Komando Daerah Militer I Bukit Barisan (Kodam I/BB) membentuk tim investigasi menyelidiki kematian prajurit Kompi B Yonif 122 TS, Serda Iman Berkat Gea saat latihan bela diri di markas satuannya, Senin (4/11) lalu.
Pasalnya, prajurit TNI tersebut diduga mengalami kekerasan.
KAPENDAM I/BB Kolonel Inf Zeni Djunaidhi mengatakan, sehari setelah kejadian, Selasa (5/11), tim sudah dibentuk dan saat ini masih bekerja. Apabila nanti ada menemukan kelalaian atau kesalahan prosedur, maka akan dilakukan proses hukum.
“Saat ini tim sedang bekerja tentang bagaimana mekanisme hingga menyebabkan yang bersangkutan meninggal dunia. Apabila ditemukan adanya indikasi kesalahan prosedur atau kelalaian dalam penyelenggaraan latihan, maka akan diberikan sanksi sesuai aturan hukum di lingkungan TNI,” ungkap Djunaidhi dalam keterangan pers di Markas Kodam I/BB, Selasa (12/11).
Dijelaskan dia, tim yang dibentuk berjumlah lima orang. Sampai saat ini, tim belum menemukan sifatnya indikasi kejanggalan kematian.
“Awalnya pada tanggal 4 November 2019, prajurit Kompi B Yonif 122 termasuk Serda Iman Berkat Gea sedang latihan bela diri. Saat latihan untuk kemampuan prajurit, Serda Iman terkena tendangan di bagian dada kiri oleh sparing patner-nya dalam beladiri tarung derajat. Sempat bangun dan bangkit, akan tetapi jatuh kembali lalu pingsan,” terangnya.
Ia melanjutkan, tim kesehatan dari satuan setempat yang melihat itu langsung berupaya menolongnya dan melakukan tindakan medis. Selanjutnya, membawa ke klinik terdekat di Kecamatan Dolok Masihul, Sergai, dalam kondisi masih pingsan.
“Setelah mendapatkan perawatan medis oleh klinik, sekitar pukul 18.00 WIB ternyata nyawa yang bersangkutan tidak tertolong dan meninggal dunia,” jelas Djunaidhi.
Diutarakannya, dalam kasus ini pihak Kodam I/BB telah mengambil langkah yang sifatnya internal dan eksternal. Untuk eksternal, langsung berkoordinasi dengan pihak keluarga almarhum.
Dari koordinasi yang dilakukan, pihak keluarga meminta untuk dimakamkan di kampung halamannya, Kepulauan Nias.
“Karena harus mengevakuasi jenazah dan percepatan waktu, maka diputuskan melalui jalur udara. Sebab, tidak mungkin melalui jalur darat karena lokasi kampung halaman keluarga jenazah harus menyeberangi lautan,” papar Djunaidhi.
“Oleh karenanya, tim medis kita melakukan pengawetan jenazah dengan memasukkan zat pengawet atau formalin melalui bagian lehernya,” sambungnya.
Untuk tindakan internal, sambung dia, memprioritaskan dengan membantu proses pengurusan jenazah sampai ke pemakaman. Demikian juga, terkait hak-hak keluarga yang bersangkutan.
“Itu lah selanjutnya membentuk tim investigasi untuk keperluan klarifikasi guna meng ungkap kejadian maupun latar belakang yang sebenarnya. Saat ini, tim sedang bekerja tentang bagaimana mekanisme hingga menyebabkan yang bersangkutan meninggal dunia,” sebutnya.
“Apabila ditemukan adanya indikasi kesalahan prosedur atau kelalaian, maka ini sudah menjadi komitmen kami. Tidak ada prajurit yang kebal hukum,” tegasnya.
Komandan Polisi Militer Kodam I/BB Kolonel CPM Sudarma Setiawan menyebutkan, pihaknya telah mengambil tindakan penyidikan dalam kasus ini.
“Hari Senin (11/11) saya ditugaskan untuk mengusut kasus ini. Kita sudah mengambil langkah lidik dan sidik, ini baru kita mulai. Kalau ditemukan kelalaian akan kita proses,” ungkapnya.
Lanjut Sudarma, pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan tim bekerja. “Kita tidak dibatasi waktu bekerja,” ucapnya.
Sementara, Kepala Kesdam I/BB Kolonel CKM dr Sutan Bangun menyebutkan, luka yang ada di leher korban merupakan bekas suntikan formalin.
“Di lehernya itu akibat pemberian formalin karena jenazah itu harus diawetkan dan juga persyaratan untuk penerbangan. Jadi mayat itu harus diawetkan, maka diputuskan memberikan formalin,” bebernya.
Menurut Sutan, cara penyuntikan formalin itu dengan banyak cara, bisa di perut hingga kaki. Tapi, yang paling efektif itu dari pembuluh darah yang ada di leher.
“Luka bekas suntikan di leher Serda Iman diperkirakan panjangnya 2 centimeter,” cetusnya.
Sutan menduga, Serda Iman meninggal karena tertendang di dada kiri. Hal itu berdasarkan hasil analisis sementara ini.
“Kalau dari analisis kita ya itu, tapi kalau keputusannya harus mengambil beberapa fakta baik dari kejadiannya maupun kondisi pasiennya. Namun, kalau dilihat dari medis itu karena trauma tumpul dari dada kiri,” jelas Sutan.
“Sedangkan, luka di bagian kepala akibat benturan karena terjatuh tapi tidak terlalu fatal,” pungkasnya.
Sebelumnya, diberitakan pihak keluarga curiga dengan kematian Serda Iman Berkat Gea yang dinilai tidak wajar. Ibu Serda Iman Berkat Gea pada malam harinya bermimpi berjumpa anaknya dengan tertawa dan meminta tolong untuk melihat badannya.
Karena penasaran dengan petunjuk dalam mimpi itu, ibu korban mengecek langsung dan menemukan adanya jahitan luka yang terletak di bagian leher sebelah kiri dan terlihat masih baru.
Alhasil, pemakaman jenazah Serda Iman Berkat Gea akhirnya ditunda. Keluarga membawa jenazahnya ke RSU Gunungsitoli untuk dilakukan autopsi.(ris/ala)