MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sehari lagi, tenggat evaluasi PPKM level 4 akan berakhir. Namun hingga kemarin (23/7), angka kasus baru positif Covid-19 di Sumut masih terus melonjak. Bahkan, kasus harian mencatatkan rekor baru. Tercatat penambahan kasus baru tembus 1.521 orang, Ini menjadi rekor baru, karena belum pernah kasus harian sebanyak itu. Jumlah kasus harian terbanyak yang pernah tercatat di Sumut pada kisaran 1.200-an, beberapa hari belakangan ini.
Rekor terbaru kasus harian covid di Sumut tersebut, dilihat dari akun twitter BNPB Indonesia, dalam update laporan harian media covid per 23 Juli 2021 hingga pukul 12.00 WIB, yang diposting per tanggal 23 Juli 2021. Dalam update laporan harian media covid-19 itu, juga tercatat jumlah total kasus Covid di Sumut menjadi 49.756 dari hari sebelumnya, sebanyak 48.235.
Kemudian total jumlah kasus sembuh meningkat menjadi 36.673. Pertambahan jumlah kasus sembuh itu dicatatkan setelah pada 23 Juli bertambah 398 kasus yang sembuh. Sayangnya, kasus meniggal karena covid di Sumut masih terjadi, yakni bertambah 3 orang. Sehingga total yang meninggal dunia sampai 23 Juli itu menjadi 1.356 dari sehari sebelumnya 1.353.
Secara nasional, total kasus terkonfirmasi positif Covid menjadi sebanyak 3.082.410 setelah pada 23 Juli bertambah kasus sebanyak 49.071. Pada Kamis 22 Juli, jumlahnya sebanyak 3.033.339. Kemudian jumlah sembuh sebanyak 2.431.911 setelah terjadi pertambahan sebanyak 38.988. Dan meninggal dunia bertambah 1.566 dan totalnya menjadi 80.598. Lalu jumlah kasus covid aktif secara nasional sebanyak 569. 901 atau bertambah 8.517. Spesimen yang diperiksa sebanyak 274.276.
Menyikapi lonjakan kasus baru Covid-19 di Sumut, Plt Kadis Kesehatan Sumut, Aris Yudhariansyah mengatakan, hal itu masih wajar. Menurutnya, peningkatan jumlah kasus baru di Sumut terjadi karena tracing dan testing yang dilakukan terus ditingkatkan. Dalam sehari, testing yang dilakukan mencapai angka hampir 4.000-5.000 sampel.
Dengan begitu, otomatis hasil positif yang didapat tentu banyak. “Jumlah testing kita meningkat, sehingga hasil yang didapat banyak. Tapi, ini justru memperbaiki positivity rate kita dan menguntungkan,” kata Aris saat ditemui di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jumat (23/7).
Meski terjadi peningkatan kasus positif corona, Aris mengaku, situasi di Sumut masih terkendali. Indikasinya, bisa dilihat dari Bed Occupancy Rate (BOR) isolasi dan ICU pasien Covid-19 sekitar 60 persen. Artinya, ketersediaan tempat tidur pasien corona di rumah sakit masih tersedia dan aman. Selain itu, stok tabung oksigen medis juga aman. “Kondisi kita enggak gawatlah. Masih wajar (kasus baru positif meningkat), karena banyak yang ditesting tentu hasil yang didapat banyak,” tandasnya.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sumut dr Nelly Fitriani menyebutkan, BOR isolasi dan ICU pasien Covid-19 tercatat mencapai 61,21 persen. Dengan rincian, sebanyak 5.117 tempat tidur tersedia dan 3.132 terpakai. Angka ini berdasarkan data yang dilaporkan rumah sakit secara online pada 22 Juli 2021. “Berdasarkan data isian tempat tidur Covid-19 dari rumah sakit yang melapor, untuk ICU sebesar 53,66 pesen (382 tersedia, 205 terpakai) dan isolasi 61,78 persen (4.735 tersedia, 2.927 terpakai). Jadi, kalau digabung BOR ICU dan isolasi menjadi 61,21 persen,” kata Nelly.
Disebutkan Nelly, untuk Kota Medan, tempat tidur isolasi dan ICU Covid-19 mencapai 68,56 persen dengan jumlah 2.554 tersedia dan 1.751 terpakai. “Tempat tidur isolasi mencapai 69,01 persen, dengan jumlah 2.314 tersedia dan 1.597 terpakai. Sedangkan ICU 64,17 persen, dengan jumlah 240 tersedia dan 154 terpakai. Dengan demikian, jika digabung maka totalnya 68,56 persen,” sebutnya.
Selanjutnya Deliserdang, tempat tidur isolasi dan ICU Covid-19 mencapai 65,30 persen dengan jumlah 657 tersedia dan 429 terpakai. Rinciannya, tempat tidur isolasi mencapai 610 tersedia dan 399 terpakai (65,41 persen). Sedangkan ICU sebanyak 47 tersedia dan 30 terpakai (63,83 persen).
Sebelumnya, Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, PPKM darurat akan dibuka bertahap jika ada penurunan kasus selama enam hari ke depan. Dalam seminggu terakhir, secara nasional, kasus positif menurun dari 56.757 kasus pada 15 Juli menjadi 33.772 pada 21 Juli. Sementara itu, kesembuhan selama tujuh hari meningkat 70 persen. Kasus aktif juga menurun selama tiga hari terakhir dengan BOR harian di tingkat nasional yang konsisten menurun seminggu terakhir. Yakni, dari 76,26 persen menjadi 72,82 persen. “Perkembangan ini patut diapresiasi,” ucapnya.
Meski demikian, jumlah testing belum meningkat. Pemerintah menargetkan 300 ribu orang dites setiap hari agar PPKM bisa dilonggarkan. Namun, sampai kemarin, jumlah tes per hari hanya berkisar 100 ribu–150 ribu. Bahkan, jumlah testing empat hari terakhir turun signifikan. Wiku menyebutkan, infeksi varian Delta yang sudah menembus 600 kasus memberikan tekanan pada kapasitas testing Indonesia. “Perlu dikejar untuk meningkat kembali. Semakin tinggi testing, semakin banyak kasus yang bisa dideteksi dan ditangani sejak dini,” terangnya.
Hal lain yang belum menunjukkan tren perbaikan adalah kasus kematian. Angkanya cenderung meningkat seminggu terakhir. Enam hari berturut-turut, angka kematian di Indonesia mencapai 1.000 kasus. “Ini tidak bisa ditoleransi karena bukan sekadar angka. Ada keluarga, kerabat, kolega, dan orang-orang tercinta yang meninggalkan kita. Kasus positif yang turun dan kesembuhan yang meningkat harus diiringi tingkat kematian yang rendah,” tegas Wiku.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama menuturkan, agar bisa mencapai kondisi di mana PPKM dilonggarkan, pemerintah hanya perlu konsisten menjalankan standar-standar yang sudah ditetapkan. Selain memastikan PPKM level 4 sesuai aturan hingga 25 Juli, pemerintah perlu menganalisis positivity rate, jumlah kematian, jumlah kasus baru dibanding awal PPKM darurat 3 Juli, BOR, angka perawatan di IGD RS, dan tren tenaga kesehatan yang tertular.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan juga telah meminta para kepala daerah dalam wilayah PPKM darurat se-Jawa dan Bali untuk mengevaluasi kembali penyebab kematian yang tinggi. “Pelaksanaan testing, tracing, dan treatment ini agar segera bisa kita eksekusi. Saya kira ini bisa berjalan lebih masif, terutama sebagai mitigasi kemungkinan lonjakan setelah Idul Adha selama dua minggu ke depan,” ucap Luhut.
Luhut menyatakan, presiden meminta pelaporan data dari daerah diperbaiki. Pemda diminta memperluas cakupan data pada pasien meninggal. Meliputi komorbid maupun status vaksinasi. “Kalau boleh, semua teman-teman gubernur dan bupati/wali kota melakukan pendataan. Saya berharap ini nanti bisa disampaikan,” tambahnya.
Dia menegaskan, pemerintah harus berfokus untuk menurunkan tingkat kematian yang telah mencapai lebih dari seribu orang. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan menyebutkan, varian Delta memiliki tingkat persebaran yang cepat. “Sembuhnya lebih cepat, namun wafatnya pun jadi lebih cepat. Karena itu, saya meminta teman-teman di rumah sakit untuk segera menyusun tata laksana perawatan Covid-19 yang baru,” ucap Budi.
Mengenai langkah intervensi, Menkes Budi meminta fasilitas kesehatan di daerah dapat menyediakan data. Di antaranya, pasien meninggal sudah divaksin lengkap atau belum, perbandingan jumlah pasien komorbid data pasien meninggal pada tahap badai sitokin atau sebelum, dan sebelum meninggal sudah mendapatkan bantuan oksigen atau belum. (ris/jpg)