BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung promosi kegiatan Matasora World Music Festival yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 Juli 2017 di Gudang Persediaan Cikudapateuh PT KAI, Jalan Sukabumi, Kota Bandung.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan mengatakan, acara ini dirancang untuk meningkatkan dialog multikultural, diskusi terkait isu pedesaan dan perkotaan, mempromosikan pariwisata daerah serta gaya hidup ramah lingkungan berkelanjutan.
”Festival ini akan menghadirkan konser musik, workshop musik dan tari, film screening, food bazaar, diskusi hingga edukasi anak. Sejumlah pelaku industri kreatif nasional dan internasional bakal diundang untuk mengkampanyekan pemahaman lintas budaya bagi masyarakat. Penyelenggara juga telah menyiapkan 14 artis internasional dan 20 artis domestik,” ujar Esthy yang didampingi Wawan.
Esthy menambahkan, konsep festival yang bertemakan “Beat the Tradition” dengan line up musisi dunia seperti Colin Bass-England, Electric Fields-Australia. Fade to Blue-Taiwan, Sambasunda -Indonesia, Ramkhamhaeng University-Thailand, Grace Sahertian-Indonesia, Cakravala Mandala Dvipantara-Indonesia, Parahyena-Indonesia, Littlelute-Indonesia, Gilles Saissi&Persabatan Project-Franch&Indonesia, dan masih banyak lagi bakal unjuk gigi di perhelatan tersebut.
“Kita tentu ingat bagaimana festival besar seperti Woodstock di tahun 1969 dapat merespon isu global yang memaksa pemerintah Amerika Serikat mengakhiri perang Vietnam juga menghasilkan generasi budaya baru para hippies dan flower generation. Di Inggris juga demikian, sejak tahun 1982 festival seperti Womad yang diinisiasi oleh Peter Gabriel telah mampu merubah perspektif masyarakat tentang racism, pun festival lainnya,” tambah Produser Matasora World Music Festival, Satria Yanuar Akbar, Jumat (7/7).
Festival unik ini diproyeksikan untuk membuka hati dan pikiran pengunjung tentang keragaman budaya dunia melalui musik, sebagai salah satu bahasa perekat.
“Di Festival ini juga ada program menarik lainnya seperti workshop music, tari dan kesenian, Film Screening, Food Culinary Bazaar, Talkshow, Art Instalation, serta Zona Edukasi Anak,” tambah Wawan yang juga Ki Dalang Wayang Ajen itu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap festival ini dikelola dengan standar international dan dikemas dengan profesional. Selain itu, juga memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif dan kebanggaan warga di masa yang akan datang. Lalu, menjadi magnit bagi wisatawan mancanegara dan nusantara juga.
“Even ini harus memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif dan bisa menarik kunjungan wisman,” kata pria asli Banyuwangi itu. Satria Yanuar menambahkan, yang membedakan Matasora World Music Festival dengan festival lainnya adalah karakter di world music ini lebih menampilkan unsur lokal dan tradisi. Berbeda dengan festival yang selama ini ada dengan menampilkan konsep pop.
“Biasanya kalau festival lainnya sering menampilkan yang mainstream atau pop tetapi ini lebih mengemban sebuah misi untuk meningkatkan ikon kebudayaan daerah,” jelas Satria.
Menurutnya, selama tiga tahun terakhir Jabar minim event world music. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran potensi musik di Jabar menjadi kurang profesional. “Makanya kita semangat memunculkan kembali. ketika di Jabar dimulai akhirnya bisa menyebar ke wilayah lainnya dan bisa memantik wisatawan,” pungkas Satria. (Rel)