LIBYA- Pergolakan di Libya terus membuat harga minyak mentah melambung. Dalam beberapa pekan terakhir, harga minyak di dua bursa utama dunia stabil di atas US$100 per barel.
Menurut kantor berita Associated Press, harga minyak untuk transaksi April di bursa New York Senin sore waktu setempat (Selasa pagi WIB), naik US$1,02 menjadi US$105,44 per barel. Harga bahkan sempat menyentuh US$107 per barel – tertinggi sejak 26 September 2008. Di bursa London, harga minyak melemah 93 persen menjadi US$115,05 per barel.
Tingginya harga minyak mentah, menurut kalangan pengamat, karena para investor terus memperhatikan situasi di Libya, salah satu penghasil minyak mentah utama di dunia. Awal pekan ini terjadi pertempuran antara pasukan pro rezim Muammar Khadafi dengan milisi pemberontak di dekat kota pelabuhan minyak utama di Libya.
Sejak 15 Februari lalu pergolakan terjadi di Libya sehingga membuat ekspor minyak di negara itu terhenti. Maka, para pelaku pasar mewanti-wanti bahwa pasokan minyak tingkat global akan terus tertekan selama berbulan-bulan. “Harga akan terus bergerak naik hingga situasi bisa terkendali,” kata Jim Ritterbusch, pengamat dari Ritterbusch and Associated. Situasi di Libya ini diperkirakan mengganggu target produksi kartel negara penghasil minyak itu.(net/jpnn)
terkemuka dunia, OPEC.
“Bila situasi kian memburuk di Afrika Utara atau di Timur Tengah, tingkat produksi bisa turun terus dan kita bakal mengalami menipisnya persediaan,” kata Erik Kreil, pengamat dari Badan Informasi Energi AS (IEA). Menurut IEA, OPEC selama ini menargetkan kuota produksi para anggotanya-termasuk Libya-sebesar 4,7 juta barel per hari. Namun, bila pasokan dari Libya terus terhenti, kuota produksi OPEC akan menurun 32 persen menjadi sekitar 3,2 juta per hari.(net/jpnn)