NUSA DUA, SUMUTPOS.CO – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meninjau pelaksanaan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua Bali, yang diselenggarakan 7-11 Juni 2017. Menpar mendorong agar BBTF dijadikan sebagai market place, dengan lebih banyak sellers dan buyers dari luar negeri.
Menpar Arief Yahya menggunakan analogi, orang tidak membuka toko di tengah sawah, tapi di mall. Atau banyak toko bangunan berkumpul dalam satu kawasan, kalau ada yang mendirikan toko bangunan sendirian, sudah pasti tidak sesukses kalau bersama-sama dalam satu area.
Memang, kata Arief Yahya, rivalnya banyak, persaingannya ketat. Tetapi opportunity untuk mendapatkan revenue dari transaksi lebih besar. Karena itu dia minta BBTF ini jangan membatasi diri, jangan eksklusif, jangan berpikir hanya mengejar quality tourism. “Jangan didikotomi antara mass tourism dan high end market, dua-duanya kita membutuhkan,” jelas Arief.
Dia mencontohkan pengalamannya menjadi komisaris Telkomsel selama 10 tahun, yang mengelola market dengan spending rata-rata per bulan hanya 35 ribu, sebulan revenue-nya bisa Rp 5T. Bandingkan dengan quality market, premium customers yang satu pihak spendingnya bisa Rp 1M per bulan. “Jumlahnya kan kecil, setahun hanya Rp 5T. Sama dengan sebulannya yg mass product,” kata Arief Yahya.
Pointnya, jangan didikotomi. Dua-duanya dikembangkan. “Jangan merasa yang benar hanya yang menggarap premium customers, lalu menganggap yang mass tourism seperti kafir dan salah!” ujarnya.
Arief Yahya juga mencontohkan buyer dan sellers Korea berminat melakukan transaksi, tetapi tidak ada sellersnya? “Ini kan syang?” lanjutnya. Dia berpesan, jangan khawatir dengan outbound, kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui marketplace mana saja. “Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore dan lainnya. Maka dari itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai tourism hub, menjadi marketplace, minimal transaksinya di Indonesia,” jelasnya.
“Ibu-Ibu akan lebih memilih datang ke mall karena banyak pilihan di sana. Demikian halnya dengan market place di pariwisata. Orang akan melakukan transaksi jika disediakan arenanya, di manapun tempatnya,” ujar Menpar Arief Yahya usai meninjau BBTF 2017, Sabtu (10/6).
BBTF 2017 yang dihelat DPD Asita Bali sejak tahun 2014, tahun ini menggunakan Provinsi Sumatera Selatan sebagai Co-Host. BBTF tahun 2017, total seller yang berpartisipasi sebanyak 174 dari 19 provinsi, dan 198 buyer dari dalam dan luar negeri. Transaksi yang terjadi dalam BBTF 2017 mencapai Rp 5,6 trilliun.
Kegiatan ini menjadi ajang pertemuan travel agent di luar Bali yang ingin mencari partner hotel dan biro perjalanan di Bali, sekaligus diharapkan mampu menghadirkan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Bali.
“Bali sudah siap, dan memiliki branding yang kuat. Orang akan lebih tertarik untuk datang karena its Bali! Jika MICE di Singapura orang hanya menikmati hotel, di Bali bisa menikmati hotel dan beragam atraksi yang menarik!!” tukas Menpar Arief Yahya.
Memasuki hari ke-2, BBTF berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Sesi negosiasi bisnis antara buyers dan sellers berlangsung lancar dimana buyers yang hadir memenuhi seluruh janji pertemuan yang dibuat. Pada sesi tersebut kedua belah pihak memiliki waktu yang cukup untuk berdialog mengenai produk pariwisata dan melakukan negosiasi untuk kerjasama jangka panjang.
“BBTF 2017 benar-benar berbeda dengan yang lalu dan terlihat banyak perkembangan. Pertemuan-pertemuan kami dengan buyers yang sudah dijadwalkan sebelumnya berlangsung dengan baik. Hari ini kami bertemu dengan buyers potensial,” ungkap Nanda Purnomo Samsul, Asisten Manajer Penjualan Discovery Kartika Plaza Hotel Bali.
Di antara beberapa janji pertemuannya, Debby Hunter seorang delegasi dari Australia menyatakan, BBTF 2017 sejauh ini luar biasa. Sebagai buyers, dirinya merasa penempatan stan-stan sangat baik dan memudahkan dirinya memenuhi pertemuan yang sudah dijadwalkan.
Di hari yang sama, BBTF 2017 juga menyediakan waktu dan tempat bagi eksibitor untuk mempresentasikan produk mereka di hadapan para awak media. Denpasar Tourism Board misalnya, menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan kembali keunikan Kota Denpasar kepada dunia.
“Saat ini kami merubah strategi promosi kami ke gaya promosi yang lebih muda dan trendi. Sebagai contoh, saat ini kami bekerjasama dengan Yayasan Pembangunan Sanur, dan juga memfasilitasi dan menjembatani komunitas, industri pariwisata dan pemerintah. Setiap dua tahun sekali kami mendapatkan hibah untuk pendaan promosi pariwisata dari pemerintah. Yang terakhir ini senilai 200.000 dolar Amerika. Tahun depan tentunya anggaran bertambah,” ungkap Ida Bagus Sidharta, kepala Denpasar Tourism Board. (rel)