26.8 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Dulu Bayar Rp9,5 Juta untuk Satu Mata, Sekarang Gratissss…

Foto: Dame/sumutpos.co Wakil Presdir Tambang Emas Martabe Linda Siahaan dan Manajer Corporate Communication Katarina Siburian membubuhkan obat tetes mata ke mata pasien operasi katarak gratis 'Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia' di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Wakil Presdir Tambang Emas Martabe Linda Siahaan dan Manajer Corporate Communication Katarina Siburian membubuhkan obat tetes mata ke mata pasien operasi katarak gratis ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’ di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).

Kesehatan itu konon mahal. Meski ada aja yang reseh berdebat: ‘tergantung lihat dari mana sih’. Faktanya.. demi sehat, kita sama-sama tahu banyak orang rela (baca: terpaksa) bayar mahal. Termasuk Sudiati Harahap. Beberapa tahun lalu ia ikut operasi katarak berbiaya Rp9,5 juta. Karena mahal, ia menahan diri cukup satu mata saja. Tak heran ia senang bukan kepalang saat didaftarkan ikut operasi katarak gratis. Asyiiiikkk….

Dame Ambarita, Sumut Pos

Ibu berusia 63 tahun itu memutar-mutar sendok di wadah berisi bubur kacang hijau yang dipegangnya. Mimiknya terlihat kurang bernafsu makan. “Nggak nafsu sarapan nasi, jadi beli bubur. Tetapi tetap nggak nafsu juga,” cetusnya memulai percakapan dengan SUMUTPOS.CO.

Ia terlihat kurang fit. Maklum, baru saja naik bus selama 7 jam, dari rumahnya di Ajamu Teluk Sentosa Labuhanbatu ke Siantar. Dari rumahnya ke titik kumpul di Kodim Labuhanbatu, ia harus menempuh jarak selama 2 jam naik bus. Lanjut naik bus dari Kodim 02/09 Labuhanbatu-Siantar 5 jam.

Meski masih sedikit lemas akibat kurang tidur di bus, ia tetap antusias mengikuti operasi katarak gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar, 19-21 Januari 2016.

“Demi sehat dan bisa melihat, pasti semangatlah. Apalagi ini gratis. Mau naik bus 10 jam pun kita hadapi,” katanya bersemangat.

Lantas ibu yang sehari-hari bekerja sebagai petani padi sawah ini bercerita, ia menderita katarak sekitar tiga tahun terakhir.

“Awalnya penglihatan kabur. Belum tau kalau sudah kena katarak,” ungkapnya.

Makin lama, penglihatannya makin nggak jelas. Wajah orang yang di depannya terlihat gundul. “Hidungnya nggak kelihatan. Jadi lihat wajah orang itu seperti gundul,” kekehnya.

Tahun 2013 lalu, ia memutuskan untuk periksa mata ke sebuah rumah sakit swasta di Medan. Kata dokter, dirinya katarak dan harus dioperasi. Kedua biji matanya.

Namun saat ditanya berapa biaya operasi, kena Rp9,5 juta untuk satu mata. “Mahal ternyata,” katanya. Tak punya uang cukup, ia pun memutuskan operasi satu mata aja meski sebenarnya dua-dua matanya sudah katarak.

Sayang, tiga bulan kemudian mata kiri benar-benar kabur. Bahkan pedih dan kepala pusing saat memandang sinar terang, khususnya matahari. Untuk menghemat biaya, kali ini ia hanya menggunakan obat tetes yang diberikan dokter. Juga teteskan air dari daun katarak, yang disarankan tetangganya. “Mata ampe pedih dan airmata keluar sangat banyak, tetapi nggak ada manfaatnya,” tuturnya. Makan kacang hijau juga dilakoninya karena konon baik untuk mata. Yah… nggak ngaruh juga.

Foto: Dame/sumutpos.co Sudiati Harahap (tengah), pasien yang sudah operasi katarak gratis 'Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia', tersenyum lebar usai operasi di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Sudiati Harahap (tengah), pasien yang sudah operasi katarak gratis ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’, tersenyum lebar usai operasi di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).

Maka saat dirinya terima info dari Babinsa TNI soal adanya operasi katarak gratis, ia langsung mau ikut. Ikut screening hingga operasi di RSU Tentara Siantar. Kali ini tak pakai gemetar seperti operasi sebelumnya di Medan.

“Kan katanya dokter spesialis yang menanganinya bagus, ya saya percaya sajalah,” katanya dengan wajah polos.

Apalagi seluruh biaya ternyata sudah ditanggung donatur, mulai dari transportasi, konsumsi, hingga akomodasi. “Kami tak ada dikutip biaya apapun,” lanjutnya.

Usai operasi, ia ngaku tak terasa sakit. Sayatan lapisan katarak tak ada dirasakannya. “Memang tak langsung terang setelah penutup mata dibuka. Tapi kata dokter, tiga hari lagi bakal kembali normal. Yah senanglah.”
Tau siapa donatur operasi? “Nggak tau. Siapa?”
Begitu dikasih tau donaturnya adalah Tambang Emas Martabe, bekerja sama dengan Kodam I Bukit Barisan dan A New Vision, ibu tujuh anak ini spontan berkata: “Ooo.. terimakasihlah. Semoga perusahaannya makin sukses,” ucapnya.

Ucapan senada juga disampaikan Ramlah (57) dan Mardiah (40) keduanya warga Tebing.  “Senang udah selesai dioperasi. Terimakasih pada yang mensponsori,” kata mereka.

Pada hari pertama operasi, Selasa (19/1/2016) di RSU Tentara Pematangsiantar, sebanyak 106 orang dengan 117 mata telah menjalani operasi katarak gratis. Disusul hari kedua lebih dari 100 orang. (*)

Foto: Dame/sumutpos.co Wakil Presdir Tambang Emas Martabe Linda Siahaan dan Manajer Corporate Communication Katarina Siburian membubuhkan obat tetes mata ke mata pasien operasi katarak gratis 'Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia' di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Wakil Presdir Tambang Emas Martabe Linda Siahaan dan Manajer Corporate Communication Katarina Siburian membubuhkan obat tetes mata ke mata pasien operasi katarak gratis ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’ di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).

Kesehatan itu konon mahal. Meski ada aja yang reseh berdebat: ‘tergantung lihat dari mana sih’. Faktanya.. demi sehat, kita sama-sama tahu banyak orang rela (baca: terpaksa) bayar mahal. Termasuk Sudiati Harahap. Beberapa tahun lalu ia ikut operasi katarak berbiaya Rp9,5 juta. Karena mahal, ia menahan diri cukup satu mata saja. Tak heran ia senang bukan kepalang saat didaftarkan ikut operasi katarak gratis. Asyiiiikkk….

Dame Ambarita, Sumut Pos

Ibu berusia 63 tahun itu memutar-mutar sendok di wadah berisi bubur kacang hijau yang dipegangnya. Mimiknya terlihat kurang bernafsu makan. “Nggak nafsu sarapan nasi, jadi beli bubur. Tetapi tetap nggak nafsu juga,” cetusnya memulai percakapan dengan SUMUTPOS.CO.

Ia terlihat kurang fit. Maklum, baru saja naik bus selama 7 jam, dari rumahnya di Ajamu Teluk Sentosa Labuhanbatu ke Siantar. Dari rumahnya ke titik kumpul di Kodim Labuhanbatu, ia harus menempuh jarak selama 2 jam naik bus. Lanjut naik bus dari Kodim 02/09 Labuhanbatu-Siantar 5 jam.

Meski masih sedikit lemas akibat kurang tidur di bus, ia tetap antusias mengikuti operasi katarak gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar, 19-21 Januari 2016.

“Demi sehat dan bisa melihat, pasti semangatlah. Apalagi ini gratis. Mau naik bus 10 jam pun kita hadapi,” katanya bersemangat.

Lantas ibu yang sehari-hari bekerja sebagai petani padi sawah ini bercerita, ia menderita katarak sekitar tiga tahun terakhir.

“Awalnya penglihatan kabur. Belum tau kalau sudah kena katarak,” ungkapnya.

Makin lama, penglihatannya makin nggak jelas. Wajah orang yang di depannya terlihat gundul. “Hidungnya nggak kelihatan. Jadi lihat wajah orang itu seperti gundul,” kekehnya.

Tahun 2013 lalu, ia memutuskan untuk periksa mata ke sebuah rumah sakit swasta di Medan. Kata dokter, dirinya katarak dan harus dioperasi. Kedua biji matanya.

Namun saat ditanya berapa biaya operasi, kena Rp9,5 juta untuk satu mata. “Mahal ternyata,” katanya. Tak punya uang cukup, ia pun memutuskan operasi satu mata aja meski sebenarnya dua-dua matanya sudah katarak.

Sayang, tiga bulan kemudian mata kiri benar-benar kabur. Bahkan pedih dan kepala pusing saat memandang sinar terang, khususnya matahari. Untuk menghemat biaya, kali ini ia hanya menggunakan obat tetes yang diberikan dokter. Juga teteskan air dari daun katarak, yang disarankan tetangganya. “Mata ampe pedih dan airmata keluar sangat banyak, tetapi nggak ada manfaatnya,” tuturnya. Makan kacang hijau juga dilakoninya karena konon baik untuk mata. Yah… nggak ngaruh juga.

Foto: Dame/sumutpos.co Sudiati Harahap (tengah), pasien yang sudah operasi katarak gratis 'Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia', tersenyum lebar usai operasi di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Sudiati Harahap (tengah), pasien yang sudah operasi katarak gratis ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’, tersenyum lebar usai operasi di RS Tentara Pematangsiantar, Rabu (20/1/2016).

Maka saat dirinya terima info dari Babinsa TNI soal adanya operasi katarak gratis, ia langsung mau ikut. Ikut screening hingga operasi di RSU Tentara Siantar. Kali ini tak pakai gemetar seperti operasi sebelumnya di Medan.

“Kan katanya dokter spesialis yang menanganinya bagus, ya saya percaya sajalah,” katanya dengan wajah polos.

Apalagi seluruh biaya ternyata sudah ditanggung donatur, mulai dari transportasi, konsumsi, hingga akomodasi. “Kami tak ada dikutip biaya apapun,” lanjutnya.

Usai operasi, ia ngaku tak terasa sakit. Sayatan lapisan katarak tak ada dirasakannya. “Memang tak langsung terang setelah penutup mata dibuka. Tapi kata dokter, tiga hari lagi bakal kembali normal. Yah senanglah.”
Tau siapa donatur operasi? “Nggak tau. Siapa?”
Begitu dikasih tau donaturnya adalah Tambang Emas Martabe, bekerja sama dengan Kodam I Bukit Barisan dan A New Vision, ibu tujuh anak ini spontan berkata: “Ooo.. terimakasihlah. Semoga perusahaannya makin sukses,” ucapnya.

Ucapan senada juga disampaikan Ramlah (57) dan Mardiah (40) keduanya warga Tebing.  “Senang udah selesai dioperasi. Terimakasih pada yang mensponsori,” kata mereka.

Pada hari pertama operasi, Selasa (19/1/2016) di RSU Tentara Pematangsiantar, sebanyak 106 orang dengan 117 mata telah menjalani operasi katarak gratis. Disusul hari kedua lebih dari 100 orang. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/