26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dikepung Brand Asing

Kondisi Pasar Sepeda di Indonesia

Dari total kebutuhan sepeda di tanah air yang mencapai enam juta unit per tahun, produk impor mampu mengambil porsi hampir 50 persen. Meski harganya relatif lebih mahal dibanding produk lokal, sepeda-sepeda tersebut tetap laris manis dibeli.

Pernah membandingkan jumlah merek sepeda lokal dengan asing yang beredar di pasar Indonesia” Meski belum ada angka pasti, perbandingannya diperkirakan sangat njomplang. Merek asing sangat banyak, sementara merek lokal hanya sedikit yang dikenal.

Bukan perkara aneh kalau sepeda produksi luar negeri membanjiri pasar dalam negeri. Maklum, produsen sepeda lokal berskala besar juga punya andil mendatangkan brand-brand ternama untuk membidik segmen menengah atas. Ada kesan, merek lokal tidak mampu atau kurang percaya diri untuk masuk ke pasar premium.

Sebagai contoh, Rodalink yang merupakan jaringan pemasaran Polygon memajang beragam brand sepeda asing di outlet mereka. Di antaranya, Dahon (Tiongkok/AS), Kona (AS), Marin (AS), dan Colnago (Italia).

Begitu juga produsen United yang mendatangkan brand Specialized (AS). Tak mau kalah, Wim Cycle bersama jaringan penjualan Adrenaline Counter memasarkan merek GT (AS), Ellsworth (AS), Cove (AS), WTB (AS), Ares Bike (Jepang), dan Mac Mahone (Prancis/Taiwan).

Produk impor yang masuk melalui pintu-pintu lain juga sangat banyak. Di gerai Ace Hardware bisa ditemui sepeda berlabel Merida (Taiwan/Jepang), Bianchi (Italia), hingga Mongoose (AS). Toko-toko sepeda baru juga terus bermunculan dengan brand-brand impor. Merek Pinarello (Italia), Banshee (Inggris), Giant (Taiwan), Evil (AS/Taiwan), Birdy (Taiwan), kini semakin akrab di kalangan pencinta sepeda.

Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Prihadi mengatakan, produksi dalam negeri memang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar nasional yang begitu besar. Akibatnya, banyak yang memanfaatkan peluang itu dengan mendatangkan sepeda impor. “Sampai saat ini beberapa industri sepeda nasional sedang meningkatkan produksi untuk menutup kebutuhan yang besar itu,” katanya.

Karena itu pula, nilai impor sepeda dalam tiga tahun terakhir juga selalu meningkat. Jika pada 2009 tercatat USD 21.891.332, tahun lalu meningkat menjadi USD 41.878.841. Semester pertama tahun ini bahkan sudah mencapai USD 29.746.178. “Ini tantangan produsen dalam negeri untuk bersaing dengan produk luar,” katanya.

Salah satu pasar potensial sepeda merek asing di Indonesia adalah jenis sepeda turun gunung atau downhill (DH). Penggemar olahraga ekstrem ini mayoritas sangat pemilih dan hati-hati ketika menentukan komponen. “Diakui atau tidak, mayoritas penggemar olahraga ini lebih memilih merek impor” kata Humas Unifikasi Komunitas Downhill Indonesia (UKDI) Satria Wibawa alias Gung De, 47, ketika ditemui di salah satu event nasional DH.

Popularitas merek asing terkait dengan fungsi vital sepeda DH yang menentukan keselamatan dan keamanan rider, baik penghobi maupun profesional. Alasan lain yang menguatkan, produk impor memiliki jaminan kualitas . “Olahraga ini terkait dengan nyawa. Jadi, kami tidak main-main dengan alat keselamatan,” katanya.

Selain dalam hal safety, rendahnya kepercayaan publik terhadap sepeda merek lokal juga terkait dengan geometri desain sepeda. Pakar sepeda sekaligus BG Fit Certified, Morgan Hill, California, Yon Hermana mengatakan, lokal sempat mengalami masa sulit bersaing dalam hal desain dan geometri sepeda. “Teknologi sepeda itu terus berkembang” jelasnya.

Di era perdagangan bebas, pemerintah sendiri tidak bisa berbuat banyak untuk membendung masuknya sepeda impor. Yang bisa dilakukan saat ini adalah menyiapkan instrumen Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menghadang sepeda impor murah. Instrumen itu perlu mengingat sepeda impor dari China mulai gencar membidik pasar dalam negeri.

“SNI terkait faktor keselamatan, sehingga semua komponen memiliki standar,” kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Supriyanto. (res/gen/zul/sof/c2/fat/jpnn)

Kondisi Pasar Sepeda di Indonesia

Dari total kebutuhan sepeda di tanah air yang mencapai enam juta unit per tahun, produk impor mampu mengambil porsi hampir 50 persen. Meski harganya relatif lebih mahal dibanding produk lokal, sepeda-sepeda tersebut tetap laris manis dibeli.

Pernah membandingkan jumlah merek sepeda lokal dengan asing yang beredar di pasar Indonesia” Meski belum ada angka pasti, perbandingannya diperkirakan sangat njomplang. Merek asing sangat banyak, sementara merek lokal hanya sedikit yang dikenal.

Bukan perkara aneh kalau sepeda produksi luar negeri membanjiri pasar dalam negeri. Maklum, produsen sepeda lokal berskala besar juga punya andil mendatangkan brand-brand ternama untuk membidik segmen menengah atas. Ada kesan, merek lokal tidak mampu atau kurang percaya diri untuk masuk ke pasar premium.

Sebagai contoh, Rodalink yang merupakan jaringan pemasaran Polygon memajang beragam brand sepeda asing di outlet mereka. Di antaranya, Dahon (Tiongkok/AS), Kona (AS), Marin (AS), dan Colnago (Italia).

Begitu juga produsen United yang mendatangkan brand Specialized (AS). Tak mau kalah, Wim Cycle bersama jaringan penjualan Adrenaline Counter memasarkan merek GT (AS), Ellsworth (AS), Cove (AS), WTB (AS), Ares Bike (Jepang), dan Mac Mahone (Prancis/Taiwan).

Produk impor yang masuk melalui pintu-pintu lain juga sangat banyak. Di gerai Ace Hardware bisa ditemui sepeda berlabel Merida (Taiwan/Jepang), Bianchi (Italia), hingga Mongoose (AS). Toko-toko sepeda baru juga terus bermunculan dengan brand-brand impor. Merek Pinarello (Italia), Banshee (Inggris), Giant (Taiwan), Evil (AS/Taiwan), Birdy (Taiwan), kini semakin akrab di kalangan pencinta sepeda.

Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Prihadi mengatakan, produksi dalam negeri memang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar nasional yang begitu besar. Akibatnya, banyak yang memanfaatkan peluang itu dengan mendatangkan sepeda impor. “Sampai saat ini beberapa industri sepeda nasional sedang meningkatkan produksi untuk menutup kebutuhan yang besar itu,” katanya.

Karena itu pula, nilai impor sepeda dalam tiga tahun terakhir juga selalu meningkat. Jika pada 2009 tercatat USD 21.891.332, tahun lalu meningkat menjadi USD 41.878.841. Semester pertama tahun ini bahkan sudah mencapai USD 29.746.178. “Ini tantangan produsen dalam negeri untuk bersaing dengan produk luar,” katanya.

Salah satu pasar potensial sepeda merek asing di Indonesia adalah jenis sepeda turun gunung atau downhill (DH). Penggemar olahraga ekstrem ini mayoritas sangat pemilih dan hati-hati ketika menentukan komponen. “Diakui atau tidak, mayoritas penggemar olahraga ini lebih memilih merek impor” kata Humas Unifikasi Komunitas Downhill Indonesia (UKDI) Satria Wibawa alias Gung De, 47, ketika ditemui di salah satu event nasional DH.

Popularitas merek asing terkait dengan fungsi vital sepeda DH yang menentukan keselamatan dan keamanan rider, baik penghobi maupun profesional. Alasan lain yang menguatkan, produk impor memiliki jaminan kualitas . “Olahraga ini terkait dengan nyawa. Jadi, kami tidak main-main dengan alat keselamatan,” katanya.

Selain dalam hal safety, rendahnya kepercayaan publik terhadap sepeda merek lokal juga terkait dengan geometri desain sepeda. Pakar sepeda sekaligus BG Fit Certified, Morgan Hill, California, Yon Hermana mengatakan, lokal sempat mengalami masa sulit bersaing dalam hal desain dan geometri sepeda. “Teknologi sepeda itu terus berkembang” jelasnya.

Di era perdagangan bebas, pemerintah sendiri tidak bisa berbuat banyak untuk membendung masuknya sepeda impor. Yang bisa dilakukan saat ini adalah menyiapkan instrumen Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menghadang sepeda impor murah. Instrumen itu perlu mengingat sepeda impor dari China mulai gencar membidik pasar dalam negeri.

“SNI terkait faktor keselamatan, sehingga semua komponen memiliki standar,” kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Supriyanto. (res/gen/zul/sof/c2/fat/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/