28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Menteri BUMN Ajak Petani Karo Gabung Program Makmur, Begini Manfaatnya

KARO, SUMUTPOS – Agustus 2021 lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meluncurkan program Makmur. Ia terus meluaskan penerapan program Makmur yang memberikan banyak manfaat pada petani. Melalui Staf Khusus III, Arya Sinulingga, Erick menyosialisasikan program yang memiliki makna Mari Kita Majukan Usaha Rakyat kepada petani yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut).

Arya mengatakan, program Makmur bisa dimanfaatkan oleh para masyarakat Kabupaten Karo, yang sekitar 75% merupakan seorang petani. “Tanah Karo ini kan 75% nya petani. Saya sudah keliling ke 11 titik Makmur dan ternyata Karo belum masuk program Makmur,” demikian ungkap Arya.

Arya mengatakan bahwa program Makmur merupakan salah satu upaya dan solusi yang diberikan pemerintah kepada petani tanah air untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha tani. Makmur menjadi solusi bagi petani lantaran program ini merupakan ekosistem yang menghubungkan petani dengan segala bentuk kebutuhan pertanian, mulai dari project leader, pihak asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah.

“Program Makmur ini bisa bantu petani Karo untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Terbukti kita di Karawang peningkatan produktivitasnya mencapai 30%,” kata Arya.

Selain itu, dikatakan Arya bahwa Program Makmur mampu menjawab tantangan yang selama ini dihadapi oleh para petani. Adapun keluhan yang sering didapatkan para petani adalah mengenai ketersediaan pupuk. Melalui program Makmur ini, Arya memastikan kebutuhan pupuk petani akan lebih terjamin, apalagi pupuk yang dimanfaatkan merupakan non subsidi atau komersil.

Program Makmur ditawarkan untuk dilaksanakan di atas lahan seluas 200 hektar untuk komoditas jagung di Kabupaten Karo, Sumut. Acara sosialisasi ini juga dihadiri oleh petani hortikultura, petani serewangi, petani jagung, petani kopi, dan petani binaan Bank BRI.

Arya meminta kepada BUMN yang terlibat dalam program Makmur khususnya Pupuk Indonesia untuk menindaklanjuti dari acara sosialisasi ini. Dia pun berharap para petani di Kabupaten Karo dapat bergabung dalam program Makmur yang telah diluncurkan Menteri BUMN Erick Thohir pada Agustus 2021.

“Selanjutnya setelah pertemuan ini, langsung saja Pupuk Indonesia bersama dengan ID Food, BRI, Jasindo untuk follow up. Ada petani yang tadi minta untuk uji tanah dan petani yang kesulitan pendanaan. Supaya makin banyak lagi petani yang terbantu dengan program Makmur,” ungkapnya.

Hingga Maret 2022, program Makmur telah dilaksanakan di atas lahan seluas 92.884 hektar dan diikuti oleh 37.818 orang petani yang tersebar di beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara.

Dari lahan seluas 92.884 hektar ini, terdiri dari beberapa komoditas seperti padi di lahan seluas 18.212 hektar dan diikuti oleh 15.625 petani. Sawit di lahan seluas 47.102 hektar dan diikuti 10.643 petani. Tebu di lahan seluas 17.721 hektar dan diikuti oleh 5.753 petani.

Selanjutnya, komoditas jagung di lahan seluas 7.596 hektar dan diikuti oleh 2.932 petani. Hortikultura di lahan seluas 1.955 hektare dan diikuti oleh 2.589 petani. Perkebunan Rakyat di lahan seluas 298 hektare dan diikuti 276 petani. (Rel)

KARO, SUMUTPOS – Agustus 2021 lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meluncurkan program Makmur. Ia terus meluaskan penerapan program Makmur yang memberikan banyak manfaat pada petani. Melalui Staf Khusus III, Arya Sinulingga, Erick menyosialisasikan program yang memiliki makna Mari Kita Majukan Usaha Rakyat kepada petani yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut).

Arya mengatakan, program Makmur bisa dimanfaatkan oleh para masyarakat Kabupaten Karo, yang sekitar 75% merupakan seorang petani. “Tanah Karo ini kan 75% nya petani. Saya sudah keliling ke 11 titik Makmur dan ternyata Karo belum masuk program Makmur,” demikian ungkap Arya.

Arya mengatakan bahwa program Makmur merupakan salah satu upaya dan solusi yang diberikan pemerintah kepada petani tanah air untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha tani. Makmur menjadi solusi bagi petani lantaran program ini merupakan ekosistem yang menghubungkan petani dengan segala bentuk kebutuhan pertanian, mulai dari project leader, pihak asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah.

“Program Makmur ini bisa bantu petani Karo untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Terbukti kita di Karawang peningkatan produktivitasnya mencapai 30%,” kata Arya.

Selain itu, dikatakan Arya bahwa Program Makmur mampu menjawab tantangan yang selama ini dihadapi oleh para petani. Adapun keluhan yang sering didapatkan para petani adalah mengenai ketersediaan pupuk. Melalui program Makmur ini, Arya memastikan kebutuhan pupuk petani akan lebih terjamin, apalagi pupuk yang dimanfaatkan merupakan non subsidi atau komersil.

Program Makmur ditawarkan untuk dilaksanakan di atas lahan seluas 200 hektar untuk komoditas jagung di Kabupaten Karo, Sumut. Acara sosialisasi ini juga dihadiri oleh petani hortikultura, petani serewangi, petani jagung, petani kopi, dan petani binaan Bank BRI.

Arya meminta kepada BUMN yang terlibat dalam program Makmur khususnya Pupuk Indonesia untuk menindaklanjuti dari acara sosialisasi ini. Dia pun berharap para petani di Kabupaten Karo dapat bergabung dalam program Makmur yang telah diluncurkan Menteri BUMN Erick Thohir pada Agustus 2021.

“Selanjutnya setelah pertemuan ini, langsung saja Pupuk Indonesia bersama dengan ID Food, BRI, Jasindo untuk follow up. Ada petani yang tadi minta untuk uji tanah dan petani yang kesulitan pendanaan. Supaya makin banyak lagi petani yang terbantu dengan program Makmur,” ungkapnya.

Hingga Maret 2022, program Makmur telah dilaksanakan di atas lahan seluas 92.884 hektar dan diikuti oleh 37.818 orang petani yang tersebar di beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara.

Dari lahan seluas 92.884 hektar ini, terdiri dari beberapa komoditas seperti padi di lahan seluas 18.212 hektar dan diikuti oleh 15.625 petani. Sawit di lahan seluas 47.102 hektar dan diikuti 10.643 petani. Tebu di lahan seluas 17.721 hektar dan diikuti oleh 5.753 petani.

Selanjutnya, komoditas jagung di lahan seluas 7.596 hektar dan diikuti oleh 2.932 petani. Hortikultura di lahan seluas 1.955 hektare dan diikuti oleh 2.589 petani. Perkebunan Rakyat di lahan seluas 298 hektare dan diikuti 276 petani. (Rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/