26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

5 Daerah Zona Merah, Zona Hijau Nihil

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Zona merah atau risiko tinggi penyebaran Covid-19 di wilayah Sumatera Utara (Sumut) meningkat signifikan. Sebelumnya zona merah di Sumut nihil, kini menjadi lima daerah. Kelima daerah tersebut yaitu Kota Medan, Deliserdang, Karo, Dairi, dan Padangsidimpuan. Sedangkan zona hijau di Sumut nihil.

STATUS zonasi penyebaran Covid-19 ini, berdasarkan hasil pembobotan skor dan zonasi risiko daerah seluruh Indonesia yang disampaikan pada website https://covid19.go.id/peta-risiko. Data tersebut diperbaharui per 18 Juli. Peta zonasi risiko daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan. Indikator yang digunakan adalah epidemiologi yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya.

Kemudian, indikator surveilans kesehatan masyarakat, seperti jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama 2 minggu terakhir. Selanjutnya, indikator pelayanan kesehatan, yakni jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat.

Dari zonasi tersebut, di Sumut tercatat juga 25 daerah zona oranye (risiko sedang). Antara lain, Pakpak Bharat, Samosir, Tanjungbalai, Tebingtinggi, Tapanuli Tengah, Nias, Toba, Padang Lawas Utara, Labuhanbatu Selatan, Sibolga, Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Gunungsitoli, Tapanuli Selatan, Simalungun, Humbang Hasundutan, Labuhanbatu Utara, Nias Utara, Binjai, Tapanuli Utara, Langkat, Asahan, dan Pematangsiantar. Kemudian, 3 wilayah zona kuning (risiko rendah) yakni Nias Barat, Mandailing Natal, dan Nias Selatan. Sedangkan zona hijau (tidak ada kasus) tidak ada.

Berdasarkan data dari https://infosumut.id/update-covid-19-sumut pada 20 Juli tercatat, di Medan terdapat 22.349 positif Covid-19, 18.180 sembuh, dan 614 meninggal. Kemudian, Deli Serdang 7.326 positif, 5.737 sembuh, dan 212 meninggal. Selanjutnya, Karo 1.190 positif, 877 sembuh, dan 34 meninggal. Berikutnya, Dairi 869 positif, 564 sembuh, dan 45 meninggal. Terakhir, Padangsidimpuan 614 positif, 344 sembuh, dan 27 meninggal.

Sementara, data laporan harian milik Kemenkes RI yang disampaikan oleh BNPB menyebutkan, angka terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 951 kasus baru, setelah pada hari sebelumnya diperoleh penambahan 903 orang. Dengan penambahan tersebut, maka akumulasi positif Covid-19 Sumut naik dari 46.049 menjadi 47.000 orang. Selain itu, Sumut juga mencatatkan sebagai daerah penyumbang kesembilan terbanyak dari total 33.772 kasus nasional.

Untuk angka kesembuhan, Sumut bertambah sebanyak 200 orang, sehingga akumulasi naik dari 35.752 menjadi 35.952 orang. Dari jumlah itu, maka Sumut menjadi daerah penyumbang terbanyak ke-20 dari total 32.887 kasus sembuh di Indonesia. Sedangkan untuk kasus kematian, menyumbangkan 4 kasus, sehingga totalnya naik dari 1.346 menjadi 1.350 orang dan menjadi penyumbang ke-20 bersama tiga Provinsi lainnya dari total 1.383 kasus baru kematian di tanah air. Dengan demikian, melalui data tersebut maka kasus aktif Covid-19 di Sumut kembali melonjak dari 8.951 orang menjadi 9.698 orang.

Terpisah, Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengakui angka penularan Covid-19 di Sumut masih meningkat. Karena itu, pihaknya akan mengevaluasi kebijakan PPKM Darurat. “Kita akan evaluasi lagi (PPKM Darurat), karena kebijakan ini menyangkut 33 kabupaten/kota. Artinya, tidak semua wilayah di Sumut sama,” kata Musa Rajekshah yang akrab dipanggil Ijeck saat diwawancarai di rumah dinas.

Diakui Ijeck, PPKM Darurat memang masih menjadi dilema di masyarakat. “Dilema juga, di satu sisi ada masyarakat yang berpenghasilan harian. Dia bekerja hari ini, untuk makan hari ini. Sisi lain, ada juga berpikiran kesehatan ini penting dimana tidak mau terpapar Covid-19 karena jika banyak terpapar maka akan menambah kesusahan masyarakat,” ujarnya.

Menurut dia, penerapan PPKM Darurat nantinya diganti dengan istilah ‘PPKM Level 1-4’. “Tidak ada lagi istilah darurat tetapi level, mudah-mudahan tidak ada daerah yang level 4. Selain itu, mudah-mudahan juga tidak lagi membatasi seluruh kegiatan masyarakat,” ujarnya.

Ijeck menambahkan, masyarakat harus memahami bahwa pandemi Covid-19 masih ada dan malah lebih mudah menyebar penularannya dengan varian virus yang baru. Karena itu, mau tidak mau masyarakat harus patuh terhadap protokol kesehatan, terkhusus menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. “Di samping itu, harus mengikuti vaksinasi karena hal ini sangat berdampak baik dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Apabila tertular virus tersebut, maka dampak yang dialami tidak terlalu parah. Namun, jika belum divaksin maka kemungkinan bisa parah,” pungkasnya.

Minta Tambahan 2 Juta Dosis

Sementara itu, Pemprov Sumut sudah menyurati Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk meminta tambahan 2 (dua) juta dosis vaksin Covid-19 ke wilayah ini. Sebab saat ini, ketersediaan vaksin tersebut sudah sangat menipis dan membuat masyarakat menjadi resah. “Ya, gubernur kita telah menyurati Menteri Kesehatan untuk meminta 2 juta dosis (vaksin) dikirim ke Sumut. Dan sekarang lagi diproses,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Aris Yudhariansyah menjawab wartawan, Rabu (21/7).

Pihaknya berharap vaksin Covid-19 tersebut segera didistribusikan lagi ke Sumut. Mengingat dari target 11 juta warga yang harus tervaksinasi di Sumut, baru terealisasi sekitar 16%. Itu pun masih vaksin tahap pertama. Sedangkan yang sudah vaksin tahap kedua, baru sekitar 5%.

Kondisi ini mengakibatkan vaksinasi bagi masyarakat tidak bisa maksimal dilakukan.

Sejatinya target vaksinasi sebanyak 120.000 per hari. Namun realisasinya rendah karena minimnya ketersediaan vaksin. Adapun ketersediaan vaksin di Sumut tergantung dari kiriman pemerintah pusat. “Distribusi vaksin dari Jakarta ke Sumut sangat minim sekali,” kata mantan Kadis Kesehatan Asahan itu.

Karena minimnya stok, sehingga harus dipilah-pilah daerah-daerah yang menjadi prioritas pelaksanaan vaksinasi. Misalnya Kota Medan yang melaksanakan PPKM Darurat, diikuti daerah lainnya di level 3. “Kita baru kemarin dapat kiriman vaksin sekitar 12.000 vial, yang peruntukannya dibagi kepada TNI, Polri dan Dinas Kesehatan,” pungkasnya. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Zona merah atau risiko tinggi penyebaran Covid-19 di wilayah Sumatera Utara (Sumut) meningkat signifikan. Sebelumnya zona merah di Sumut nihil, kini menjadi lima daerah. Kelima daerah tersebut yaitu Kota Medan, Deliserdang, Karo, Dairi, dan Padangsidimpuan. Sedangkan zona hijau di Sumut nihil.

STATUS zonasi penyebaran Covid-19 ini, berdasarkan hasil pembobotan skor dan zonasi risiko daerah seluruh Indonesia yang disampaikan pada website https://covid19.go.id/peta-risiko. Data tersebut diperbaharui per 18 Juli. Peta zonasi risiko daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan. Indikator yang digunakan adalah epidemiologi yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya.

Kemudian, indikator surveilans kesehatan masyarakat, seperti jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama 2 minggu terakhir. Selanjutnya, indikator pelayanan kesehatan, yakni jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat.

Dari zonasi tersebut, di Sumut tercatat juga 25 daerah zona oranye (risiko sedang). Antara lain, Pakpak Bharat, Samosir, Tanjungbalai, Tebingtinggi, Tapanuli Tengah, Nias, Toba, Padang Lawas Utara, Labuhanbatu Selatan, Sibolga, Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Gunungsitoli, Tapanuli Selatan, Simalungun, Humbang Hasundutan, Labuhanbatu Utara, Nias Utara, Binjai, Tapanuli Utara, Langkat, Asahan, dan Pematangsiantar. Kemudian, 3 wilayah zona kuning (risiko rendah) yakni Nias Barat, Mandailing Natal, dan Nias Selatan. Sedangkan zona hijau (tidak ada kasus) tidak ada.

Berdasarkan data dari https://infosumut.id/update-covid-19-sumut pada 20 Juli tercatat, di Medan terdapat 22.349 positif Covid-19, 18.180 sembuh, dan 614 meninggal. Kemudian, Deli Serdang 7.326 positif, 5.737 sembuh, dan 212 meninggal. Selanjutnya, Karo 1.190 positif, 877 sembuh, dan 34 meninggal. Berikutnya, Dairi 869 positif, 564 sembuh, dan 45 meninggal. Terakhir, Padangsidimpuan 614 positif, 344 sembuh, dan 27 meninggal.

Sementara, data laporan harian milik Kemenkes RI yang disampaikan oleh BNPB menyebutkan, angka terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 951 kasus baru, setelah pada hari sebelumnya diperoleh penambahan 903 orang. Dengan penambahan tersebut, maka akumulasi positif Covid-19 Sumut naik dari 46.049 menjadi 47.000 orang. Selain itu, Sumut juga mencatatkan sebagai daerah penyumbang kesembilan terbanyak dari total 33.772 kasus nasional.

Untuk angka kesembuhan, Sumut bertambah sebanyak 200 orang, sehingga akumulasi naik dari 35.752 menjadi 35.952 orang. Dari jumlah itu, maka Sumut menjadi daerah penyumbang terbanyak ke-20 dari total 32.887 kasus sembuh di Indonesia. Sedangkan untuk kasus kematian, menyumbangkan 4 kasus, sehingga totalnya naik dari 1.346 menjadi 1.350 orang dan menjadi penyumbang ke-20 bersama tiga Provinsi lainnya dari total 1.383 kasus baru kematian di tanah air. Dengan demikian, melalui data tersebut maka kasus aktif Covid-19 di Sumut kembali melonjak dari 8.951 orang menjadi 9.698 orang.

Terpisah, Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengakui angka penularan Covid-19 di Sumut masih meningkat. Karena itu, pihaknya akan mengevaluasi kebijakan PPKM Darurat. “Kita akan evaluasi lagi (PPKM Darurat), karena kebijakan ini menyangkut 33 kabupaten/kota. Artinya, tidak semua wilayah di Sumut sama,” kata Musa Rajekshah yang akrab dipanggil Ijeck saat diwawancarai di rumah dinas.

Diakui Ijeck, PPKM Darurat memang masih menjadi dilema di masyarakat. “Dilema juga, di satu sisi ada masyarakat yang berpenghasilan harian. Dia bekerja hari ini, untuk makan hari ini. Sisi lain, ada juga berpikiran kesehatan ini penting dimana tidak mau terpapar Covid-19 karena jika banyak terpapar maka akan menambah kesusahan masyarakat,” ujarnya.

Menurut dia, penerapan PPKM Darurat nantinya diganti dengan istilah ‘PPKM Level 1-4’. “Tidak ada lagi istilah darurat tetapi level, mudah-mudahan tidak ada daerah yang level 4. Selain itu, mudah-mudahan juga tidak lagi membatasi seluruh kegiatan masyarakat,” ujarnya.

Ijeck menambahkan, masyarakat harus memahami bahwa pandemi Covid-19 masih ada dan malah lebih mudah menyebar penularannya dengan varian virus yang baru. Karena itu, mau tidak mau masyarakat harus patuh terhadap protokol kesehatan, terkhusus menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. “Di samping itu, harus mengikuti vaksinasi karena hal ini sangat berdampak baik dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Apabila tertular virus tersebut, maka dampak yang dialami tidak terlalu parah. Namun, jika belum divaksin maka kemungkinan bisa parah,” pungkasnya.

Minta Tambahan 2 Juta Dosis

Sementara itu, Pemprov Sumut sudah menyurati Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk meminta tambahan 2 (dua) juta dosis vaksin Covid-19 ke wilayah ini. Sebab saat ini, ketersediaan vaksin tersebut sudah sangat menipis dan membuat masyarakat menjadi resah. “Ya, gubernur kita telah menyurati Menteri Kesehatan untuk meminta 2 juta dosis (vaksin) dikirim ke Sumut. Dan sekarang lagi diproses,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Aris Yudhariansyah menjawab wartawan, Rabu (21/7).

Pihaknya berharap vaksin Covid-19 tersebut segera didistribusikan lagi ke Sumut. Mengingat dari target 11 juta warga yang harus tervaksinasi di Sumut, baru terealisasi sekitar 16%. Itu pun masih vaksin tahap pertama. Sedangkan yang sudah vaksin tahap kedua, baru sekitar 5%.

Kondisi ini mengakibatkan vaksinasi bagi masyarakat tidak bisa maksimal dilakukan.

Sejatinya target vaksinasi sebanyak 120.000 per hari. Namun realisasinya rendah karena minimnya ketersediaan vaksin. Adapun ketersediaan vaksin di Sumut tergantung dari kiriman pemerintah pusat. “Distribusi vaksin dari Jakarta ke Sumut sangat minim sekali,” kata mantan Kadis Kesehatan Asahan itu.

Karena minimnya stok, sehingga harus dipilah-pilah daerah-daerah yang menjadi prioritas pelaksanaan vaksinasi. Misalnya Kota Medan yang melaksanakan PPKM Darurat, diikuti daerah lainnya di level 3. “Kita baru kemarin dapat kiriman vaksin sekitar 12.000 vial, yang peruntukannya dibagi kepada TNI, Polri dan Dinas Kesehatan,” pungkasnya. (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/