, saya pun heran, mungkin itu tanda-tanda keanehan dari suami saya,” cerita Rubiatun.
Dengan berbicara sepatah-patah, Rubiatun tampak lemas mengaku hanya bisa memberikan doa untuk suaminya yang telah tiada.
“Saya hanya bisa berdoa, mungkin ini sudah jalan Allah,” ungkap Rubiatun sambil meminta untuk istirahat dengan mata berkaca-kaca.
Terpisah, suasana di lahan garapan yang menjadi saksi tragedi penikaman oknum polisi yang bertugas di Satuan Narkoba Polresta Medan sudah tampak lengang. Hanya saja, polisi masih melakukan pengawasan dan berjaga-jaga di sekitaran lokasi.