RIAU, SUMUTPOS.CO – Sempat terbengkalai cukup lama, kawasan ekowisata Pantai Solop di Desa Pulau Cawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, kembali menggeliat.
Keseriusan Menteri Pariwisata Arief Yahya menggarap potensi wisata nasional, tak disia-siakan oleh Pemkab Inhil untuk lebih kreatif memanfaatkan potensi wisata daerahnya.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Budaya (Kadisparporabud) Inhil Junaidy Ismail, mengaku mulai fokus membehani kawasan Pulau Cawan seluas 4 hektar sejak Februari 2016.
Upaya yang didukung Bupati Inhil HM Wardan membuahkan hasil. Pantai Solop yang dicanangkan sebagai lokasi wisata oleh Gubernur Riau, Rusli Zainal (2003-2013), kini ramai pengunjung.
Selain keindahan pantai pasir putih yang dikenal dengan pasir sirsak yang terbentuk secara alami dari fosil-fosil berbagai hewan laut, di sana juga terdapat tracking magrove sepanjang 1,5 kilometer.
Tentunya, pengunjung akan merasakan sensasi kerindangan hutan mangrove yang masih asli dan asri. “Pengunjung juga dapat menikmati permainan air banana boat,” ujar Junaidy kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (8/7).
Saat libur Lebaran dua tahun terakhir, pengelola ekowisata Pantai Solop menyediakan panggung hiburan rakyat di pantai tersebut. Bahkan pada Mei 2017 telah diadakan event “Jelajah Ekowisata Solop”.
Dalam kegiatan ini, peserta bersepeda dari Kota Tembilahan menuju lokasi melewati jalur darat dan angkutan sungai ke Pulau Cawan. Event itu diikuti 300 peserta dari Tembilahan, Rengat, Pekanbaru, Dumai, Jogja dan Semarang.
Pada 2016 lalu, jumlah pengunjung ekowisata Pantai Solop mencapai angka 30 ribu. Pada semester pertama 2017 sudah tercatat 16 ribu wisatawan.
“Sekarang kami melibatkan masyarakat dengan membentuk kelompok sadar wisata. Masyarakat yang mengelola kawasan wisata,” jelas dia.
Yang tidak kalah penting, dikawasan tersebut kini terdapat vegetasi magrove dengan puluhan spesies. Dia berharap, destinasi yang berada di pantai timur Sumatra semakin ramai dikunjungi.
Apalagi, Pantai Solop berada di jalur transportasi laut yang menghubungkan Riau bagian Selatan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Kawasan ini juga mudah dijangkau dari Provinsi Jambi.
“Jika ingin melihat vegetasi mangrove dengan hampir 30 jenis spesies digaris equator pantai timur Sumatera, datanglah ke ekowisata Solop,” pungkas Junaidy. (Rel)
RIAU, SUMUTPOS.CO – Sempat terbengkalai cukup lama, kawasan ekowisata Pantai Solop di Desa Pulau Cawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, kembali menggeliat.
Keseriusan Menteri Pariwisata Arief Yahya menggarap potensi wisata nasional, tak disia-siakan oleh Pemkab Inhil untuk lebih kreatif memanfaatkan potensi wisata daerahnya.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Budaya (Kadisparporabud) Inhil Junaidy Ismail, mengaku mulai fokus membehani kawasan Pulau Cawan seluas 4 hektar sejak Februari 2016.
Upaya yang didukung Bupati Inhil HM Wardan membuahkan hasil. Pantai Solop yang dicanangkan sebagai lokasi wisata oleh Gubernur Riau, Rusli Zainal (2003-2013), kini ramai pengunjung.
Selain keindahan pantai pasir putih yang dikenal dengan pasir sirsak yang terbentuk secara alami dari fosil-fosil berbagai hewan laut, di sana juga terdapat tracking magrove sepanjang 1,5 kilometer.
Tentunya, pengunjung akan merasakan sensasi kerindangan hutan mangrove yang masih asli dan asri. “Pengunjung juga dapat menikmati permainan air banana boat,” ujar Junaidy kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (8/7).
Saat libur Lebaran dua tahun terakhir, pengelola ekowisata Pantai Solop menyediakan panggung hiburan rakyat di pantai tersebut. Bahkan pada Mei 2017 telah diadakan event “Jelajah Ekowisata Solop”.
Dalam kegiatan ini, peserta bersepeda dari Kota Tembilahan menuju lokasi melewati jalur darat dan angkutan sungai ke Pulau Cawan. Event itu diikuti 300 peserta dari Tembilahan, Rengat, Pekanbaru, Dumai, Jogja dan Semarang.
Pada 2016 lalu, jumlah pengunjung ekowisata Pantai Solop mencapai angka 30 ribu. Pada semester pertama 2017 sudah tercatat 16 ribu wisatawan.
“Sekarang kami melibatkan masyarakat dengan membentuk kelompok sadar wisata. Masyarakat yang mengelola kawasan wisata,” jelas dia.
Yang tidak kalah penting, dikawasan tersebut kini terdapat vegetasi magrove dengan puluhan spesies. Dia berharap, destinasi yang berada di pantai timur Sumatra semakin ramai dikunjungi.
Apalagi, Pantai Solop berada di jalur transportasi laut yang menghubungkan Riau bagian Selatan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Kawasan ini juga mudah dijangkau dari Provinsi Jambi.
“Jika ingin melihat vegetasi mangrove dengan hampir 30 jenis spesies digaris equator pantai timur Sumatera, datanglah ke ekowisata Solop,” pungkas Junaidy. (Rel)