26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Djamin Ginting Diusul jadi Pahlawan Nasional

BERASTAGI-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberikan 7 gelar pahlawan nasional baru. Pemberian gelar dilaksanakan secara simbolis ketujuh ahli waris, di Istana Negara, Jakarta kemarin siang, Selasa (8/11).

Nah, dari daftar yang ada tidak ada tokoh dari Sumatera Utara (Sumut) yang terpilih tahun ini. Padahal, Sumut memiliki tokoh yang bisa diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional. Satu diantaranya adalah Letjend Djamin Ginting.
Harapan ini diusung berbagai elemen masyarakat Karo dengan gelaran Seminar Nasional Ephos Kepahlawanan Letjend Djamin Ginting yang akan berlangsung, Kamis (10/11) di Convention Hall Sibayak International Hotel Berastagi. Djamin Ginting dinilai telah memenuhi kriteria yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Pemberian tanda gelar pahlawan nasional bagi Djamin Ginting nantinya juga diyakini bakal memberi dampak dalam pengangkatan nilai nilai sejarah dari seorang lelaki berbudaya, tentara, politisi, dan diplomat asal Desa Suka, Tanah Karo, di bumi Indonesia.

“Ini merupakan langkah awal yang diyakini akan mendorong gerakan pemberian anugerah gelar pahlawan nasional bagi Djamin Ginting. Kita sangat berharap dalam kegiatan seminar itu penggalian akan sosok kepahlawanan Djamin Ginting dapat menjadi kekayaan sejarah dan intelektual yang berguna,” ujar Marianus Ginting Suka selaku Ketua Panitia didampingi Budianto Tarigan (Streeing Committee dan Tim Perumus) serta Sekretaris Eddy Suranta Surbakti dalam temu pers di pelataran Tugu Letjend Djamin Ginting, Taman Mejuah-juah, Berastagi, Selasa (8/11).

Tidak hanya mengelaborasi materi soal sosok Djamin Ginting dari pandangan para pembicara seperti DR M AS Hikam MA APU, Prof DR Payung Bangun MA, Prof Usman Pelly MA PhD, MC Muham (Ketua LVRI Karo), Jidan Ginting (Tokoh Masyarakat Desa Suka) dan H KP Malik Tarigan, seminar nasional ini juga akan dimanfaatkan untuk mengakumulasi ragam referensi dan dinamika yang timbul akan sepak terjang dan laku Djamin Ginting semasa pengabdiannya.
Ya, Djamin Ginting yang lahir di Desa Suka (86 km dari Kota Medan), Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo pada 12 Januari 1921 selain dikenal sebagai tentara juga dikenal sebagai politisi. Dia merupakan Anggota DPR (1968–1972), Ketua Sekretariat Bersama Golongan Karya (1968–1972). Kelihaiannya selaku militer dan politisi lantas membawa Djamin Ginting berkarir di dunia diplomat dengan duduk sebagai Ketua Diskusi Luar Negeri (1968-1972) dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kanada (1972-1974). Di ibukota Kanada, Ottawa, inilah Djamin Ginting meninggal dunia dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Aneka pengabdian itulah yang kemudian membuat ayah dari Riemenda Djamin Ginting ini meraih sekumpulan bintang jasa dari mulai Bintang Gerilya hingga pengakuan asal dunia luar berupa Bintang Mahaputra Utama dari Mesir. Sehingga di mata tim perumus yang diwakili Budianto Tarigan, sosok lelaki yang juga mengecap pendidikan Fakultas Hukum dan Sosial Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus salah satu pendiri Universitas Sumatera Utara itu adalah pejuang yang komplet.

“Gelar Tanda Pahlawan Nasional bagi Djamin Ginting yang sedang kita secara bersama usung adalah teramat penting demi penegakan jati diri kita sebagai suku (Karo) yang sedari dulu tercatat sebagai pendukung utama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setelah Kiras Bangun Garamata, kini saatnya pemuda di Karo kembali harus berjuang, ini demi penanaman nilai nilai sejarah dan perjuangan kita di tengah-tengah kehidupan nasional Bangsa Indonesia,” urai Budianto Tarigan. (pms)

BERASTAGI-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberikan 7 gelar pahlawan nasional baru. Pemberian gelar dilaksanakan secara simbolis ketujuh ahli waris, di Istana Negara, Jakarta kemarin siang, Selasa (8/11).

Nah, dari daftar yang ada tidak ada tokoh dari Sumatera Utara (Sumut) yang terpilih tahun ini. Padahal, Sumut memiliki tokoh yang bisa diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional. Satu diantaranya adalah Letjend Djamin Ginting.
Harapan ini diusung berbagai elemen masyarakat Karo dengan gelaran Seminar Nasional Ephos Kepahlawanan Letjend Djamin Ginting yang akan berlangsung, Kamis (10/11) di Convention Hall Sibayak International Hotel Berastagi. Djamin Ginting dinilai telah memenuhi kriteria yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Pemberian tanda gelar pahlawan nasional bagi Djamin Ginting nantinya juga diyakini bakal memberi dampak dalam pengangkatan nilai nilai sejarah dari seorang lelaki berbudaya, tentara, politisi, dan diplomat asal Desa Suka, Tanah Karo, di bumi Indonesia.

“Ini merupakan langkah awal yang diyakini akan mendorong gerakan pemberian anugerah gelar pahlawan nasional bagi Djamin Ginting. Kita sangat berharap dalam kegiatan seminar itu penggalian akan sosok kepahlawanan Djamin Ginting dapat menjadi kekayaan sejarah dan intelektual yang berguna,” ujar Marianus Ginting Suka selaku Ketua Panitia didampingi Budianto Tarigan (Streeing Committee dan Tim Perumus) serta Sekretaris Eddy Suranta Surbakti dalam temu pers di pelataran Tugu Letjend Djamin Ginting, Taman Mejuah-juah, Berastagi, Selasa (8/11).

Tidak hanya mengelaborasi materi soal sosok Djamin Ginting dari pandangan para pembicara seperti DR M AS Hikam MA APU, Prof DR Payung Bangun MA, Prof Usman Pelly MA PhD, MC Muham (Ketua LVRI Karo), Jidan Ginting (Tokoh Masyarakat Desa Suka) dan H KP Malik Tarigan, seminar nasional ini juga akan dimanfaatkan untuk mengakumulasi ragam referensi dan dinamika yang timbul akan sepak terjang dan laku Djamin Ginting semasa pengabdiannya.
Ya, Djamin Ginting yang lahir di Desa Suka (86 km dari Kota Medan), Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo pada 12 Januari 1921 selain dikenal sebagai tentara juga dikenal sebagai politisi. Dia merupakan Anggota DPR (1968–1972), Ketua Sekretariat Bersama Golongan Karya (1968–1972). Kelihaiannya selaku militer dan politisi lantas membawa Djamin Ginting berkarir di dunia diplomat dengan duduk sebagai Ketua Diskusi Luar Negeri (1968-1972) dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kanada (1972-1974). Di ibukota Kanada, Ottawa, inilah Djamin Ginting meninggal dunia dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Aneka pengabdian itulah yang kemudian membuat ayah dari Riemenda Djamin Ginting ini meraih sekumpulan bintang jasa dari mulai Bintang Gerilya hingga pengakuan asal dunia luar berupa Bintang Mahaputra Utama dari Mesir. Sehingga di mata tim perumus yang diwakili Budianto Tarigan, sosok lelaki yang juga mengecap pendidikan Fakultas Hukum dan Sosial Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus salah satu pendiri Universitas Sumatera Utara itu adalah pejuang yang komplet.

“Gelar Tanda Pahlawan Nasional bagi Djamin Ginting yang sedang kita secara bersama usung adalah teramat penting demi penegakan jati diri kita sebagai suku (Karo) yang sedari dulu tercatat sebagai pendukung utama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setelah Kiras Bangun Garamata, kini saatnya pemuda di Karo kembali harus berjuang, ini demi penanaman nilai nilai sejarah dan perjuangan kita di tengah-tengah kehidupan nasional Bangsa Indonesia,” urai Budianto Tarigan. (pms)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/