29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Survey Gabah Kering Giling di Sumut, Harga Tertinggi dan Terendah dari Simalungun

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) melalui Survei Harga Produsen Gabah di tingkat petani, pada Oktober 2021 mencatat Gabah Kering Giling (GKG) dengan harga tertinggi berasal dari Kabupaten Simalungun.

KERING: Petani saat menunjukkan gabah kering usai panen raya beberapa waktu yang lalu.

“Di tingkat petani, harga tertinggi senilai Rp. 6.100 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Cantik Manis di Kabupaten Simalungun,” ucap Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, Rabu (10/11).

Syech mengatakan untuk harga terendah senilai Rp. 4.200 per kg berasal dari Gabah Kualitas Rendah varietas Ciherang, Inpari 16, dan Inpari 32 di kabupaten Simalungun.

“Di tingkat penggilingan pada Oktober 2021, harga tertinggi senilai Rp. 6.150 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Cantik Manis di Kabupaten Simalungun,” sebut Syech.

Sedangkan, harga terendah senilai Rp. 4.250 per kg berasal dari Gabah Kualitas Rendah varietas Ciherang, Inpari 16, dan Inpari 32 di kabupaten Simalungun.

BPS Provinsi Sumatera Utara melalui Survei Harga Produsen Gabah, pada Oktober 2021 berhasil mencatat 93 observasi transaksi penjualan gabah di 13 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 40 observasi (43,01%).

“Diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 27 observasi (29,03%), dan Gabah Kualitas Rendah sebanyak 26 observasi (27,96%),” ucap Syech.

Pada Oktober 2021, ia menjelaskan pengumpulan hasil observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dicatat di Sumatera Utara terbanyak berasal dari Kabupaten Simalungun sebanyak 18 observasi (19,35%).

Kemudian, disusul Kabupaten Batu Bara, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Toba masing-masing sebanyak 10 observasi (10,75%), Kabupaten Asahan dan Mandailing Natal masing-masing sebanyak 6 observasi (6,45%), Kabupaten Labuhanbatu Utara, Langkat dan Tapanuli Selatan masing-masing sebanyak 5 observasi (5,38%).

“Selanjutnya, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Tapanuli Utara masing-masing sebanyak 3 observasi (3,23%), dan Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 2 observasi (2,15%),” pungkasnya. (gus/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) melalui Survei Harga Produsen Gabah di tingkat petani, pada Oktober 2021 mencatat Gabah Kering Giling (GKG) dengan harga tertinggi berasal dari Kabupaten Simalungun.

KERING: Petani saat menunjukkan gabah kering usai panen raya beberapa waktu yang lalu.

“Di tingkat petani, harga tertinggi senilai Rp. 6.100 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Cantik Manis di Kabupaten Simalungun,” ucap Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, Rabu (10/11).

Syech mengatakan untuk harga terendah senilai Rp. 4.200 per kg berasal dari Gabah Kualitas Rendah varietas Ciherang, Inpari 16, dan Inpari 32 di kabupaten Simalungun.

“Di tingkat penggilingan pada Oktober 2021, harga tertinggi senilai Rp. 6.150 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Cantik Manis di Kabupaten Simalungun,” sebut Syech.

Sedangkan, harga terendah senilai Rp. 4.250 per kg berasal dari Gabah Kualitas Rendah varietas Ciherang, Inpari 16, dan Inpari 32 di kabupaten Simalungun.

BPS Provinsi Sumatera Utara melalui Survei Harga Produsen Gabah, pada Oktober 2021 berhasil mencatat 93 observasi transaksi penjualan gabah di 13 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 40 observasi (43,01%).

“Diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 27 observasi (29,03%), dan Gabah Kualitas Rendah sebanyak 26 observasi (27,96%),” ucap Syech.

Pada Oktober 2021, ia menjelaskan pengumpulan hasil observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dicatat di Sumatera Utara terbanyak berasal dari Kabupaten Simalungun sebanyak 18 observasi (19,35%).

Kemudian, disusul Kabupaten Batu Bara, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Toba masing-masing sebanyak 10 observasi (10,75%), Kabupaten Asahan dan Mandailing Natal masing-masing sebanyak 6 observasi (6,45%), Kabupaten Labuhanbatu Utara, Langkat dan Tapanuli Selatan masing-masing sebanyak 5 observasi (5,38%).

“Selanjutnya, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Tapanuli Utara masing-masing sebanyak 3 observasi (3,23%), dan Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 2 observasi (2,15%),” pungkasnya. (gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/