26 C
Medan
Sunday, December 22, 2024
spot_img

Tambang Emas Martabe Ajarkan Mahasiswa Cara Efisien Memproduksi Emas

Foto: Dame/Sumut Pos
EDUKASI: Direktur Engineering PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, dalam kegiatan E-Coaching Jam (ECJ) sesi kedua bagi mahasiswa pertambangan di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mengajarkan cara efisien mencari dan memproduksi emas dalam industri tambang, kepada ratusan  mahasiswa di Medan, Sabtu (6/4/2019). Tema pengelolaan tambang disampaikan dalam sesi kedua E-Coaching Jam (ECJ) pada Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2019.

Direktur Engineering PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, dalam sesinya yang mengambil tema ‘Managing Uncertainties and Risks at Martabe Gold Mine’, menjelaskan dunia pertambangan penuh dengan resiko ketidakpastian. Karena itu, penting bagi para SDM di dunia pertambangan, untuk mempelajari cara mengelola ketidakpastian itu menjadi praktik yang efisien dan berkelas dunia.

“Tambang adalah salahsatu bagian dari peradaban manusia sejak zaman purbakala. Teknologi tambang saling terkait dan saling bersambung dengan perkembangan teknologi berikutnya. Salahsatunya tambang emas. Sampai saat ini emas tetap bernilai tinggi karena kuantiasnya terbatas dan manfaatnya besar. Jika dihitung sejak zaman Cleopatra, jumlah keseluruhan emas jika dilebur diprediksi hanya sekitar 20 x 20 x 20 meter berbentuk kubus,” kata Ruli Tanio.

Dengan nilai emas yang tinggi, industri pertambangan selalu mencari cara memproduksi emas untuk mendukung permintaan pasar yang sangat besar.  “Tapi di manakah emas itu berada?”  tanyanya.

Untuk mencari potensi emas di perut bumi, biasanya ratusan ahli dikerahkan. Mulai dari geologis, para engineer, biologist, ahli lingkungan, dan sebagainya. Pencarian itu membutuhkan biaya besar. Karena banyak ketidakpastian dalam prosesnya. Mulai dari faktor cuaca, bencana alam, peraturan pemerintah, pasar modal, pasar barang-barang, pasar tenaga kerja, dan sebagainya. Semuanya saling mempengaruhi operasional pertambangan. Di sinilah dibutuhkan cara untuk mengelola semuanya agar efektif dan efisien.

Dalam mengantisipasti ketidakpastian cuaca misalnya, para ahli mengumpulkan data mengenai tingkat curah hujan selama 100 tahun terakhir. Data itu dianalisa untuk melihat karakter hujan di kawasan tambang. Data itu kemudian digunakan untuk mendisain pengeboran, mendisain Tailing Storage Facility, mendisain lanskap pit, dan sebagainya.

Foto: Dame/Sumut Pos
FOTO BERSAMA: Para pemateri dalam kegiatan E-Coaching Jam (ECJ) sesi kedua PT Agincourt Resources, bagi mahasiswa pertambangan di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

Untuk proses produksi emas, juga didisain cara pengeboran agar perhitungan hasil mendekati asumsi di atas kertas.

“Di dunia tambang, proses di lapangan tidak sesimple seperti membuat asumsi di atas kertas.

Misalnya, di atas kertas grade emas di Tambang Emas Martabe sekitar 1,5 gram per ton bebatuan. Target 350 ribu troy ounce (1 troy =31,1 gram) emas per tahun. Tetapi jika ada bebatuan yang hanya mengandung 1,2 gram saja per ton, maka perhitungan biaya dan keuntungan bisa meleset total. Di sinilah, para insiyur pertambangan harus mengelola semua ketidakpastian itu,” katanya.

Misalnya, para insiyur pertambangan mengurangi peluang ketidakpastian itu dengan melakukan mix pemboran bebatuan. Caranya, grade 1,2 gram emas per ton bebatuan decampur dengan grade 1,8 gram emas per ton, untuk menghasilkan 1,5 gram emas per ton bebatuan sesuai asumsi di atas kertas.

“Kita bisa belajar dari peraih nobel bidang Fisika asal USA, Richard Feyman, yang mengatakan semua orang boleh menebak. “Tapi selalulah berpikir ilmiah sesuai eksperimen dan experience (pengalaman),” kata Ruli.

Untuk itu, ia mengajak mahasiswa khususnya jurusan pertambangan, agar selalu menggunakan metode ilmiah dalam pertambangan, untuk mengoptimalkan hasil dengan sumber daya yang terbatas.

“Insinyur itu selalu memerangi ketidakpastian dengan cara berjaga-jaga dan menambah persentase kepastian lewat metode ilmiah,” tutupnya.

Foto: Dame/Sumut Pos
DRILLING: Senior Engineer Drill And Blast PT Agincourt Resources, Rudolf Sitorus, membawakan materi “Drilling and Blasting Practice at Martabe Gold Mine”, dalam kegiatan ECJ sesi kedua di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

Menghitung Energi Peledakan

Selain materi mengelola ketidakpastian di dunia tambang,  ECJ sesi kedua ini juga membawakan materi terkait “Drilling and Blasting Practice at Martabe Gold Mine”, yang dibawakan oleh Rudolf Sitorus,  Senior Engineer Drill And Blast PT Agincourt Resources.

“Mining Departemen bagian pengeboran dan peledakan, adalah yang bertanggung jawab mencari cara yang lebih efisien dengan memberdayakan seluruh potensi untuk mencapai target. Misalnya, mulai dari menentukan lokasi pengeboran bebatuan minggu per minggu, dan mendisain cara peledakan yang lebih efisien,” kata Rudolf.

Bagian Drilling and Blasting, kata dia, mengelola data yang diperoleh dari Departemen Geologi, mempelajarinya untuk proses tahapan selanjutnya. “Semakin bagus tingkat kepercayaan data, hasil dari drill and blast juga akan lebih baik,” cetusnya.

Tahapannya, para insiyur di bagian ini membuat disain drilling di komputer, melakukan preparasi di lapangan, berkoordinasi dengan departemen lain, sebelum melakukan pekerjaannya.

“Intinya, semua harus dihitung. Untuk pengeboran misalnya, dihitung soal disain posisi lubang, tingkat kedalaman, dan tingkat deviasi jika ada potensi kendala,” jelasnya.

Untuk peledakan, dihitung tingkat getaran, tingkat airblast hingga ke pemukiman penduduk, dan tonase bebatuan yang akan diledakkan. “Ada rumus untuk semua perhitungan itu. Intinya, semua harus dikontrol. Pikirkan arah lemparan ledakan yang akan memudahkan divisi mining menggali bebatuan nantinya. Sesuaikan dengan kapasitas peralatan. Pikirkan level safety. Buat tanggul, rambu-rambu, batas eevakuasi dan sebagainya,” kata dia.

Terakhir, cek apakah semua bahan peledak sudah meledak atau tidak. “Blaster bertanggung jawab menyatakan sebuah area aman atau tidak, sebelum pekerjaan dilanjutkan divisi lain,” katanya.

Selain Rudolf, ECJ juga diisi dengan tema Kemandirian Masyarakat Berbudaya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dibawakan oleh Manager OHS & Training PT Agincourt Resources Hari Ananto.

Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono memaparkan, berbagai tema ECJ di PRSU 2019 adalah pengetahuan mengenai aspek-aspek utama yang menjadikan Tambang Emas Martabe sebagai tambang berkelas dunia dan komitmennya dalam menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan.

Selama lebih dari 6 tahun beroperasi penuh, Tambang Emas Martabe telah membuktikan komitmennya pada pengelolaan lingkungan, operasional, keselamatan dan kesehatan, serta sumber daya manusia khususnya penerapan inisiatif keberagaman gender.

Sebelumnya, pada ECJ sesi pertama pada 9 Maret 2019 mengangkat dua tema yakni , Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Tambang Emas Martabe, serta Sumber Daya Manusia dan Keberagaman.

ECJ Tambang Emas Martabe merupakan wadah komunikasi baik secara online maupun temu muka, yang memungkinkan para mahasiswa berbagai jurusan terkait dunia pertambangan dari sejumlah universitas di Sumatera Utara untuk mendapatkan bimbingan dari para praktisi Tambang Emas Martabe.

ECJ telah diselenggarakan sejak 2014. Sejak pertama kali diluncurkan, total pemateri yang telah berkontribusi di ECJ yakni 17 orang dan mahasiwa yang menerima manfaat mencapai hampir 1.800 orang di seluruh Indonesia, tidak hanya di Sumut. (mea)

Foto: Dame/Sumut Pos
EDUKASI: Direktur Engineering PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, dalam kegiatan E-Coaching Jam (ECJ) sesi kedua bagi mahasiswa pertambangan di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mengajarkan cara efisien mencari dan memproduksi emas dalam industri tambang, kepada ratusan  mahasiswa di Medan, Sabtu (6/4/2019). Tema pengelolaan tambang disampaikan dalam sesi kedua E-Coaching Jam (ECJ) pada Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2019.

Direktur Engineering PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, dalam sesinya yang mengambil tema ‘Managing Uncertainties and Risks at Martabe Gold Mine’, menjelaskan dunia pertambangan penuh dengan resiko ketidakpastian. Karena itu, penting bagi para SDM di dunia pertambangan, untuk mempelajari cara mengelola ketidakpastian itu menjadi praktik yang efisien dan berkelas dunia.

“Tambang adalah salahsatu bagian dari peradaban manusia sejak zaman purbakala. Teknologi tambang saling terkait dan saling bersambung dengan perkembangan teknologi berikutnya. Salahsatunya tambang emas. Sampai saat ini emas tetap bernilai tinggi karena kuantiasnya terbatas dan manfaatnya besar. Jika dihitung sejak zaman Cleopatra, jumlah keseluruhan emas jika dilebur diprediksi hanya sekitar 20 x 20 x 20 meter berbentuk kubus,” kata Ruli Tanio.

Dengan nilai emas yang tinggi, industri pertambangan selalu mencari cara memproduksi emas untuk mendukung permintaan pasar yang sangat besar.  “Tapi di manakah emas itu berada?”  tanyanya.

Untuk mencari potensi emas di perut bumi, biasanya ratusan ahli dikerahkan. Mulai dari geologis, para engineer, biologist, ahli lingkungan, dan sebagainya. Pencarian itu membutuhkan biaya besar. Karena banyak ketidakpastian dalam prosesnya. Mulai dari faktor cuaca, bencana alam, peraturan pemerintah, pasar modal, pasar barang-barang, pasar tenaga kerja, dan sebagainya. Semuanya saling mempengaruhi operasional pertambangan. Di sinilah dibutuhkan cara untuk mengelola semuanya agar efektif dan efisien.

Dalam mengantisipasti ketidakpastian cuaca misalnya, para ahli mengumpulkan data mengenai tingkat curah hujan selama 100 tahun terakhir. Data itu dianalisa untuk melihat karakter hujan di kawasan tambang. Data itu kemudian digunakan untuk mendisain pengeboran, mendisain Tailing Storage Facility, mendisain lanskap pit, dan sebagainya.

Foto: Dame/Sumut Pos
FOTO BERSAMA: Para pemateri dalam kegiatan E-Coaching Jam (ECJ) sesi kedua PT Agincourt Resources, bagi mahasiswa pertambangan di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

Untuk proses produksi emas, juga didisain cara pengeboran agar perhitungan hasil mendekati asumsi di atas kertas.

“Di dunia tambang, proses di lapangan tidak sesimple seperti membuat asumsi di atas kertas.

Misalnya, di atas kertas grade emas di Tambang Emas Martabe sekitar 1,5 gram per ton bebatuan. Target 350 ribu troy ounce (1 troy =31,1 gram) emas per tahun. Tetapi jika ada bebatuan yang hanya mengandung 1,2 gram saja per ton, maka perhitungan biaya dan keuntungan bisa meleset total. Di sinilah, para insiyur pertambangan harus mengelola semua ketidakpastian itu,” katanya.

Misalnya, para insiyur pertambangan mengurangi peluang ketidakpastian itu dengan melakukan mix pemboran bebatuan. Caranya, grade 1,2 gram emas per ton bebatuan decampur dengan grade 1,8 gram emas per ton, untuk menghasilkan 1,5 gram emas per ton bebatuan sesuai asumsi di atas kertas.

“Kita bisa belajar dari peraih nobel bidang Fisika asal USA, Richard Feyman, yang mengatakan semua orang boleh menebak. “Tapi selalulah berpikir ilmiah sesuai eksperimen dan experience (pengalaman),” kata Ruli.

Untuk itu, ia mengajak mahasiswa khususnya jurusan pertambangan, agar selalu menggunakan metode ilmiah dalam pertambangan, untuk mengoptimalkan hasil dengan sumber daya yang terbatas.

“Insinyur itu selalu memerangi ketidakpastian dengan cara berjaga-jaga dan menambah persentase kepastian lewat metode ilmiah,” tutupnya.

Foto: Dame/Sumut Pos
DRILLING: Senior Engineer Drill And Blast PT Agincourt Resources, Rudolf Sitorus, membawakan materi “Drilling and Blasting Practice at Martabe Gold Mine”, dalam kegiatan ECJ sesi kedua di arena PRSU 2019, Sabtu (6/4/2019).

Menghitung Energi Peledakan

Selain materi mengelola ketidakpastian di dunia tambang,  ECJ sesi kedua ini juga membawakan materi terkait “Drilling and Blasting Practice at Martabe Gold Mine”, yang dibawakan oleh Rudolf Sitorus,  Senior Engineer Drill And Blast PT Agincourt Resources.

“Mining Departemen bagian pengeboran dan peledakan, adalah yang bertanggung jawab mencari cara yang lebih efisien dengan memberdayakan seluruh potensi untuk mencapai target. Misalnya, mulai dari menentukan lokasi pengeboran bebatuan minggu per minggu, dan mendisain cara peledakan yang lebih efisien,” kata Rudolf.

Bagian Drilling and Blasting, kata dia, mengelola data yang diperoleh dari Departemen Geologi, mempelajarinya untuk proses tahapan selanjutnya. “Semakin bagus tingkat kepercayaan data, hasil dari drill and blast juga akan lebih baik,” cetusnya.

Tahapannya, para insiyur di bagian ini membuat disain drilling di komputer, melakukan preparasi di lapangan, berkoordinasi dengan departemen lain, sebelum melakukan pekerjaannya.

“Intinya, semua harus dihitung. Untuk pengeboran misalnya, dihitung soal disain posisi lubang, tingkat kedalaman, dan tingkat deviasi jika ada potensi kendala,” jelasnya.

Untuk peledakan, dihitung tingkat getaran, tingkat airblast hingga ke pemukiman penduduk, dan tonase bebatuan yang akan diledakkan. “Ada rumus untuk semua perhitungan itu. Intinya, semua harus dikontrol. Pikirkan arah lemparan ledakan yang akan memudahkan divisi mining menggali bebatuan nantinya. Sesuaikan dengan kapasitas peralatan. Pikirkan level safety. Buat tanggul, rambu-rambu, batas eevakuasi dan sebagainya,” kata dia.

Terakhir, cek apakah semua bahan peledak sudah meledak atau tidak. “Blaster bertanggung jawab menyatakan sebuah area aman atau tidak, sebelum pekerjaan dilanjutkan divisi lain,” katanya.

Selain Rudolf, ECJ juga diisi dengan tema Kemandirian Masyarakat Berbudaya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dibawakan oleh Manager OHS & Training PT Agincourt Resources Hari Ananto.

Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono memaparkan, berbagai tema ECJ di PRSU 2019 adalah pengetahuan mengenai aspek-aspek utama yang menjadikan Tambang Emas Martabe sebagai tambang berkelas dunia dan komitmennya dalam menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan.

Selama lebih dari 6 tahun beroperasi penuh, Tambang Emas Martabe telah membuktikan komitmennya pada pengelolaan lingkungan, operasional, keselamatan dan kesehatan, serta sumber daya manusia khususnya penerapan inisiatif keberagaman gender.

Sebelumnya, pada ECJ sesi pertama pada 9 Maret 2019 mengangkat dua tema yakni , Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Tambang Emas Martabe, serta Sumber Daya Manusia dan Keberagaman.

ECJ Tambang Emas Martabe merupakan wadah komunikasi baik secara online maupun temu muka, yang memungkinkan para mahasiswa berbagai jurusan terkait dunia pertambangan dari sejumlah universitas di Sumatera Utara untuk mendapatkan bimbingan dari para praktisi Tambang Emas Martabe.

ECJ telah diselenggarakan sejak 2014. Sejak pertama kali diluncurkan, total pemateri yang telah berkontribusi di ECJ yakni 17 orang dan mahasiwa yang menerima manfaat mencapai hampir 1.800 orang di seluruh Indonesia, tidak hanya di Sumut. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/