28 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Melihat Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan

Foto: Fachril/Sumut Pos
Anak-anak yatim di Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan Jalan KL Yos Sudarso, Km 6, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli.

SUMUTPOS.CO – Tak memiliki orangtua dan sanak saudara, bukan menjadi penghalang untuk melaksanakan ibadah puasa bagi anak-anak yatim di Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan Jalan KL Yos Sudarso, Km 6, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli ini. Bagaimana aktivitas mereka menjalankan ibadah puasa?

==================================================

Fachril Syahputra, Belawan

==================================================

Siang itu, dengan panas terik matahari berada di ufuk kepala, tampak penghuni Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah dengan jumlah 309 anak yatim piatu melaksanakan ibadah rutinitas selama bulan suci Ramadan. Dengan keragaman suku, asal muasal dan karakter, anak – anak berpakaian muslim dan muslimah disibukkan dengan tugas dan kewajiban mereka masing – masing.

Kewajiban ibadah serta rutinitas selama bulan suci ramadan, mengajarkan anak-anak asuhan Al Jamiyatul Washliyah mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara bersama. Mereka dituntut harus masak untuk sahur,  berbuka puasa, beribadah serta mengerjakan kewajiban di tempat mereka tinggal itu secara bersama. Dengan kebersamaan yang mereka lakukan merupakan bagian dari suatu kekeluargaan.

“Bulan Ramadan ini banyak hikmahnya, kami diajarkan untuk sabar dan hidup kekeluargaan, bagaimana kami bisa memasak sahur dan berbuka puasa dari kami dan untuk kami. Di sinilah kami merasakan kebersamaan seperti hidup di keluarga sendiri,” cerita Andika, salah satu anak panti di situ.

Selama bulan Ramadan, mereka tidak hanya merasakan kegiatan sahur dan berbuka, tapi juga termotovasi secara bersama untuk meningkatkan keimanan dan ibadah. “Kami juga bisa bersama – sama tadarus, salat dan mendengar ceramah. Walaupun kami tidak memiliki keluarga, tapi rasa kebersamaan membuat kami seperti bersama keluarga sendiri,” ungkap Andika.

Memang mereka hidup tanpa orangtua dan tinggal di panti asuhan. Tentu saja mereka sangat ingin merasakan utuhnya keluarga seperti anak lainnya. Tapi takdir berkata lain, mereka ditakdirkan menjadi yatim dan piatu.  Apalagi, mereka tidak bisa merasakan wanginya baju baru untuk dipakai saat Idul Fitri.

Foto: Fachril/Sumut Pos
Anak-anak yatim di Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan Jalan KL Yos Sudarso, Km 6, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli.

SUMUTPOS.CO – Tak memiliki orangtua dan sanak saudara, bukan menjadi penghalang untuk melaksanakan ibadah puasa bagi anak-anak yatim di Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan Jalan KL Yos Sudarso, Km 6, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli ini. Bagaimana aktivitas mereka menjalankan ibadah puasa?

==================================================

Fachril Syahputra, Belawan

==================================================

Siang itu, dengan panas terik matahari berada di ufuk kepala, tampak penghuni Panti Asuhan Al Jamiyatul Washliyah dengan jumlah 309 anak yatim piatu melaksanakan ibadah rutinitas selama bulan suci Ramadan. Dengan keragaman suku, asal muasal dan karakter, anak – anak berpakaian muslim dan muslimah disibukkan dengan tugas dan kewajiban mereka masing – masing.

Kewajiban ibadah serta rutinitas selama bulan suci ramadan, mengajarkan anak-anak asuhan Al Jamiyatul Washliyah mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara bersama. Mereka dituntut harus masak untuk sahur,  berbuka puasa, beribadah serta mengerjakan kewajiban di tempat mereka tinggal itu secara bersama. Dengan kebersamaan yang mereka lakukan merupakan bagian dari suatu kekeluargaan.

“Bulan Ramadan ini banyak hikmahnya, kami diajarkan untuk sabar dan hidup kekeluargaan, bagaimana kami bisa memasak sahur dan berbuka puasa dari kami dan untuk kami. Di sinilah kami merasakan kebersamaan seperti hidup di keluarga sendiri,” cerita Andika, salah satu anak panti di situ.

Selama bulan Ramadan, mereka tidak hanya merasakan kegiatan sahur dan berbuka, tapi juga termotovasi secara bersama untuk meningkatkan keimanan dan ibadah. “Kami juga bisa bersama – sama tadarus, salat dan mendengar ceramah. Walaupun kami tidak memiliki keluarga, tapi rasa kebersamaan membuat kami seperti bersama keluarga sendiri,” ungkap Andika.

Memang mereka hidup tanpa orangtua dan tinggal di panti asuhan. Tentu saja mereka sangat ingin merasakan utuhnya keluarga seperti anak lainnya. Tapi takdir berkata lain, mereka ditakdirkan menjadi yatim dan piatu.  Apalagi, mereka tidak bisa merasakan wanginya baju baru untuk dipakai saat Idul Fitri.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/