28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Indonesia Tujuan Investasi Terbaik

Krisis di AS Untungkan Indonesia

JAKARTA-Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan, saat ini Indonesia adalah negara tujuan investasi terbaik karena memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan mata uang yang relatif stabil.
“Saya ini suka berinvestasi di saham, saya ini investor. Jadi, kalau saat ini saya ingin investasi, saya akan pilih investasi di Indonesia, karena pertumbuhan di sini tinggi, mata uangnya juga relatif stabil dan yield dari obligasi pemerintah cukup tinggi,” kata Fauzi di Jakarta, Selasa.

Ditambahkannya, situasi perekonomian global di Eropa dan Amerika Serikat (AS), tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap Indonesia tetapi ada pula dampak positif dari krisis di kedua kawasan tersebut. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum krisis yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa dengan mengalirkan arus dana masuk kepada sektor riil.

Ia menjelaskan, apa yang terjadi di Eropa dan AS mengakibatkan suku bunga akan tetap rendah dalam satu atau dua tahun mendatang, di kedua kawasan tersebut. Artinya, para investor tentu akan berpikir ulang untuk berinvestasi di kawasan Eropa maupun AS. “Akibatnya, ada dana yang menganggur tidak terserap, dana-dana itu akan masuk ke negara seperti Indonesia,” katanya.

Ia memaparkan, potensi Indonesia sebagai negara tujuan investasi saat ini cukup besar akibat dari adanya perlambatan ekonomi yang dialami negara-negara maju. Perlambatan ekonomi ini menyebabkan banyak dana di negara-negara maju yang tidak terserap di sektor riil mereka. “Dana yang tidak terserap di sektor riil mereka itu akan masuk kepada negara yang memiliki suku bunga tinggi, mata uang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari Eropa dan AS,” ujarnya.

Menurutnya, ada dua negara yang memenuhi syarat tersebut yaitu Indonesia dan Brasil. Masalahnya, Brasil tidak suka hot money  dan mereka menerapkan pajak enam persen bagi investor yang mau membeli obligasi mereka. Dengan demikian, dana-dana tersebut bisa masuk ke Indonesia karena potensi Indonesia untuk meningkatkan investasi dan angka pertumbuhan ekonomi juga sangat besar.

Sementara, Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Kebijakan Moneter Hartadi A Sarwono menyebutkan, dengan kondisi ekonomi saat ini, Indonesia bisa tetap tumbuh tinggi sekalipun telah mengalami sedikit revisi dari target sebelumnya. “Awalnya kita optimistis 6,7 persen (pada awal 2011), tapi sekarang harus ke arah 6,5 persen untuk keseluruhan tahun,” ujar Hartadi, baru-baru ini.

Demikian juga dengan inflasi, di mana sejauh ini inflasi ada pada level 4,15 persen (year on year) pada November 2011.  Kondisi Indonesia yang demikian, kata Hartadi, termasuk yang tertinggi di regional Asia, termasuk Cina. “Ekonomi Cina tumbuh masih 9 persen. Tapi, itu sudah termasuk penurunan yang tinggi karena biasanya double digit,” kata Hartadi.

Sementara Indonesia, terang dia, bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditambah dengan tingkat inflasi yang terkendali. “Indonesia pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan penurunan laju inflasi,” tutur dia. (net/bbs)

Krisis di AS Untungkan Indonesia

JAKARTA-Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan, saat ini Indonesia adalah negara tujuan investasi terbaik karena memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan mata uang yang relatif stabil.
“Saya ini suka berinvestasi di saham, saya ini investor. Jadi, kalau saat ini saya ingin investasi, saya akan pilih investasi di Indonesia, karena pertumbuhan di sini tinggi, mata uangnya juga relatif stabil dan yield dari obligasi pemerintah cukup tinggi,” kata Fauzi di Jakarta, Selasa.

Ditambahkannya, situasi perekonomian global di Eropa dan Amerika Serikat (AS), tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap Indonesia tetapi ada pula dampak positif dari krisis di kedua kawasan tersebut. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum krisis yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa dengan mengalirkan arus dana masuk kepada sektor riil.

Ia menjelaskan, apa yang terjadi di Eropa dan AS mengakibatkan suku bunga akan tetap rendah dalam satu atau dua tahun mendatang, di kedua kawasan tersebut. Artinya, para investor tentu akan berpikir ulang untuk berinvestasi di kawasan Eropa maupun AS. “Akibatnya, ada dana yang menganggur tidak terserap, dana-dana itu akan masuk ke negara seperti Indonesia,” katanya.

Ia memaparkan, potensi Indonesia sebagai negara tujuan investasi saat ini cukup besar akibat dari adanya perlambatan ekonomi yang dialami negara-negara maju. Perlambatan ekonomi ini menyebabkan banyak dana di negara-negara maju yang tidak terserap di sektor riil mereka. “Dana yang tidak terserap di sektor riil mereka itu akan masuk kepada negara yang memiliki suku bunga tinggi, mata uang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari Eropa dan AS,” ujarnya.

Menurutnya, ada dua negara yang memenuhi syarat tersebut yaitu Indonesia dan Brasil. Masalahnya, Brasil tidak suka hot money  dan mereka menerapkan pajak enam persen bagi investor yang mau membeli obligasi mereka. Dengan demikian, dana-dana tersebut bisa masuk ke Indonesia karena potensi Indonesia untuk meningkatkan investasi dan angka pertumbuhan ekonomi juga sangat besar.

Sementara, Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Kebijakan Moneter Hartadi A Sarwono menyebutkan, dengan kondisi ekonomi saat ini, Indonesia bisa tetap tumbuh tinggi sekalipun telah mengalami sedikit revisi dari target sebelumnya. “Awalnya kita optimistis 6,7 persen (pada awal 2011), tapi sekarang harus ke arah 6,5 persen untuk keseluruhan tahun,” ujar Hartadi, baru-baru ini.

Demikian juga dengan inflasi, di mana sejauh ini inflasi ada pada level 4,15 persen (year on year) pada November 2011.  Kondisi Indonesia yang demikian, kata Hartadi, termasuk yang tertinggi di regional Asia, termasuk Cina. “Ekonomi Cina tumbuh masih 9 persen. Tapi, itu sudah termasuk penurunan yang tinggi karena biasanya double digit,” kata Hartadi.

Sementara Indonesia, terang dia, bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditambah dengan tingkat inflasi yang terkendali. “Indonesia pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan penurunan laju inflasi,” tutur dia. (net/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/