26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mahasiswa FE USU Tuntut Dekan Mundur

MEDAN- Ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU) melakukan aksi damai di seputaran kampus mereka, Selasa (20/12) siang. Dalam orasinya, sejumlah mahasiswa menuntut beberapa poin kesepakatan yang harus di tandatangani Dekan FE USU, Jhon Tafbu Ritonga. Jika tuntutan tersebut ditolak, maka mereka mendesak agar Dekan FE USU mundur.

Poin-poin tuntutan yang diajukan mahasiswa di antaranya, perbaikan sistem Kartu Rancana Studi (KRS), magang D3 yang dianggap kurang edukatif dan surat menyurat yang dikenakan bayaran, serta adanya miskomunikasi di dalam birokrasi kampus serta pengelolaan fasilitas kampus.

Mahasiswa menganggap, selama ini mereka tidak memiliki hak mengeluarkan aspirasi dan lebih kepada kebijakan dekan yang harus diikuti.

“Seperti mengenai aturan menggunakan baju hitam putih saat ujian, dan tidak membawa beberapa persyaratan ujian, dalam hal ini setiap mahasiswa harus membayar denda. Inikan seharusnya bisa dibicarakan untuk mencari solusi,” ungkap Victor Lumbanraja, selaku pimpinan aksi, sekaligus Gubernur Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FE USU.
Mahasiswa juga menilai magang untuk jurusan D3 di kampus tidak memperlihatkan hal yang mendidik.

Mahasiswa magang, kata Victor, lebih diarahkan untuk membersihkan cafe maupun disuruh bawa galon dan sebagainya. “Kita magang di kampus ini juga terkesan dipaksakan dan tidak mendidik, dan dalam hal ini kita tidak memiliki hak untuk menuntut yang lebih baik lagi,” ucapnya.

Sebelumnya, mahasiswa juga merasa kecewa saat surat untuk audiensi tak pernah mendapatkan respons positif dari pihak dekanat kampus.

Para mahasiswa menganggap langkah aksi adalah sebuah solusi dalam mengapresiasikan kehendak dan kebenaran mahasiswa. Dalam kesempatan itu, mahasiswa juga menuntut kepada dekan untuk lebih proaktif kepada elemen mahasiswa dalam membuat sebuah kebijakan.

“Kita minta agar dekan nantinya mau menandatangani seluruh poin tuntutan mahasiswa. Jika ini dilanggar atau ditolak, maka dekan harus siap mundur,” tegasnya.

Dekan FE USU Jhon Tafbu Ritonga yang hadir di tengah kerumanan mahasiswa yang melakukan aksi, mengaku telah mendapatkan surat dari aliansi mahasiswa untuk melakukan audiensi.

Namun Jhon Tafbu tidak menyangka sebelumnya, jika mahasiswa tetap melakukan aksi. “Saya harap mahasiswa bisa bersabar untuk beraudienasi pada esok hari (hari ini, Red) pada pukul 09.30 WIB. Besok kita diskusikan dan rumuskan tentang apa yang akan menjadi keinginan mahasiswa,” ujarnya.

Pantauan di lokasi aksi, selain menyampaikan orasinya, mahasiswa juga sempat melakukan bakar ban di depan fakultas. Para mahasiswa juga berjanji tetap melakukan aksi serupa esok hari jika dekan tidak segera merespon tuntutan mereka. Aksi mahasiswa berakhir tak lama setelah dekan FE USU berjanji akan mengadakan audiensi. (uma)

MEDAN- Ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU) melakukan aksi damai di seputaran kampus mereka, Selasa (20/12) siang. Dalam orasinya, sejumlah mahasiswa menuntut beberapa poin kesepakatan yang harus di tandatangani Dekan FE USU, Jhon Tafbu Ritonga. Jika tuntutan tersebut ditolak, maka mereka mendesak agar Dekan FE USU mundur.

Poin-poin tuntutan yang diajukan mahasiswa di antaranya, perbaikan sistem Kartu Rancana Studi (KRS), magang D3 yang dianggap kurang edukatif dan surat menyurat yang dikenakan bayaran, serta adanya miskomunikasi di dalam birokrasi kampus serta pengelolaan fasilitas kampus.

Mahasiswa menganggap, selama ini mereka tidak memiliki hak mengeluarkan aspirasi dan lebih kepada kebijakan dekan yang harus diikuti.

“Seperti mengenai aturan menggunakan baju hitam putih saat ujian, dan tidak membawa beberapa persyaratan ujian, dalam hal ini setiap mahasiswa harus membayar denda. Inikan seharusnya bisa dibicarakan untuk mencari solusi,” ungkap Victor Lumbanraja, selaku pimpinan aksi, sekaligus Gubernur Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FE USU.
Mahasiswa juga menilai magang untuk jurusan D3 di kampus tidak memperlihatkan hal yang mendidik.

Mahasiswa magang, kata Victor, lebih diarahkan untuk membersihkan cafe maupun disuruh bawa galon dan sebagainya. “Kita magang di kampus ini juga terkesan dipaksakan dan tidak mendidik, dan dalam hal ini kita tidak memiliki hak untuk menuntut yang lebih baik lagi,” ucapnya.

Sebelumnya, mahasiswa juga merasa kecewa saat surat untuk audiensi tak pernah mendapatkan respons positif dari pihak dekanat kampus.

Para mahasiswa menganggap langkah aksi adalah sebuah solusi dalam mengapresiasikan kehendak dan kebenaran mahasiswa. Dalam kesempatan itu, mahasiswa juga menuntut kepada dekan untuk lebih proaktif kepada elemen mahasiswa dalam membuat sebuah kebijakan.

“Kita minta agar dekan nantinya mau menandatangani seluruh poin tuntutan mahasiswa. Jika ini dilanggar atau ditolak, maka dekan harus siap mundur,” tegasnya.

Dekan FE USU Jhon Tafbu Ritonga yang hadir di tengah kerumanan mahasiswa yang melakukan aksi, mengaku telah mendapatkan surat dari aliansi mahasiswa untuk melakukan audiensi.

Namun Jhon Tafbu tidak menyangka sebelumnya, jika mahasiswa tetap melakukan aksi. “Saya harap mahasiswa bisa bersabar untuk beraudienasi pada esok hari (hari ini, Red) pada pukul 09.30 WIB. Besok kita diskusikan dan rumuskan tentang apa yang akan menjadi keinginan mahasiswa,” ujarnya.

Pantauan di lokasi aksi, selain menyampaikan orasinya, mahasiswa juga sempat melakukan bakar ban di depan fakultas. Para mahasiswa juga berjanji tetap melakukan aksi serupa esok hari jika dekan tidak segera merespon tuntutan mereka. Aksi mahasiswa berakhir tak lama setelah dekan FE USU berjanji akan mengadakan audiensi. (uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/