26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pemerintah Fokus pada Investasi

Presiden RI, Joko Widodo saat menyambut kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi. Dalam kunjungannya, Raja Salman bersedia untuk bekerjasama dan berinvestasi di Indonesia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah akan kembali menerbitkan paket kebijakan ekonomi. Harapannya, pertumbuhan dapat dipacu hingga 5,2 persen pada akhir tahun.

Pemerintah sendiri sudah mengakui bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,01 persen pada kuartal kedua tahun ini tidak terlalu bagus.

Presiden Joko Widodo menilai kinerja tersebut tergolong bagus saat perekonomian dunia masih lemah.

Mantan wali kota Surakarta itu juga meyakini daya beli masyarakat masih bisa tumbuh karena inflasi terjaga di kisaran tiga persen (inflasi tahun kalender Januari–Juli 2017 sebesar 3,88 persen).

”Di saat negara-negara lain melambat, ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas lima persen. Ini patut kita syukuri,” kata Jokowi di Jakarta, Selasa (8/8).

Secara terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah menyikapi stagnasi pertumbuhan ekonomi.

Terutama untuk menstimulasi mesin pertumbuhan ekonomi. Yakni, konsumsi,investasi, ekspor, dan impor.

Satu-satunya yang kurang, tutur Darmin, adalah belanja pemerintah yang masih lemah.

Karena ada waktu enam bulan, target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen diyakini masih bisa direalisasi.

Darmin beralasan penurunan daya beli pada kuartal kedua disebabkan masyarakat giat menabung untuk Idulfitri yang jatuh pada akhir Juni.

Hal itu menjadi alasan simpanan dana masyarakat di bank melonjak. Kondisi serupa terjadi menjelang Lebaran pada Juli 2016.

Untuk mendongkrak pertumbuhan, imbuh Darmin, pemerintah akan menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI.

Titik tekannya adalah pada perbaikan iklim investasi melalui penyederhanaan perizinan di pusat dan daerah.

Insentif lainnya, belanja pemerintah yang lazimnya baru terealisasi pada kuartal ketiga dan keempat.

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, stagnasi pertumbuhan dapat diatasi dengan percepatan realisasi investasi swasta dan pemerintah.

Karena itu, fokus pemerintah pada kuartal ketiga ini adalah membenahi aturan yang tumpang tindih sehingga menghambat realisasi investasi di sektor riil.

Saat ini, investor dinilai masih wait and see sembari mengamati perekonomian nasional dan global.

”Kalau kami lihat, tabungan masyarakat, likuiditas perbankan, dan keinginaninvestasi cukup (baik). Saya kira tinggal menunggu masyarakat dan pengusaha,” jelas Kalla.

Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai pertumbuhan ekonomipada kuartal kedua masih positif meski tidak sesuai ekspektasi pemerintah sebesar 5,1 persen.

Salah satu penyebabnya, pertumbuhan konsumsi yang hanya 4,95 persen.

Perlambatan konsumsi pada kuartal kedua, diakui Sri, terkait dengan angka inflasi yang lebih tinggi daripada tahun lalu.

Pada Januari–Juni tahun ini, inflasi tercatat 2,38 persen. Sementara itu, inflasi Januari–Juni 2016 hanya 1,76 persen. (jpnn/ram)

 

Presiden RI, Joko Widodo saat menyambut kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi. Dalam kunjungannya, Raja Salman bersedia untuk bekerjasama dan berinvestasi di Indonesia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah akan kembali menerbitkan paket kebijakan ekonomi. Harapannya, pertumbuhan dapat dipacu hingga 5,2 persen pada akhir tahun.

Pemerintah sendiri sudah mengakui bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,01 persen pada kuartal kedua tahun ini tidak terlalu bagus.

Presiden Joko Widodo menilai kinerja tersebut tergolong bagus saat perekonomian dunia masih lemah.

Mantan wali kota Surakarta itu juga meyakini daya beli masyarakat masih bisa tumbuh karena inflasi terjaga di kisaran tiga persen (inflasi tahun kalender Januari–Juli 2017 sebesar 3,88 persen).

”Di saat negara-negara lain melambat, ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas lima persen. Ini patut kita syukuri,” kata Jokowi di Jakarta, Selasa (8/8).

Secara terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah menyikapi stagnasi pertumbuhan ekonomi.

Terutama untuk menstimulasi mesin pertumbuhan ekonomi. Yakni, konsumsi,investasi, ekspor, dan impor.

Satu-satunya yang kurang, tutur Darmin, adalah belanja pemerintah yang masih lemah.

Karena ada waktu enam bulan, target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen diyakini masih bisa direalisasi.

Darmin beralasan penurunan daya beli pada kuartal kedua disebabkan masyarakat giat menabung untuk Idulfitri yang jatuh pada akhir Juni.

Hal itu menjadi alasan simpanan dana masyarakat di bank melonjak. Kondisi serupa terjadi menjelang Lebaran pada Juli 2016.

Untuk mendongkrak pertumbuhan, imbuh Darmin, pemerintah akan menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI.

Titik tekannya adalah pada perbaikan iklim investasi melalui penyederhanaan perizinan di pusat dan daerah.

Insentif lainnya, belanja pemerintah yang lazimnya baru terealisasi pada kuartal ketiga dan keempat.

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, stagnasi pertumbuhan dapat diatasi dengan percepatan realisasi investasi swasta dan pemerintah.

Karena itu, fokus pemerintah pada kuartal ketiga ini adalah membenahi aturan yang tumpang tindih sehingga menghambat realisasi investasi di sektor riil.

Saat ini, investor dinilai masih wait and see sembari mengamati perekonomian nasional dan global.

”Kalau kami lihat, tabungan masyarakat, likuiditas perbankan, dan keinginaninvestasi cukup (baik). Saya kira tinggal menunggu masyarakat dan pengusaha,” jelas Kalla.

Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai pertumbuhan ekonomipada kuartal kedua masih positif meski tidak sesuai ekspektasi pemerintah sebesar 5,1 persen.

Salah satu penyebabnya, pertumbuhan konsumsi yang hanya 4,95 persen.

Perlambatan konsumsi pada kuartal kedua, diakui Sri, terkait dengan angka inflasi yang lebih tinggi daripada tahun lalu.

Pada Januari–Juni tahun ini, inflasi tercatat 2,38 persen. Sementara itu, inflasi Januari–Juni 2016 hanya 1,76 persen. (jpnn/ram)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/