26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Daging Kurban Mengintai Korban

Antisipasi Penyakit di Balik Melimpahnya Daging saat Idul Adha

Sebagian masyarakat muslim bakal mengkonsumsi daging sapi atau kambing dalam porsi besar dan pada waktu yang berdekatan saat Idul Adha. Hati-hati, sakit pencernaan mengintai masyarakat yang makan daging kurban berlebihan. Bagaimana mengantisipasinya?

Sebentar lagi umat muslim di tanah air merayakan hari raya Idul Adha atau lebaran kurban. Pemerintah dan ormas-ormas besar sudah memutuskan jika ‘lebaran haji’ itu jatuh pada 6 November mendatang. Para praktisi kesehatan mengingatkan masyarakat supaya tidak berlebihan menyantap daging kurban. Hati-hati penyakit lambung.

Imbauan diantaranya disampaikan Ketua Advokasi Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB. Dia menuturkan, sebagian masyarakat muslim bakal mengkonsumsi daging sapi atau kambing dalam porsi besar dan pada waktu yang berdekatan.

“Kondisi ini bisa menimbulkan penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Desease, Red),” katanya di Jakarta kemarin (2/11). Penyakit ini menyerang lambung.
Dosen di Fakultas Kesehatan UI itu menuturkan, penyakit GERD ini rawan muncul akibat makan lemak yang berlebihan dalam waktu yang singkat. Seperti diketahui, masa penyembelihan hewan kurban selama empat hari. Yaitu pada hari raya idul kurban, hingga H+3 atau dikenal hari tasrek.

Ari menerangkan, penyakit GERD ini terjadi karena adanya aliran balik isi lambung, termasuk asam lambung, menuju kerongkongan. Kondisi ini terjadi karena kondisi klep antara lambung dengan kerongkongan yang melemah. “Klep antara kerongkongan dan lambung ini lemah gara-gara timbunan lemak dalam waktu yang singkat,” katanya.

Selanjutnya, Ari menuturkan pasien dengan penyakit GERD biasanya merasakan panas di bagian dada. Rasanya seperti terbakar atau disebut heart burn. Selain itu, pasien GERD juga merasakan ada sesuatu yang berjalan berbalik arah dari lambung naik ke kerongkongan (regurgitasi). “Pasien GERD juga merasakan mulut terasa pahit,” tandasnya.

Ari lantas membagi tips supaya bisa berlebaran kurban dengan terhindar penyakit GERD, meskipun tetap mengonsumsi daging kurban. Diantaranya, Ari menganjurkan masyarakat tidak mengkonsumsi daging korban dalam jumlah banyak pada waktu yang hampir bersamaan. Misalnya sehari tiga kali hingga beberapa kali setelah idul adha.

Selain itu, Ari juga menganjurkan supaya masyrakat memisah antara daging dengan jeroan hewan kurban. Seperti usus, otak, hati, paru, dan limpa. Tips selanjutnya adalah, masyarakat yang habis mengkonsumsi daging dilarang tidur sebelum dua jam setelah makan daging. “Jika kita tidur, akan semakin memicu isi lambung naik ke kerongkongan,” kata dia. Ari berharap, masyarakat bisa tetap menjalani gaya hidup sehat meskipun mendapatkan berkah daging korban yang melimpah. (wan/jpnn)

Antisipasi Penyakit di Balik Melimpahnya Daging saat Idul Adha

Sebagian masyarakat muslim bakal mengkonsumsi daging sapi atau kambing dalam porsi besar dan pada waktu yang berdekatan saat Idul Adha. Hati-hati, sakit pencernaan mengintai masyarakat yang makan daging kurban berlebihan. Bagaimana mengantisipasinya?

Sebentar lagi umat muslim di tanah air merayakan hari raya Idul Adha atau lebaran kurban. Pemerintah dan ormas-ormas besar sudah memutuskan jika ‘lebaran haji’ itu jatuh pada 6 November mendatang. Para praktisi kesehatan mengingatkan masyarakat supaya tidak berlebihan menyantap daging kurban. Hati-hati penyakit lambung.

Imbauan diantaranya disampaikan Ketua Advokasi Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB. Dia menuturkan, sebagian masyarakat muslim bakal mengkonsumsi daging sapi atau kambing dalam porsi besar dan pada waktu yang berdekatan.

“Kondisi ini bisa menimbulkan penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Desease, Red),” katanya di Jakarta kemarin (2/11). Penyakit ini menyerang lambung.
Dosen di Fakultas Kesehatan UI itu menuturkan, penyakit GERD ini rawan muncul akibat makan lemak yang berlebihan dalam waktu yang singkat. Seperti diketahui, masa penyembelihan hewan kurban selama empat hari. Yaitu pada hari raya idul kurban, hingga H+3 atau dikenal hari tasrek.

Ari menerangkan, penyakit GERD ini terjadi karena adanya aliran balik isi lambung, termasuk asam lambung, menuju kerongkongan. Kondisi ini terjadi karena kondisi klep antara lambung dengan kerongkongan yang melemah. “Klep antara kerongkongan dan lambung ini lemah gara-gara timbunan lemak dalam waktu yang singkat,” katanya.

Selanjutnya, Ari menuturkan pasien dengan penyakit GERD biasanya merasakan panas di bagian dada. Rasanya seperti terbakar atau disebut heart burn. Selain itu, pasien GERD juga merasakan ada sesuatu yang berjalan berbalik arah dari lambung naik ke kerongkongan (regurgitasi). “Pasien GERD juga merasakan mulut terasa pahit,” tandasnya.

Ari lantas membagi tips supaya bisa berlebaran kurban dengan terhindar penyakit GERD, meskipun tetap mengonsumsi daging kurban. Diantaranya, Ari menganjurkan masyarakat tidak mengkonsumsi daging korban dalam jumlah banyak pada waktu yang hampir bersamaan. Misalnya sehari tiga kali hingga beberapa kali setelah idul adha.

Selain itu, Ari juga menganjurkan supaya masyrakat memisah antara daging dengan jeroan hewan kurban. Seperti usus, otak, hati, paru, dan limpa. Tips selanjutnya adalah, masyarakat yang habis mengkonsumsi daging dilarang tidur sebelum dua jam setelah makan daging. “Jika kita tidur, akan semakin memicu isi lambung naik ke kerongkongan,” kata dia. Ari berharap, masyarakat bisa tetap menjalani gaya hidup sehat meskipun mendapatkan berkah daging korban yang melimpah. (wan/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/