PARAPAT, SUMUTPOS.CO – Menjelang pelaksanaan Women 20 (W20) Summit yang digelar di kawasan Danau Toba, puluhan hektare hutan dan lahan di perbukitan danau terbesar di Asia Tenggara itu terbakar sejak Sabtu (16/7) siang pukul 14.00 WIB. Hingga Senin (18/7), kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Dusun Buntu Raha, Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) semakin meluas hingga ke arah Meat, Kabupaten Toba. Diperkirakan, lahan yang terbakar sudah mencapai 40 hektare lebih.
Mencegah karhutla terus meluas, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi telah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut untuk melakukan penanganan dengan cepat dan tepat. “Saya sudah arahkan dan sudah saya perintahkan segera untuk melakukan pemadaman itu, si Abdul Haris Lubis (Kepala BPBD Sumut),” kata Edy di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Medan, Senin (18/7).
Mantan Pangkostrad itu mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut sudah berkoordinasi dengan Kodam I Bukit Barisan untuk mengambil langkah cepat pemadaman kebakaran tersebut. “Segala peralatan yang diperlukan sudah disiapkan. Kalau tak mampu, kita sudah koordinasi dengan TNI, untuk mengerahkan personelnya,” tandas Edy.
Menurut Kadis Kehutanan Sumut, Herianto, luas lahan yang terbakar mencapai sekitar 40 hektare lebih. “Ini memang sekarang meluas. Kalau kita perkirakan, di atas 40 hektare yang sudah terbakar, karena lokasi kelompok tani itu luasnya kan sekitar 90 hektare,” kata Herianto kepada wartawan ketika dikonfirmasi lewat saluran telepon seluler, Senin (18/7).
Karena meluasnya lahan kebakaran, kata Herianto, pihaknya menambah petugas untuk upaya memadamkan kebakaran. “Sejak Minggu kemarin sudah kita turunkan,” sebutnya.
Sejauh ini, ujar Herianto, sudah ada 42 petugas kebakaran yang diterjunkan. Selain itu, Dishut Sumut juga berkoordinasi dengan BPBD Sumut dan Manggala Akni, bersama TNI dan Kepolisian dan Pemkab Taput. “Kami sudah turun itu dari KPH 13 itu ada 10 orang, dari KPH 4 itu ada 15 orang, dari dinas provinsi ada 5 orang, dari KPH 12 itu saya turunkan lagi ada 5 orang, dari KPH 2 itu juga ada 7, itulah pasukan kita di lapangan,” ujarnya.
Lebih lanjut Herianto mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, susah dipadamkan. Kadis Herianto mengatakan peralatan petugas pemadam yang terbatas ditambah kondisi medan yang berat, adalah alasan mengapa pemadaman susah dilakukan.
“Ini semakin mengkhawatirkan, dan hal ini terjadi kenapa? Medannya berat sekali, makanya kemarin kan ada yang meninggal karena mereka terjebak. Kita tidak punya peralatan yang benar-benar mumpuni,” jelas Herianto kepada wartawan lewat telepon seluler, Senin (18/7).
Menurut Herianto, pemadaman akan lebih efektif berjalan jika menggunakan peralatan yang canggih. “Artinya begini, itukan bisa jadi dipadamkan dengan bom air. Kita nggak punya helikopternya, itu butuh peralatan yang canggih,” ujar Herianto.
“Sementara kalau kita naik ke atas (bukit), itu kita harus pikirkan keselamatan, karena taulah daerah Muara, bukit-bukitnya terjal,” jelasnya lagi
Meski begitu, Herianto mengatakan, petugas pemadaman dari KPH Dinas Kehutanan Sumut bersama BPBD Sumut dan TNI serta Kepolisian, terus melakukan upaya. Paling tidak, lahan yang terbakar tidak semakin meluas lagi.
Skenario yang dilakukan adalah dengan membuat sekat-sekat, yakni membersihkan lahan pada titik-titik di bagian bawah perbukitan, sehingga menjadi pembatas api atau untuk menghindari menjalarnya api. “Peralatan kita sekarang ini mengendalikan di bawah saja, kita pakai sekat itu kan, kita kendalikan jangan sampai menjalar api,” terang Harianto.
“Karena kita kan juga harus hati-hati, itukan manual masih, kita nggak punya peralatan besar itu, mulai dari bawah Muara sampai ke Meat Toba (pembuatan sekat-sekat),” tambahnya.
Lebih lanjut disebutkan Herianto, informasi terbaru dari petugas di lapangan Senin siang, luas lahan yang sudah terbakar diperkirakan sudah mencapai 50 hektare. Petugas dari lapangan juga melaporkan potensi kobaran api semakin besar. Arah kobaran api ke Meat, Kabupaten Toba. “Saya perintahkan mereka untuk terus melakukan upaya pemadaman, terus melukan penyisiran, setiap spot asap dan bara disemprot sampai padam,” tegasnya.
Herianto menampik jika kebakaran hutan dan lahan itu karena unsur kesengajaan. “Oh nggaklah. Kalau di situ kan sudah intens kita, karena di situ kelompok tani hutan yang punya itu,” ujarnya.
Namun kebakaran itu lebih karena faktor cuaca panas yang ekstrim. “Penyebabnya, kan panasnya luar biasa. Gesekan api di lahan kering, itulah,” jelas Herianto.
Diketahui, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Dusun Buntu Raha, Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara, Sabtu (16/7) sekira siang pukul 14.00 WIB, menelan korban jiwa. Seorang warga, Natal Simare-mare alias Ama Lasker (50), dikabarkan meninggal dunia akibat Karhutal tersebut.
Kapolres Taput AKBP Johanson Sianturi, melalui Kasi Humas, Aiptu Walpon Barimbing menyampaikan, berdasarkan keterangan saksi yang dihimpun kepolisian, korban meninggal dunia, pertama kali terlihat oleh warga sudah berada di dalam kobaran api saat para warga berupaya memadamkan api yang semakin membara.
Saat itu, para saksi atas nama Natal Ompusunggu bersama Polin Rajagukguk (33), Lintong Aritonang (65), dan David Parlindungan Ompusunggu alias Amani Arta (32), sedang menaiki areal perbukitan untuk upaya pemadaman api. Dari jarak sekitar tiga meter, David melihat seseorang berada di dalam kobaran api setelah tergelincir dari depannya dengan posisi telentang kaki dan tangan terangkat ke atas.
Melihat hal itu, David berteriak dan memberitahukan kepada warga lain perihal tersebut kepada teman-temannya untuk berupaya melakukan pertolongan, namun tak kuasa mendekati posisi korban akibat kobaran api yang kian membesar. Karena saksi yang semakin terancam oleh jilatan api, terpaksa mereka mundur dan pulang serta melaporkan kejadian tersebut kepada masyarakat Buntu Raja, Desa Sitanggor.
Dengan segera, masyarakat dibantu personel Polsek Muara dan anggota Koramil Muara kembali berupaya memadamkan kobaran api yang kian meluas, namun tak kunjung dapat dipadamkan mengingat lokasi kebakaran merupakan wilayah perbukitan yang terjal, ditambah lagi kuatnya tiupan angin yang menambah tingkat kesulitan dalam upaya pemadaman.
Lebih lanjut disampaikan Barimbing, akibat api yang semakin membesar, tidak memungkinkan upaya pencarian korban. Atas kesepakatan bersama dan petunjuk dari Camat Muara, Lindung Sianturi, pencarian korban dilakukan pada keesokan harinya.
Kemudian pada hari Minggu 17 Juli 2022 sekira pukul 07.00 WIB, personel Polsek Muara, anggota Koramil Muara berserta masyarakat Buntu Raja, Desa Sitanggor, melanjutkan upaya pencarian dan menemukan korban sudah dalam keadaan hangus terbakar. “Korban meninggal dunia telah dievakuasi dari lokasi kebakaran hutan. Peristiwa ini sudah ditangani dengan melakukan cek TKP, memasang garis polisi dan menghimpun keterangan para saksi,” kata Barimbing.
Ada 45 Hotspot di Sumut
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah I Medan, mendeteksi ada 45 titik panas (Hotspot) di Sumatera Utara (Sumut), Senin (18/7). Jumlah itu bertambah 10 titik dari sehari sebelumnya, Minggu (17/7).
Hotspot terbanyak terdeteksi di Kabupaten Samosir, sebanyak 19 titik. Kemudian disusul Pakpak Bharat masing-masing 4 titik. Selanjutnya masing-masing 3 titik terdeteksi di Humbahas, Labuhanbatu dan Padang Lawas (Palas). Lalu ada 2 titik di Labura, Madina dan Tapteng. Sementara dua hotspot tersisa berada di Paluta dan Taput masing-masing satu titik.
Kepala BMKG wilayah I Medan Darmawan melalui Prakirawannya Christin A Matondang mengatakan, pagi hari hampir seluruh wilayah di Sumut cerah berawan. Siang hari juga cerah, namun berpotensi hujan ringan-sedang di Langkat, Deliserdang, Tanah Karo dan sekitarnya. “Untuk malam nanti juga berawan, hujan akan meluas ke Kota Medan. Dini hari Sumut akan berawan,” ujarnya, Senin (18/7).
Christin menjelaskan, suhu udara Sumut hari ini berada pada kisaran 17.0 – 35.0p C. Kelembaban udara 60-98%, sementara angin yang bertiup dari Tenggara ke Barat Laut berkekuatan 5-30 Km/jam.
Atas kondisi ini, masyarakat diimbau untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar yang dapat menyebabkan kebakaran hutan dan asap. Untuk panas yang menyengat, masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan. (gus/dwi/adz)