30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Diliputi Antusiasme Audiens, Kuliah Umum Menko Airlangga di RSIS dan NUS Singapura Tuai Pujian

SINGAPURA, SUMUTPOS.CO – Dalam agenda kunjungan kerja ke Singapura pada Senin (29/08), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkesempatan memberikan kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) dan National University of Singapore (NUS).

Kuliah umum pertama dilakukan di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Park Royal Collection Marina Bay digelar pada sore hari dan dihadiri tidak kurang dari 200 orang peserta yang berasal dari berbagai kalangan termasuk kalangan akademisi, pemerintahan, pengamat, dan media massa. Menko Airlangga memulai kuliah umum dengan mengungkapkan pengalaman Pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 pada awal 2020.

“Saat itu, tidak ada kebijakan yang dapat langsung diimplementasikan karena kita tidak pernah mengalami krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 sebelumnya. Sehingga Pemerintah benar-benar harus menciptakan kebijakan baru yang tepat untuk menghadapi Covid-19,” ujar Menko Airlangga.

Pemerintah Indonesia merancang dan menerapkan kebijakan ‘gas dan rem’ untuk mengendalikan pandemi Covid-19 dan dengan tetap mempertahankan upaya pemulihan ekonomi. Selain itu, Pemerintah juga melakukan reformasi struktural yang merupakan pilar ketiga dalam kerangka strategi gas dan rem.

”Saya merupakan orang yang percaya bahwa periode krisis merupakan kesempatan yang tepat untuk melakukan reformasi struktural pada ekonomi domestik,” ujar Menko Airlangga.

Berselang satu jam kemudian, Menko Airlangga memberikan kuliah umum kedua di NUS di Shaw Foundation Alumni House Auditorium. Kuliah umum ini juga dihadiri langsung oleh President NUS Society Edward Stanley Tay Wey Kok dan Direktur NUS Bernard Toh. Menko Airlangga juga menjadi narasumber tunggal dalam kuliah umum yang berlangsung selama hampir 2 jam tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga mengakui perbedaan ketika memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Indonesia dibandingkan ketika di hadapan mahasiswa asing, dalam hal ini Singapura. “Dalam kuliah umum di Indonesia, memaparkan strategi penanganan Covid-19 menjadi lebih mudah karena mahasiswa mengalami kebijakan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa relate. Sementara di hadapan mahasiswa asing, saya ada misi khusus yaitu menjelaskan mengenai kehebatan bangsa Indonesia. Dengan 17 ribu pulau dan tantangan yang luar biasa dalam pendistribusian vaksin dan juga obat-obatan, Sehingga benar-benar membutuhkan kerjasama yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Menko Airlangga.

Sesi kuliah umum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta yang hadir seluruhnya secara luring di auditorium. Para peserta dalam ruangan berkapasitas 500 tersebut juga terlihat penuh antusias mengikuti kuliah umum hingga pukul 9 malam waktu setempat. Salah satu pertanyaan mengundang cukup banyak perhatian dari audiens yakni mengenai kemungkinan kenaikan harga makanan kemasan mie instan produksi Indonesia akibat perang Ukraina dan Rusia.

“Meski perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir turut mempengaruhi harga komoditas dan juga gandum, untuk harga mie instan tercatat masih relatif stabil,” tutur Menko Airlangga. (ekon/fsr/adv/*)

SINGAPURA, SUMUTPOS.CO – Dalam agenda kunjungan kerja ke Singapura pada Senin (29/08), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkesempatan memberikan kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) dan National University of Singapore (NUS).

Kuliah umum pertama dilakukan di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Park Royal Collection Marina Bay digelar pada sore hari dan dihadiri tidak kurang dari 200 orang peserta yang berasal dari berbagai kalangan termasuk kalangan akademisi, pemerintahan, pengamat, dan media massa. Menko Airlangga memulai kuliah umum dengan mengungkapkan pengalaman Pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 pada awal 2020.

“Saat itu, tidak ada kebijakan yang dapat langsung diimplementasikan karena kita tidak pernah mengalami krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 sebelumnya. Sehingga Pemerintah benar-benar harus menciptakan kebijakan baru yang tepat untuk menghadapi Covid-19,” ujar Menko Airlangga.

Pemerintah Indonesia merancang dan menerapkan kebijakan ‘gas dan rem’ untuk mengendalikan pandemi Covid-19 dan dengan tetap mempertahankan upaya pemulihan ekonomi. Selain itu, Pemerintah juga melakukan reformasi struktural yang merupakan pilar ketiga dalam kerangka strategi gas dan rem.

”Saya merupakan orang yang percaya bahwa periode krisis merupakan kesempatan yang tepat untuk melakukan reformasi struktural pada ekonomi domestik,” ujar Menko Airlangga.

Berselang satu jam kemudian, Menko Airlangga memberikan kuliah umum kedua di NUS di Shaw Foundation Alumni House Auditorium. Kuliah umum ini juga dihadiri langsung oleh President NUS Society Edward Stanley Tay Wey Kok dan Direktur NUS Bernard Toh. Menko Airlangga juga menjadi narasumber tunggal dalam kuliah umum yang berlangsung selama hampir 2 jam tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga mengakui perbedaan ketika memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Indonesia dibandingkan ketika di hadapan mahasiswa asing, dalam hal ini Singapura. “Dalam kuliah umum di Indonesia, memaparkan strategi penanganan Covid-19 menjadi lebih mudah karena mahasiswa mengalami kebijakan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa relate. Sementara di hadapan mahasiswa asing, saya ada misi khusus yaitu menjelaskan mengenai kehebatan bangsa Indonesia. Dengan 17 ribu pulau dan tantangan yang luar biasa dalam pendistribusian vaksin dan juga obat-obatan, Sehingga benar-benar membutuhkan kerjasama yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Menko Airlangga.

Sesi kuliah umum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta yang hadir seluruhnya secara luring di auditorium. Para peserta dalam ruangan berkapasitas 500 tersebut juga terlihat penuh antusias mengikuti kuliah umum hingga pukul 9 malam waktu setempat. Salah satu pertanyaan mengundang cukup banyak perhatian dari audiens yakni mengenai kemungkinan kenaikan harga makanan kemasan mie instan produksi Indonesia akibat perang Ukraina dan Rusia.

“Meski perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir turut mempengaruhi harga komoditas dan juga gandum, untuk harga mie instan tercatat masih relatif stabil,” tutur Menko Airlangga. (ekon/fsr/adv/*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/