28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pembantai ABK & Penumpang Ternyata Oknum Sintua

Aksi pembunuhan di atas Kapal Wira Glory milik PT Wira Jaya Logitama Line dari pelabuhan Sambas Sibolga menuju Gunung Sitoli, Pulau Nias, Rabu (20/12) dinihari, jam 00.30 WIB.

SIBOLGA, SUMUTPOS.COKasus pembantaian di Kapal Wira Glory, Rabu (20/12) sekira pukul 00.30 wib lalu menguak fakta mengejutkan. Pelaku yang nekat mengakhiri hidup dengan cara menggorok leher sendiri adalah oknum Sintua (penatua gereja).

Ini diungkap Yafaozanolo Bulolo, kerabat pelaku, Demazatulo Laia (56) saat diwawancarai New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO), Kamis (21/12) kemarin.

Yafaozanolo mengatakan, pihak keluarga mereka telah menyiapkan penyambutan jenazah. Namun, belum dipastikan kapan jenazah akan dimakamkan, karena masih banyak keluarga yang ditunggu dari luar kota.

“Masih belum tahu kapan dikebumikan karena masih banyak keluarga dari luar kota yang ditunggu,” kata Yafaozanolo.

Sekilas, dia bercerita tentang karakter terduga pelaku semasa hidup. Bahkan, dia sempat kaget dan tidak percaya kalau Demazatulo berani melakukan hal sekejam itu.

“Selama yang saya tahu, dia ini seorang sintua, pendiam, nggak minum dan nggak merokok. Makanya, aku pun nggak yakin kalau dia yang melakukan. Tapi polisi selalu bilang kalau dia yang melakukan,” ungkapnya.

Dan, Yafaozanolo mengaku bahwa almarhum dalam kesehariannya adalah pengonsumsi daun sirih sehingga kemana saja selalu membawa sebuah belati.

“Cuma pemakan sirih dia ini. Jadi, kalau pemakan sirih kemana-mana harus bawa pisau, membuka pinang itu,” tuturnya sembari mengimbau kepada petugas untuk lebih meningkatkan pengecekan terhadap penumpang yang suka makan sirih.

Amatan wartawan, ada 3 ambulance yang disediakan pihak perusahaan kapal untuk membawa ketiga jenazah ke kampung halamannya masing-masing di Nias Selatan. Selain supir, di dalam ambulance juga ada keluarga yang mendampingi keberangkatan.

Dinalis Sianturi (53), keluarga dari korban Anugrah Zebua (25) mengatakan bahwa sebelum meninggal, Anugrah bertingkah aneh terhadap teman-teman satu kapalnya. Katanya, sebelum berangkat, Anugrah menyalami dan memeluk temannya satu per satu, seperti hendak berpamitan.

“Kami dengar cerita dari istri temannya satu kapal. Katanya, sudah ada tanda-tanda kalau dia (Anugrah) akan meninggal. Pas kapal mau berangkat, dia menyalami teman-temannya yang satu kapal. Padahal, mereka sama-sama berangkat. Dipeluknya lagi. Kawan-kawannya pun sempat heran, kenapa disalaminya. Habis itu, langsunglah kejadian ini,” jelas Dinalis.

Aksi pembunuhan di atas Kapal Wira Glory milik PT Wira Jaya Logitama Line dari pelabuhan Sambas Sibolga menuju Gunung Sitoli, Pulau Nias, Rabu (20/12) dinihari, jam 00.30 WIB.

SIBOLGA, SUMUTPOS.COKasus pembantaian di Kapal Wira Glory, Rabu (20/12) sekira pukul 00.30 wib lalu menguak fakta mengejutkan. Pelaku yang nekat mengakhiri hidup dengan cara menggorok leher sendiri adalah oknum Sintua (penatua gereja).

Ini diungkap Yafaozanolo Bulolo, kerabat pelaku, Demazatulo Laia (56) saat diwawancarai New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO), Kamis (21/12) kemarin.

Yafaozanolo mengatakan, pihak keluarga mereka telah menyiapkan penyambutan jenazah. Namun, belum dipastikan kapan jenazah akan dimakamkan, karena masih banyak keluarga yang ditunggu dari luar kota.

“Masih belum tahu kapan dikebumikan karena masih banyak keluarga dari luar kota yang ditunggu,” kata Yafaozanolo.

Sekilas, dia bercerita tentang karakter terduga pelaku semasa hidup. Bahkan, dia sempat kaget dan tidak percaya kalau Demazatulo berani melakukan hal sekejam itu.

“Selama yang saya tahu, dia ini seorang sintua, pendiam, nggak minum dan nggak merokok. Makanya, aku pun nggak yakin kalau dia yang melakukan. Tapi polisi selalu bilang kalau dia yang melakukan,” ungkapnya.

Dan, Yafaozanolo mengaku bahwa almarhum dalam kesehariannya adalah pengonsumsi daun sirih sehingga kemana saja selalu membawa sebuah belati.

“Cuma pemakan sirih dia ini. Jadi, kalau pemakan sirih kemana-mana harus bawa pisau, membuka pinang itu,” tuturnya sembari mengimbau kepada petugas untuk lebih meningkatkan pengecekan terhadap penumpang yang suka makan sirih.

Amatan wartawan, ada 3 ambulance yang disediakan pihak perusahaan kapal untuk membawa ketiga jenazah ke kampung halamannya masing-masing di Nias Selatan. Selain supir, di dalam ambulance juga ada keluarga yang mendampingi keberangkatan.

Dinalis Sianturi (53), keluarga dari korban Anugrah Zebua (25) mengatakan bahwa sebelum meninggal, Anugrah bertingkah aneh terhadap teman-teman satu kapalnya. Katanya, sebelum berangkat, Anugrah menyalami dan memeluk temannya satu per satu, seperti hendak berpamitan.

“Kami dengar cerita dari istri temannya satu kapal. Katanya, sudah ada tanda-tanda kalau dia (Anugrah) akan meninggal. Pas kapal mau berangkat, dia menyalami teman-temannya yang satu kapal. Padahal, mereka sama-sama berangkat. Dipeluknya lagi. Kawan-kawannya pun sempat heran, kenapa disalaminya. Habis itu, langsunglah kejadian ini,” jelas Dinalis.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/